Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Silikon itu melumpuhkan

Bila kantong silikon yang ditanamkan di payudara bocor, racunnya menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh. sejumlah wanita di as dan australia menuntut produsen silikon.

18 September 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBAGAI produk teknologi modern, silikon hampir tak ada duanya dalam mengencangkan atau memperbesar payudara. Tapi teknologi itu ternyata membawa bala. Dan bala ini benar-benar menakutkan, hingga ribuan wanita di Amerika Serikat dan Australia sibuk mempersiapkan gugatan terhadap produsen silikon. ''Sekarang saya sedang menuntut pembuat silikon,'' kata Jama Russano, salah seorang korban silikon, kepada TEMPO. Amarahnya bisa dimaklumi karena tidak hanya sang ibu yang terserang penyakit gara-gara silikon tapi juga anaknya. Maka, Russano mendirikan organisasi Children Afflicted by Toxic Substances. Tujuannya, menampung anak-anak yang terkena dampak beracun. Sampai kini, wanita Amerika itu sudahmengumpulkan sekitar 300 ibu yang mempunyai anak yang diduga terkena racun silikon. Sikap keras mereka bukannya tanpa dasar. Hasil penelitian terakhir menunjukkan, gel sebagai bahan pengisi kantong, yang dulu dianggap aman, kini memberikan efek samping yang serius. Terutama kalau kantong silikon yang mempunyai bahan pelapis dari polyurethane itu bocor. Namun, dampaknya baru ketahuan lama kemudian. Prosesnya kira- kira begini. Ketika kantong silikon bocor, cairan yang ada di situ meresap ke dalam tubuh, kemudian mengikuti aliran darah. Selain itu, cairan tersebut juga masuk ke air susu ibu (ASI). Tubuh pun mengalami keracunan dan penderita akan mengalami penyakit sjogren syndrome dan scleroderma. Penderita sjogren syndrome merasa sakit pada serat-serat otot dan akhirnya lumpuh. Ia juga akan mengalami batuk kering serta mata yang pedih dan gatal. Kalau terserang scleroderma, kulit pasien akan menebal, kaku, lalu dipenuhi bercak-bercak merah. Gejala itu dialami oleh Russano, 37 tahun, wanita dengan dua anak lelaki, masing-masing berusia 8 tahun dan 10 tahun. Semula memang kankerlah yang merusak payudara Russano, pada usia 14 tahun. Karena itu, ia terpaksa menggunakan pengganjal silikon. Penyumpalan silikon itu, tampaknya, berjalan baik. Bahkan, ketika dia punya anak, dokter tidak melarangnya menyusui si bayi. Tanda-tanda yang khas mulai muncul pada saat anaknya menginjak usia dua tahun. Anak itu mengeluh sering sakit di bagian dada dan persendian. Rupanya, Russano telah lebih dulu merasakan gejala yang sama. Wanita ini pun sering mengalami infeksi dan mudah lelah. Belakangan dokter yang merawatnya menduga, Russano dan kedua anaknya keracunan silikon. Kisah serupa juga dialami sejumlah ibu di Australia. Seperti yang dituturkan Roz, 31 tahun, kepada TEMPO di Melbourne. Wanita ini, setelah melahirkan anak pertamanya, tanpa ragu mengisi payudaranya dengan silikon agar tampak lebih cantik. Barulah tiga tahun kemudian, Roz merasa tak enak pada dadanya sebelah kiri. Ia merasa ngilu-ngilu, kulitnya dipenuhi bercak merah dan gatal-gatal. Sesudah itu tubuhnya terus sakit- sakitan, mulai radang paru-paru sampai nyeri pada tulang sendi. Hasil pemeriksaan menunjukkan, sistem kekebalan tubuhnya rusak. Dugaan dokter: dia menderita sjogren syndrome. Dua dari enam anaknya juga menderita penyakit serupa. Roz lalu meminta supaya silikonnya diperiksa. Ternyata salah satu dari kantong tersebut bocor. Dan hasil tes Dr. Garry Baxter menunjukkan bahwa kadar silikon dalam air susunya empat kali di atas normal. Menurut Baxter, pada wanita yang normal, taraf silikon di dalam tubuhnya maksimum 0,36 mgr/liter. Dan pada ASI maksimum 0,17 mgr/liter. Ahli patologi di Laboratorium Analitik Nasional di Melbourne, Australia, tersebut kemudian bersama timnya meneliti 161 wanita yang memakai silikon. Hasilnya, ada 20 wanita yang tubuhnya mengandung kadar silikon jauh di atas normal. Lalu, 61 wanita lagi tercemar air susunya. Gara-gara hasil penelitian itu, kantor pengacara Slater & Gordon diserbu sekitar 5.000 wanita yang akan mengajukan gugatan kepada pabrik silikon. Empat puluh orang di antaranya sedang menyiapkan tuntutan atas nama anak mereka. Di Australia diperkirakan, ada 100 ribu wanita yang memasang implan silikon. Bahkan di Amerika Serikat kira-kira ada 2 juta wanita yang payudaranya disumpal silikon. Motivasi mereka: demi memperindah bentuk payudara. Yang lain juga memakai silikon, tapi semata untuk menutupi cacat payudaranya yang digerogoti kanker. Setelah tahu ''dosa'' silikon, para pemakai gencar melancarkan protes. Akibatnya, ada produsen silikon yang menghentikan produksinya. Badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) juga telah meminta agar lebih giat menginformasikan masalah dampak samping silikon kepada masyarakat. Di Amerika Serikat, penelitian tentang dampak silikon semakin intensif. ''Sampai saat ini kesimpulan yang didapat barulah bahwa anak-anak itu mempunyai masalah sama dengan ibunya yang menggunakan silikon,'' tutur Dokter Andrew Cambel kepada TEMPO, saat berbicara tentang hasil penelitiannya. Meneliti dampak samping silikon sejak 4 Januari lalu, Dokter Cambel telah memeriksa sekitar 60 anak yang ibunya mengenakan payudara silikon. ''Umumnya ada masalah dengan sistem kekebalan tubuh,'' kata Cambel, yang baru akan menyelesaikan penelitiannya akhir tahun ini. Gatot Triyanto, Dewi Anggraeni (Melbourne), dan Bambang Harymurti (Washington)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus