Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Stres menjadi bagian dari kehidupan. Terkadang stres jika sewajarnya dan mampu dikelola memberi motivasi dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Tapi, stres yang berkepanjangan atau tak dikelola dengan baik bisa berdampak buruk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Stres tidak selalu menyebabkan kondisi tertentu (buruk). Tapi memperburuk gejala dari kondisi tersebut,” kata dokter penyakit dalam Richard Lang. Mengutip Cleveland Clinic, stres bisa berakibat rasa sakit, sesak atau nyeri otot. Stres meningkatkan gejala radang sendi atau fibromialgia.
Mengapa stres mempengaruhi nyeri otot?
Stres mempengaruhi berbagai sistem tubuh, termasuk gangguan tulang, sendi, otot atau muskuloskeletal. Ini merupakan sistem yang terdiri atas otot, saraf, jaringan ikat, tulang dan sendi. Saat tubuh stres, otot menjadi tegang. Ketegangan otot merupakan reaksi terhadap stre sebagai cara tubuh melindungi diri dari cedera dan rasa sakit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut American Psychological Association (APA), stres mendadak otot menjadi tegang sekaligus. Tapi, kemudian ketegangan melepas ketika stres berlalu. Stres kronis menyebabkan otot-otot di tubuh berada dalam keadaan waspada yang konstan. Ketika otot tegang dalam waktu lama memicu reaksi lain dari tubuh, bahkan meningkatkan gangguan yang berhubungan dengan stres.
Misalnya, sakit kepala tipe tegang dan migrain berhubungan dengan ketegangan otot kronis di area bahu, leher, dan kepala. Nyeri muskuloskeletal di punggung bawah dan atas juga dikaitkan dengan stres, terutama kelelahan bekerja.
Kondisi nyeri kronis akibat gangguan muskuloskeletal. Itu biasa terjadi dan kemungkinan ada cedera yang memicu kondisi nyeri kronis itu. Orang yang terlalu cemas dengan rasa sakit atau hanya rentan mengalami situasi yang buruk untuk pemulihan. Itu jika dibandingkan individu yang mempertahankan tingkat aktivitas yang tepat. Ketegangan bisa berakibat atrofi atau penyusutan otot. Ini semua memicu kondisi muskuloskeletal kronis yang berhubungan dengan stres.
Teknik relaksasi, aktivitas dan terapi mengurangi stres bisa efektif mengurangi ketegangan otot juga mengurangi gangguan seperti sakit kepala. Bagi mereka yang mengalami kondisi nyeri kronis, aktivitas mengurangi stres berguna meningkatkan suasana hati
KAKAK INDRA PURNAMA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.