Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Siti Muktiatun tahu betul, serangan stroke sangat berbahaya sekaligus mematikan. Ibundanya meninggal hanya 18 hari setelah stroke menghantam. Dia juga sadar bahwa hal serupa bisa menimpa dirinya karena faktor keturunan. Tapi ibu dua anak ini sama sekali tak menduga stroke sudah menyerangnya ketika dia baru 26 tahun. Serangan itu tiba pada pertengahan Desember lalu, sekitar sebulan setelah melahirkan anak kedua.
Apalagi gejalanya sepele. Siti mulai kedutan di bibir bagian kanan, dua minggu setelah melahirkan. Yang dia tahu, berdasarkan kepercayaan orang tua zaman dahulu, kedutan sering diartikan sebagai pertanda datangnya suatu peristiwa penting; bisa menggembirakan atau sebaliknya. Karena tidak percaya hal semacam itu, Siti tenang-tenang saja.
Cuma, dia heran, kedutan itu dari hari ke hari makin menjadi. ”Semakin lama semakin sering,” kata Siti mengenang. Bahkan kedutan sudah merembet hingga ke pipi dan kelopak mata kanannya. Hingga akhirnya, bagian wajah Siti terasa kaku. Penglihatannya mengabur. Dia juga menderita nyeri hebat di bagian belakang kepalanya.
Ketika becermin, Siti kaget bukan kepalang. Wajah bagian kanannya tampak tertarik ke atas. Bibir kanannya mencong. Sedangkan mata kanannya tak mampu berkedip. Dokter yang memeriksanya mengatakan bahwa Siti positif terkena stroke. ”Kata dokter, ada sumbatan pada saraf ketujuh di otak,” cerita Siti.
Padahal selama ini dia sehat-sehat saja. Tekanan darahnya pun relatif normal: 120 per 90 mm hg. Biarpun jarang berolahraga, aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga sudah cukup menguras tenaga, mulai dari mengurus anak, membersihkan rumah, hingga mencuci. ”Saya juga tidak tahu kenapa bisa kena stroke,” katanya. Untung, Siti cepat tertolong. Dengan bantuan obat-obatan plus akupunktur, dalam dua bulan dia kembali pulih.
Menurut Silvia Francina Lumempouw, spesialis saraf dari FKUI/RSCM, stroke memang penyakit usia lanjut. ”Tapi bukan berarti tidak bisa menyerang orang muda,” katanya. Hal ini, menurut Silvi, harus dipahami setiap orang, mengingat akibat yang ditimbulkan tidak main-main. Stroke saat ini menjadi penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Penyakit ini juga jadi penyebab utama kecacatan. ”Stroke bukan cuma melumpuhkan secara fisik tapi juga menurunkan kemampuan intelektual,” katanya.
Menurut penelitian yang dilakukan RSCM pada 2005-2006, sekitar 20 persen penderita stroke di rumah sakit tersebut berusia di bawah 40 tahun. ”Penderita di usia muda memang meningkat dalam kurun 10 tahun belakangan,” tutur Silvi. Kampanye mewaspadai stroke menyerang kelompok usia muda menjadi fokus bahasan penting dalam peringatan Hari Stroke Sedunia, 24 Juni ini.
Pada orang lanjut usia, stroke sangat mungkin terjadi karena kondisi pembuluh darah cenderung makin menyempit dan kaku. Akibatnya, pembuluh darah gampang pecah ataupun mengalami penyumbatan sehingga memicu terjadinya stroke (lihat infografik). Namun kondisi seperti ini bisa terjadi pada usia muda, termasuk anak-anak.
Silvi melanjutkan, penyebab stroke pada orang muda bisa juga berupa kelainan pembuluh darah seperti aneurisme atau pelebaran pembuluh darah, sehingga dindingnya menipis dan gampang robek. Penyakit bawaan sejak lahir berupa diabetes tipe 1 dan penyakit jantung juga menjadi pemicu stroke.
Selain itu, kebiasaan tidak sehat seperti merokok, minum minuman beralkohol, dan malas berolahraga tidak bisa diabaikan sebagai pendorong terjadinya stroke. ”Menjejali anak-anak dengan junk food juga meningkatkan risiko mereka terkena hipertensi dan diabetes di usia muda,” ujarnya pada Rabu pekan lalu. Padahal dua penyakit tersebut menjadi gerbang terbaik datangnya stroke.
Ketua I Yayasan Stroke Indonesia Mulyono Soedirman menambahkan, tingginya penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja turut menyumbang makin banyaknya pasien stroke usia muda. Penggunaan heroin, amfetamin, kokain, dan ekstasi bisa mempengaruhi sistem peredaran darah. ”Peredaran darah jadi tidak normal. Efeknya, darah gampang menggumpal atau pembuluh darah pecah,” kata dokter spesialis bedah ini.
Nah, buat mereka yang tergolong berisiko tinggi, Mulyono mewanti-wanti selalu memperhatikan gejala serangan stroke. ”Begitu muncul gejala, segera ke rumah sakit,” katanya. Semakin cepat stroke ditangani—paling baik 3-6 jam setelah serangan—tingkat kesembuhannya makin tinggi. Tapi, sayangnya, tak semua orang memahami gejala stroke. Seringnya kedutan seperti yang dialami Siti, sakit kepala, pandangan kabur, mual, hingga pingsan mendadak adalah gejala yang biasanya diabaikan kaum muda.
Susahnya lagi, menurut Mulyono, tak semua rumah sakit di Indonesia dilengkapi fasilitas penanganan stroke. Di Jakarta saja baru beberapa rumah sakit yang memiliki peralatan cukup lengkap. RSCM, RS Pondok Indah, RS Fatmawati, RS Pertamina adalah beberapa di antara sedikit rumah sakit yang menyediakan fasilitas pendukung penanganan stroke. Di luar Jakarta, baru rumah sakit di kota besar saja.
Nunuy Nurhayati
Apa Saja Gejala Stroke
Tanda serangan stroke bervariasi mulai dari yang ringan hingga berat, tergantung luas dan letak kerusakan otak:
Kesadaran menurun sampai koma.
Tiba-tiba mengalami kelumpuhan separuh badan sisi kiri atau kanan, kelumpuhan otot muka, otot lidah, dan otot menelan.
Tidak dapat membaca dan menulis.
Kesemutan.
Mendadak mati rasa di salah satu sisi tubuh.
Gangguan daya ingat.
Mendadak pusing dan nyeri kepala.
Gangguan keseimbangan, vertigo, berjalan terhuyung.
Cegah Stroke Sebelum Terlambat
Bila berat badan berlebih, segera turunkan hingga ,mencapai berat ideal dengan olahraga dan mengatur asupan makanan.
Periksa tekanan darah dan fungsi jantung secara berkala, terutama bagi yang berusia 35 tahun keatas.
Bagi penderita hipertensi, minumlah obat anti hipertensi secara teratur.
Batasi konsumsi garam (cukup satu setengah sendok teh per hari)
Penderita kencing manis harus mengontrol gula darah dengan baik.
Batasi asupan bahan makanan tinggi lemak (daging, jeroan, margarin dan karbohidrat)
Perbanyak konsumsi sayuran dan buah.
Berhenti merokok.
Hindari minuman alkohol dan batasi kopi.
Rutin berolahraga sesuai dengan umur dan kemampuan.
Periksa kesehatan ke dokter secara berkala.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo