Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menopause adalah masa di mana siklus menstruasi pada Perempuan berhenti secara permanen, dan setiap perempuan akan mengalami hal ini. Sebelum menopause terjadi, ada berbagai gejala yang muncul, termasuk perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron. Perubahan hormon ini dapat memengaruhi ritme tubuh, salah satunya kualitas tidur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak hanya itu berkeringat di malam hari, sering buang air kecil, cemas dan suasana hati mudah berubah, kurang konsentrasi dan mudah lupa, juga termasuk sebagai tanda dari gejala menopause. Lantas bagaimana jika kerap mengalami nyeri otot dan tubuh cepat Lelah, apakah ini juga merupakan tanda dari menopause?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari CNALifestyle, Seorang ahli bedah ortopedi Vonda Wright, menceritakan pengalaman hidupnya yang mengalami perubahan drastis saat memasuki usia 40-an. Di usia tersebut, ia rutin mengikuti lomba maraton.
Namun, saat usianya menginjak 47 tahun ia mulai mengalami perimenopause. Wright mendapati dirinya kesulitan berjalan jarak dekat akibat nyeri sendi dan otot yang menyerang tubuhnya.
“Saya sedang berada dalam kondisi terbaik dalam hidup saya, namun tiba-tiba, saya hampir tidak bisa bangun dari tempat tidur,” dia mengungkapkan.
Dalam praktiknya di Orlando, Florida, Wright sering mendengar keluhan serupa dari wanita yang mengalami menopause, termasuk mantan atlet yang kini merasa kesulitan bergerak dengan nyaman. Pasien-pasien tersebut kerap mengungkapkan hal yang sama.
Banyak orang telah memahami bahwa menopause memengaruhi kesehatan tulang. Namun dari kejadian ini, Wright dan rekan-rekannya kini juga meyakini bahwa menopause juga berdampak pada kesehatan otot dan persendian.
Wright kemudian menggambarkan kondisi ini sebagai Sindrom Muskuloskeletal Menopause yang ia jelaskan dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada Juli. Istilah ini merujuk pada kumpulan kondisi dan gejala yang sering terjadi selama perimenopause dan setelahnya, seperti nyeri sendi, bahu beku, penurunan massa otot dan kepadatan tulang, serta memburuknya osteoartritis.
Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh wanita menopause mungkin mengalami gejala muskuloskeletal, beberapa di antaranya cukup parah hingga melemahkan. Namun, gejala ini sering dianggap oleh penyedia layanan kesehatan sebagai bagian yang tak terhindarkan dari proses penuaan.
Seperti Apa Sindrom Ini?
Wanita yang mengalami masa transisi menopause akan merasakan gejala yang dimulai dengan rasa sakit yang membuat mereka cenderung lebih banyak duduk. Akibatnya, semakin sedikit melakukan pergerakan yang pada akhirnya melemahkan otot, tulang, dan kesehatan jantung.
Kondisi ini meningkatkan risiko jatuh dan patah tulang serta membuat pembedahan dan pemulihan menjadi lebih sulit. Andrea Singer, Direktur Perawatan Primer Wanita di Rumah Sakit Universitas Medstar Georgetown dan Kepala Petugas Medis di Yayasan Kesehatan Tulang dan Osteoporosis, juga membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan bahwa ada hubungan signifikan antara otot dan tulang.
“Ketika otot melemah, risiko jatuh meningkat. Dan jika jatuh pada tulang yang lebih rapuh, hal ini sangat mungkin menyebabkan patah tulang.” Katanya.
Dalam makalah terbarunya, Wright mengemukakan bahwa Sindrom Muskuloskeletal Menopause mungkin berkaitan dengan penurunan kadar estrogen, mengingat peran hormon ini dalam mengurangi peradangan. Oleh karena itu, ia menyarankan terapi hormon estrogen sebagai salah satu opsi pengobatan, seraya mengungkapkan bahwa ia sendiri telah merasakan manfaat dari terapi ini.
Meskipun banyak bukti ilmiah menunjukkan bahwa estrogen berperan penting dalam menjaga kekuatan tulang dan melindungi dari osteoporosis, belum ada data yang cukup untuk memastikan sejauh mana hilangnya hormon ini memengaruhi nyeri otot dan sendi.
Hal ini disampaikan oleh Stephanie Faubion, direktur medis Menopause Society, organisasi terkemuka dalam pengobatan menopause di Amerika Serikat. Namun, Menopause Society tetap mendukung penggunaan terapi hormon untuk wanita yang memiliki risiko tinggi terkena osteoporosis.
Apa yang Dapat Dilakukan untuk Mengatasi Nyeri Otot dan Sendi Menopause?
Vonda Wright menyarankan beberapa langkah praktis untuk mencegah dan mengatasi Sindrom Muskuloskeletal Menopause, termasuk perubahan gaya hidup dan pola makan.
Pertama, menerapkan pola makan yang sehat. Wanita disarankan mengadopsi pola makan anti-inflamasi, seperti diet Mediterania, yang kaya akan sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, ikan, dan minyak zaitun. Selain itu, membatasi konsumsi makanan olahan dan gula tambahan dapat membantu mengurangi peradangan yang memicu nyeri otot dan sendi.
Kedua, meningkatkan asupan protein. Hal ini menjadi penting untuk mempertahankan atau membangun massa otot yang cenderung menurun seiring bertambahnya usia. Kemudian, memastikan asupan kalsium yang cukup dapat membantu melindungi kesehatan tulang. Perubahan sederhana ini dapat memberikan dampak besar dalam menjaga kesehatan selama masa menopause.
Para ahli juga menyarankan untuk mengonsumsi suplemen vitamin D3 secara teratur, karena vitamin ini membantu tubuh menyerap kalsium secara optimal seiring bertambahnya usia. Selanjutnya, jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan osteoporosis atau faktor risiko lainnya, penting untuk mempertimbangkan pemeriksaan kepadatan tulang sejak awal masa transisi menopause, atau bahkan lebih cepat.
Keenam, sering melakukan olahraga. Selain latihan aerobik rutin, berjalan, jogging, berenang, menari, atau menggunakan mesin elips untuk memperkuat kesehatan jantung, disarankan untuk dilakukan.
Selain itu, aktivitas seperti melompat atau lompat tali sangat bermanfaat untuk menjaga kekuatan tulang. Melatih keseimbangan secara rutin juga penting untuk mengurangi risiko jatuh seiring bertambahnya usia. Latihan seperti berdiri dengan satu kaki, angkat beban, Pilates, yoga, dan tai chi tidak hanya meningkatkan keseimbangan tetapi juga memperkuat otot dan memperbaiki koordinasi tubuh.
CNA Lifestyle
Pilihan editor: Camilan yang Dianjurkan Pakar di Masa Menopause