Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lima tahun lalu, dunia digegerkan dengan penyebaran virus SARS-CoV-2 atau yang lebih dikenal dengan COVID-19. Virus yang disebut berawal dari Cina itu telah menyebabkan jutaan kematian di seluruh dunia dan meninggalkan trauma dan duka mendalam pada mereka yang pernah terserang virus pernapasan ini dan kehilangan orang-orang terdekat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan Editor: Sidang Dakwaan Korupsi Pengadaan APD COVID-19
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk menandai lima tahun berawalnya pandemi COVID-19, Pew Research Center membuat survei kepada warga Amerika Serikat mengenai masih adakah risiko dari virus ini. Pasalnya, ada lebih dari 1,2 juta kematian di negara itu semasa pandemi.
Sekitar 21 persen responden percaya COVID-19 masih merupakan ancaman bagi kesehatan. Angka itu menurun dibanding Juli 2020, yakni 67 persen. Lebih dari separuh (56 persen) menganggap COVID-19 tidak mengkhawatirkan lagi dan 39 persen menilai ancaman virus ini tak lagi serius. Sekitar 40 persen merasa COVID-19 tak lebih berbahaya dari flu atau pilek, sementara 56 persen berpendapat COVID lebih berbahaya dibanding kedua penyakit itu.
Terkait tes COVID-19, 63 persen menganggap masih perlu dilakukan jika mereka sakit sementara sisanya menilai tak perlu lagi. Mengenai kemungkinan pandemi lain, 60 persen responden mengatakan sistem kesehatan masyarakat perlu melakukan hal terbaik untuk menghadapi darurat kesehatan di masa datang.
Dampak Kesehatan Mental
Dr. Michael Aziz dari Lenox Hill Hospital di New York menyebut dampak dramatis COVID pada kesehatan mental. Lima tahun setelah pandemi, ia masih melihat pasien-pasiennya mengalami depresi, isolasi, dan kecemasan.
"Kemampuan belajar anak-anak juga tertunda akibat lockdown. Penelitian menunjukkan ada perkembangan abnormal akibat memakai masker dan lockdown," ujarnya kepada Fox News Digital
Dampak Kesehatan Fisik
Sebelum pandemi COVID-19, prevalensi obesitas pada laki-laki adalah 11 persen dan perempuan 15 persen. Selama pandemi, angka itu naik menjadi 25,3 persen pada pria dan 42,4 persen pada wanita.
"Orang lebih mengabaikan kesehatan, padahal seharusnya sebaliknya. Orang lebih jarang melakukan aktivitas fisik karena aturan kerja dari rumah," jelas Aziz kepada media yang sama pada 24 Februari 2025.
Pelajaran yang Diambil
Sejak pandemi, kebanyakan warga AS telah belajar mereka perlu bertanggung jawab pada kesehatan sendiri dan berusaha meningkatkan imun untuk menghadapi penyakit menular, menurut Donna Petersen, pengajar di Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Florida Selatan.
Sementara Dr. Benjamin Barlow, kepala staf medis di American Family Care mengatakan pandemi telah mengajarkan betapa cepat virus jenis baru menyebar dan berdampak pada masyarakat sehingga mereka perlu lebih mempersiapkan diri jika ada wabah terjadi di negara-negara lain.