Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

26 Maret Diperingati Hari Epilepsi Sedunia, Kenali Penyebab dan Gejalanya

Epilepsi merupakan gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas otak yang tidak normal.

26 Maret 2024 | 13.44 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi epilepsi. firstaidlearningforyoungpeople.redcross.org.uk

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Hari Epilepsi Sedunia diperingati setiap 26 Maret. Peringatan tersebut biasanya disebut sebagai Hari Ungu atau Purple Day. Hari Ungu bertujuan mendukung dan meningkatkan kesadaran terhadap penyakit epilepsi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Epilepsi Foundation mendefinisikan epilepsi sebagai gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas otak yang tidak normal. Gangguan ini menyebabkan orang dengan epilepsi kejang mendadak, mengalami sensasi dan perilaku yang tidak biasa, bahkan hingga kehilangan kesadaran. Kejang yang disebabkan epilepsi dapat mempengaruhi keselamatan penderitanya, mengganggu hubungan pekerjaan, kecelakaan saat mengemudi, dan banyak hal lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari Mayoclinic.org, seseorang dikatakan mengalami epilepsi jika mengalami minimal dua kali kejang tanpa alasan selama 24 jam. Seseorang yang mengalami kejang tunggal tidak berarti menderita epilepsi. Kondisi ini dapat ditangani dengan mengonsumsi obat, operasi, atau perawatan seumur hidup.

Epilepsi atau orang awam mengenalnya sebagai ayan berdasarkan jenis kejang. Kategori kejang didasarkan pada pengaruh dari otak, tingkat kesadaran, dan gerakan otot. Berikut adalah gejala dan penyebab epilepsi. 

Penyebab Epilepsi

Dikutip dari My.clevelandclinic.org, hampir 70 persen kasus epilepsi tidak diketahui penyebabnya. Namun, ada beberapa penyebab yang berhasil diidentifikasi, di antaranya:

1. Faktor genetik

Beberapa jenis epilepsi, seperti epilepsi mioklonik juvenil dan epilepsi absensi pada masa kanak-kanak, lebih cenderung muncul dari keturunan atau faktor genetik. Para peneliti percaya bahwa meskipun ada bukti bahwa gen-gen tertentu terlibat, gen-gen tersebut hanya meningkatkan risiko epilepsi, dan faktor-faktor lain mungkin terlibat. Ada beberapa jenis epilepsi yang disebabkan oleh kelainan yang memengaruhi cara sel-sel otak dapat berkomunikasi satu sama lain dan dapat menyebabkan sinyal otak yang tidak normal dan kejang.

2. Sklerosis Temporal

Sklerosis temporal bisa menjadi penyebab kejang epilepsi. Sklerosis merupakan bekas luka yang terbentuk di bagian dalam lobus temporal manusia yang dapat menyebabkan kejang fokal. 

3. Cedera kepala

Cedera kepala yang berat juga bisa menjadi penyebab kejang-kejang. Biasanya, ini terjadi setelah seseorang mengalami benturan keras terhadap kepala seperti kecelakaan atau jatuh dari tempat yang tinggi.

4. Infeksi otak dan gangguan imun

Infeksi otak seperti abses otak, meningitis, encephalitis, dan neurocysticercosis juga menjadi penyebab epilepsi. Selain itu, hal tersebut bisa diperparah jika seseorang memiliki gangguan imun yang menyebabkannya malah menyerang sel-sel yang ada di otak. 

5. Gangguan pertumbuhan

Kelainan sejak lahir yang mempengaruhi otak adalah penyebab epilepsi yang sering terjadi, terutama pada orang yang kejangnya tidak terkontrol dengan obat anti-kejang. Beberapa kelainan lahir yang diketahui menyebabkan epilepsi, termasuk displasia kortikal fokal, poli mikrogiria, dan sklerosis tuberous.

Gejala Epilepsi

Gejala utama epilepsi adalah kejang yang berulang. Namun, gejala bervariasi tergantung pada jenis kejang yang dialami. Tanda dan gejala kejang meliputi kehilangan kesadaran atau kesadaran sementara, gerakan otot yang tidak terkontrol, kejang otot, kehilangan tonus otot, pemikiran yang melambat, hingga masalah berbicara.

Selain itu, perubahan pendengaran, penglihatan, rasa, penciuman, sensasi mati rasa atau kesemutan. gerakan mengulum bibir, gerakan mengunyah, munculnya rasa takut, ngeri, kegelisahan, atau déjà vu, dan detak jantung yang lebih cepat. Kebanyakan orang dengan epilepsi cenderung memiliki jenis kejang yang sama, sehingga memiliki gejala serupa dengan setiap kejang.

DELFI ANA HARAHAP | RACHEL FARAHDIBA REGAR

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus