Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak Perlu Diet, Bu
Wahai para ibu, hati-hatilah berdiet di saat hamil. Tak mengapa tubuh melar dan bobot bertambah hingga 20 bahkan 30 kilo, asal jabang bayi lahir sehat. Soalnya, sebuah penelitian ilmiah yang dipublikasikan pekan lalu menegaskan diet kala hamil akan membuat pertumbuhan bayi tidak sempurna.
Diet mengurangi konsum-si kalori mengakibatkan ba-yi kelak mengalami risiko penipisan dinding pembuluh arteri. Penelitian itu melibatkan 200 anak dari ibu yang berdiet semasa hamil. Peneliti menggunakan alat pemindai ultra (ultrasound scan) untuk mengukur din-ding arteri anak yang rata-rata sudah berusia sembilan tahun itu.
Dr Catherine Gale, ketua tim peneliti dari Universitas Southampton, Inggris, menjelaskan bahwa tipisnya dinding arteri dapat menyebabkan pembuluh menyempit dan memicu serangan jantung dan stroke.
Namun, "Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan konsumsi ka-lori dengan penyempitan arteri," ujarnya. Dugaan awal, konsumsi kalori yang minim mempengaruhi konsentrasi kolesterol darah bayi yang dikandung.
Menurut Gale, perempuan hamil harus mengkonsumsi sedikitnya 2.500 kalori setiap hari. Sumbernya bisa berasal dari lemak, protein, atau karbohidrat. Demi kesehatan jantung jabang bayi, para ibu diminta mengesampingkan ego ingin tetap langsing. Tak perlu khawatir makan ba-nyak, Bu.
Daging Olahan Dua Manfaat Vaksin Tetanus
Mengulang imunisasi tetanus setelah sepuluh tahun banyak manfaatnya buat kesehatan. Bukan cuma memperkecil kemungkinan terkena tetanus (penyakit yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang ba-nyak ditemukan di kotoran), tindakan ini juga akan menghambat risiko terpapar gangguan multiple sclerosis (MS).
Multiple sclerosis adalah gangguan pada pusat sistem saraf yang mengakibatkan berbagai gejala seperti kehilangan indra perasa, gangguan penglihatan, ketidakmampuan mengendalikan ge-rak tubuh, hingga depresi. Hingga saat ini, belum ditemukan obat untuk menyembuhkan gangguan MS.
Dr Miguel Herman, peneliti dari Harvard School of Public Health, Amerika Serikat, mengatakan vaksin tetanus bisa menekan risiko terserang multiple sclerosis hingga 33 persen. Penelitian dilakukan terhadap 963 penderita MS selama 11 tahun terakhir. Mereka yang masih memiliki vaksin tetanus tidak meng-ala-mi kerusakan tubuh yang parah dibandingkan dengan penderita lainnya.
Melalui mekanisme biolo-gi, menurut Herman, vaksin te-tanus membuat sel-sel pada saraf menjadi lebih kuat. Temuan ini membuat otoritas kesehatan Amerika melakukan penelitian lebih lanjut guna menentukan waktu yang tepat untuk imunisasi dan besarnya dosis yang diberikan agar lebih efektif hasilnya.
Memicu Kanker Perut
Aroma sedap sosis, daging asap, dan ham pastilah menggoda. Tapi hati-hati, daging olahan itu ternyata memperbesar risiko menderita kanker perut. Pernyataan itu muncul dari kompilasi 15 penelitian yang dilakukan ilmuwan lembaga kesehatan Institut Karolinska, Swedia, yang dipublikasikan pekan lalu.
Temuan tersebut dimuat dalam jurnal National Cancer Institute, Amerika Se-rikat. Inti kesimpulannya, orang yang mengkonsumsi sedikitnya 30 gram daging olahan tiap hari dalam jangka sepuluh tahun akan meng-alami peningkatan risiko kanker perut 15-38 persen.
Susanna Larsson, salah seorang peneliti, menyebutkan bahwa temuan itu sangat meyakinkan. Ia dan rekan-rekannya memantau 4.704 warga yang bersedia menjadi relawan, selama periode 1996-2006.
"Ada hubungan konsumsi daging olahan de-ngan kanker perut," kata-nya. Namun, sampai saat ini, Institut Karolinska masih mencari jawab-an untuk menjelaskan hu-bungan itu. Kecurigaan sementara ini tertuju pada garam atau zat asam nitrat yang ditambahkan pada daging supaya awet.
Kanker perut merupa-kan satu dari empat jenis kanker yang paling ba-nyak diderita orang. Dari sepuluh orang yang meninggal karena kanker, satu di antaranya akibat kanker perut. Para pene-liti meyakini penderita kanker perut akan semakin bertambah karena produk makanan olahan yang kian bervariasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo