Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tips Kesehatan

5 Juli 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TV Biang Pubertas Dini

Jika anak-anak Anda tiba-tiba lebih cepat dewasa, ingat-ingatlah, apakah mereka punya hobi menonton TV. Jika ya, jangan cuma menyalahkan acara di TV. Ternyata radiasi dari tabung kaca TV bisa membuat anak-anak memasuki masa pubertas sebelum waktunya. Ini terjadi karena cahaya dan radiasi dari layar televisi bisa mengganggu keseimbangan kadar melatonin?hormon pencegah pubertas dini. Setidaknya, demikianlah hasil penelitian ilmuwan asal Italia belum lama ini.

Juru bicara tim peneliti, Profesor Roberto Salti, mengatakan, awalnya adalah dia penasaran melihat meningkatnya fenomena pubertas dini di negara Barat. Normalnya, anak perempuan baru memasuki masa pubertas pada usia 10 tahun, sedangkan anak lelaki "puber" pada usia 11,5 tahun. Tapi, sejak tahun 1990-an, ada perubahan mencolok: masa pubertas datang beberapa tahun lebih awal. "Kini di Eropa banyak anak memasuki masa pubertas pada usia tujuh tahun," kata peneliti dari Mayer Hospital University of Florence di Italia itu.

Salti dan koleganya telah meneliti 76 anak di sebuah desa di Italia. Penelitian dilakukan dengan pendekatan terbalik: orang tua diminta melarang anaknya menonton televisi dalam jangka waktu yang berbeda. Ternyata, kandungan melatonin pada anak meningkat seiring dengan makin jarangnya anak-anak itu menonton televisi. Pada anak yang berhenti menonton TV seminggu saja, misalnya, kadar melatonin lebih banyak 30 persen ketimbang pada anak yang menonton televisi berjam-jam setiap hari.

Pada manusia, melatonin bukan hanya mengatur datangnya masa pubertas. Hormon ini pun berfungsi sebagai "jam" internal tubuh?misalnya untuk mengatur jadwal tidur. Orang dengan produksi melatonin tak berimbang biasanya mengalami gangguan pola tidur.

HP Bikin Sperma 'Low Bat'

Hati-hati jika Anda suka menaruh telepon seluler di kantong celana atau pinggang. Baru-baru ini ilmuwan Hongaria menyimpulkan, pria yang terlalu sering menyimpan handphone-nya di pinggang atau saku celana akan mengalami masalah kesuburan.

Menurut Dr. Imre Fejes, juru bicara tim peneliti, konsentrasi dan kualitas sperma pada pria yang terkena radiasi telepon genggam berkepanjangan lebih buruk ketimbang sperma pada pria yang jarang menenteng-nenteng telepon seluler.

Fejes dan timnya berkesimpulan begini setelah menganalisis sperma 221 pria pemakai telepon seluler. Pria relawan itu ditanyai kebiasaan mereka menaruh dan memakai telepon genggam. Fejes kemudian menyimpulkan bahwa kebiasaan memakai telepon seluler, termasuk dalam kondisi standby, berkorelasi dengan turunnya konsentrasi dan kualitas sperma. Jadi, ibarat baterai handphone (HP) yang "low bat", jumlah sperma pria pemakai telepon seluler seharian akan berkurang hingga 30 persen. Sperma yang tersisa pun kebanyakan "berenang" secara tak normal. "Ini mengurangi kesempatan untuk pembuahan," ujar peneliti dari Department of Obstetrics and Gynecology University of Szeged itu.

Inilah studi pertama tentang efek radiasi gelombang elektromagnetik telepon seluler terhadap kualitas sperma. Dalam pertemuan European Society of Human Reproduction and Embryology, di Berlin, Jerman, pekan lalu, banyak ilmuwan mengaku penasaran mendengar kesimpulan Fejes. "Ini kejutan yang kurang diharapkan. Kami akan mengujinya dengan keras," kata Dr. Michael Clark, juru bicara Badan Perlindungan Radiologi Inggris.

Susu Pencabut Kutil

Kabar baik bagi orang "kutilan". Kejengkelan atas kutil yang mengganggu kemulusan kulit bakal segera berakhir. Ini berkat penemuan obat anti-bintil yang murah tapi mujarab: air susu ibu (ASI). Ya, menurut tim peneliti asal Swedia, air susu ibu mengandung "obat" penggusur kutil-kutil bandel.

Tim ini telah meneliti 40 pasien dengan kutil-kutil yang tak bisa dihilangkan dengan pengobatan biasa. Separuh pasien diobati dengan ramuan ASI tiga kali sehari selama beberapa minggu. Separuh pasien lainnya?sebagai kelompok kontrol?diobati dengan campuran plasebo. Di akhir minggu ketiga, pada 20 pasien yang diobati dengan ASI, ukuran kutil mengecil hingga 75 persen lebih. Perkembangan serupa hanya terjadi pada tiga dari 20 pasien kelompok kontrol.

Ketika ramuan ASI dipakai pada kelompok kontrol, hasilnya lebih memberi harapan. Dalam jangka waktu yang sama, ukuran kutil 20 pasien dari kelompok kontrol mengecil hingga 82 persen. Dua tahun kemudian, setelah percobaan ini selesai, kutil-kutil lenyap pada 83 persen pasien. Hasil penelitian ini selengkapnya dimuat di New England Journal of Medicine edisi mutakhir.

AFP, BBCNews.com, Reuters

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus