Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tren gaya hidup sehat sudah terlihat meningkat di masa pandemi Covid-19. Orang berlomba-lomba untuk memperbanyak aktivitas fisik demi menjaga kekebalan tubuh. Setelah pandemi berlalu, tren ini ternyata tidak menurun. Terbukti, area yang biasa dimanfaatkan orang untuk berolahraga, seperti Hari Bebas Kendaraan, lintasan lari di stadion, dan pusat kebugaran selalu ramai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para penggemar latihan kebugaran kini berbondong-bondong ke gym dan langsung sibuk melatih otot, angkat beban agar dada terlihat bidang, otot lengan berisi, dan perut yang seperti roti sobek alias kotak-kotak. Tapi, apakah memiliki tubuh seperti dewa Yunani itu benar-benar mencerminkan kebugaran fisik yang prima?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketika melihat orang berotot, kita sering berpikir dia orang yang fit. Faktanya, tubuh setiap orang berbeda dan akan merespons secara berbeda pula pada latihan. Pakar mengatakan punya otot kekar memang berguna tapi bukan indikasi kesehatan secara umum.
"Ketika membahas kebugaran, kita mengkombinasikan banyak komponen berbeda, dari kapasitas aerobik, latihan kekuatan, tenaga, keseimbangan, koordinasi, kecepatan, dan masih banyak lagi," jelas Sam Leicht, kreator aplikasi kebugaran Pridefit, kepada USA Today.
"Jika orang memamerkan otot di TikTok, berarti dia sudah lebih fit dari kebanyakan orang. Tapi kebugaran sejati adalah kombinasi dari seluruh komponen tersebut," tambahnya.
Respons tubuh tak sama
Tubuh setiap orang tak sama, begitu juga respons terhadap olahraga. Setiap jenis otot butuh latihan yang berbeda. Anda mungkin melihat banyak jenis orang di pusat kebugaran. Ada binaragawan, lifter, atau yang hanya latihan aerobik atau kebugaran biasa. Tapi setiap orang punya tujuan kesehatan masing-masing.
Binaragawan, contohnya, berfokus pada ukuran dan akan berlatih sampai otot tak mampu lagi memecah serat otot sehingga otot menjadi besar dan kuat, jelas Leicht. Namun binaragawan tak kuat mengangkat beban berat seperti lifter yang bisa mengangkat barbel seberat lebih dari 100 kg.
Namun memiliki tubuh berotot tetap menjadi dambaan banyak orang, terutama laki-laki. Sebagian mengaku tak ingin memamerkan ototnya meski berbadan tegap, seperti yang diakui Leicht. Banyak juga yang ingin punya otot kekar tapi disertai tubuh yang sehat sehingga melengkapinya dengan konsultasi ke pakar kesehatan.
Selain mengatur pola makan, mereka juga harus menganalisa komposisi tubuh, mengecek VO2 max, kesehatan sendi, dan sebagainya. Pahami pula, apakah keinginan berbadan tegap itu hanya karena pengaruh media sosial dan untuk dibandingkan dengan orang lain.
Jangan sekadar ikut-ikutan
Semakin maraknya penggunaan media sosial, tren berlatih kebugaran dan membesarkan otot pun semakin ramai karena banyak yang hanya FOMO (takut ketinggalan tren) atau hanya sekadar ingin pamer di media sosial. Pakar kebugaran Ade Rai keinginan orang berlatih bisa dilihat dari berbagai sisi. Sebagian karena memang dipandang lebih oleh orang lain.
"Ada yang benar-benar ingin sehat dan kuat. Ada yang berhubungan dengan penyakit dan ada yang alasannya berat badan. Informasi semakin mudah, influencer dan youtuber semakin banyak. Ada yang dulu senang nongkong di klub malam sekarang di klub fitness," kata Ade Rai saat dihubungi Tempo pada Rabu, 19 Februari 2025.
Belum lagi industri yang semakin berkembang, seperti suplementasi dan pakaian olahraga, juga menjamurnya klub-klub olahraga.
"Itu bagus, tapi ada efek sampingnya. Dulu yang enggak suka lari sekarang jadi senang lari, tapi maunya yang jauh-jauh, sampai ke Berlin atau Boston. Dulu tidak suka angkat berat, sekarang suka angkat-angkat beban, lalu cedera," tambah salah satu legenda binaraga Indonesia itu.
Belum lagi maraknya doping dan penggunaan obat-obatan, kata Ade. Ada yang ingin langsing tapi tak mau menerapkan gaya hidup sehat dan olahraga, justru memilih minum obat seperti ozempik dan steroid.
Tips nge-gym dan tetap sehat
Ia pun membagi beberapa tips, di antaranya:
1. Kontrol karbohidrat
Pilih makanan yang alami, jangan olahan, apalagi ultraproses, sehingga berakibat terserang penyakit metabolik.
2. Prioritaskan protein
Kurangi karbohidrat olahan, apalagi yang dikombinasikan dengan lemak olahan seperti gorengan, dan tambah protein.
3. Selektif terhadap lemak
Jangan pilih yang buruk dan olahan. Pilih lemak yang sehat seperti dari minyak zaitun, alpukat, dan kelapa.
4. Puasa
"Puasa adalah strategi paling mudah dan alami untuk menjaga kesehatan. Puasa bukan berarti diet tapi mengatur kapan harus makan dan tidak makan," ujar Ade Rai.
5. Olahraga saat perut kosong
Dengan berolahraga di pagi hari saat perut kosong, tubuh diberi kesempatan untuk mencari sumber energi lain atau cadangan energi dari tubuh.
6. Prioritaskan latihan beban
Olahraga bukan hanya kardio. "Semua melatih jantung tapi tak pernah melatih rangka tubuh. Latihan beban enggak boleh ditinggalkan," kata Ade.
7. Cukup istirahat
Rest properly tak hanya baik untuk fisik tapi juga pikiran dan mental, serta imun dan iman.