Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Rafael menyulut marah massa

Seorang mahasiswa tewas dihajar sepuluh polisi di kupang. kebrutalan itu mengundang kemarahan massa. toko-toko ditutup.

30 April 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEBRUTALAN dan main hakim sendiri menjalar di tengah petugas bersenjata. Sepuluh polisi membunuh Jeri Manafe, hingga menyulut marah warga Kota Kupang di Nusa Tenggara Timur (NTT). Sepanjang Kamis pekan lalu itu ribuan massa melakukan aksi protes. Beberapa jalan utama macet. Puluhan toko ditutup pemiliknya. Inilah demo terbesar di Kupang dalam 20 tahun terakhir. Massa menyerbu Markas Kepolisian Wilayah (Polwil) NTT. Mereka dihadang puluhan anggota Brigade Mobil dan pasukan Batalion Infanteri 743 Kupang, yang siap dengan senjata dan tameng anti-huru-hara. Kemudian, dengan batu, massa melempari rumah dinas Kapolwil, yang berada di halaman Markas Polwil. Tak ada kerusakan karena letak rumah itu agak jauh ke dalam. Dialog dengan demonstran gagal karena Kapolwil NTT Kolonel R.S. Luntungan berada di Kabupaten Manggarai -- mengadakan pertemuan dengan semua kapolres di NTT. "Mengapa polisi kian kejam?" demikian teriakan massa. Lalu, terdengar sahutan, "Polisi yang membunuh rakyat agar dipecat." Gagal berdialog dengan Kapolwil itu membuat ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di sana bergerak ke gedung DPRD, sekitar 500 meter dari situ. Di jalan, mereka berpapasan dengan Gubernur NTT Herman Musakabe, yang akan ke bandar udara. Dan sebelum menuju Jakarta, Gubernur minta petugas menyiapkan pengamanan. Maka, sekitar 60 orang tentara bergegas diangkut dengan dua truk untuk mengawasi gelombang demonstran. Di DPRD, pengunjuk rasa menggelar poster: "Stop! Jangan main hakim sendiri. Polisi pelindung atau pembunuh rakyat". Ada delapan mahasiswa yang diterima berdialog. "Peristiwa ini adalah preseden buruk yang mencoreng muka polisi. Kami tak bisa mentolerirnya," ujar seorang anggota Dewan. Dalam pertemuan itu, Wakil Kepala Polwil NTT Letnan Kolonel Johannis Paulus, yang ikut berdialog, menegaskan, pimpinan Polri akan memecat sepuluh oknum polisi itu. Para demonstran menyambut gembira hasil dialog tersebut. Dan sepanjang hari itu situasi di Kupang yang riuh ini tak melibatkan seorang pun polisi di jalanan. Awal kejadian tersulut pada Rabu malam pekan lalu. Sekitar pukul 19.30, Jeri dan rekan-rekannya nongkrong di Jalan Oepura. Ini kebiasaan mereka setelah pulang latihan taekwondo. Lalu, muncul Sersan Dua Rafael, yang mengendarai sepeda motor. Ia menyenggol Jeri. Jeri marah. Rupanya, Rafael juga tersinggung. Ia memutar motornya. Polisi berpakaian preman ini menghajar Jeri. Sekali jotos dan dibarengi hantaman helm, Jeri terjengkang. Mukanya memar. Mulutnya robek. Darah mengalir. Melihat Jeri keok, Rafael pulang. Jeri dipapah teman-temannya ke rumahnya, yang tak jauh dari tempat kejadian. Kemudian kakaknya, Daud Manafe, membawa Jeri ke Rumah Sakit Umum Dokter Johannes. Menurut perawat, mulut Jeri perlu dijahit. Dan agar tidak terlalu merasa sakit, ia harus dibius. Untuk itu, Daud diberi resep untuk membeli obat bius di apotek. Selagi Jeri ditinggal itulah muncul 10 polisi, termasuk Rafael, naik mobil dinas Land Rover. Kawanan polisi ini masuk ke ruang unit gawat darurat, tempat Jeri dirawat. Di situ, Jeri mereka hajar lagi. Karena mendengar keributan itu, Daud mendekati mereka. Ia mencoba melerai. "Kok orang sakit dipukuli," teriak Daud. Tapi mereka tak peduli. Petugas di rumah sakit itu juga tak berani berbuat apa-apa. Daud, yang mencoba menelepon ke Detasemen Polisi Militer ABRI Kupang, diancam oleh polisi tadi. "Jangan telepon. Ini urusan polisi," kata salah seorang dari mereka. Sesaat kemudian, Jeri diangkut ke mobil. Lalu, mereka menghilang. Daud bingung. Sementara itu, di rumah Jeri, orang tuanya juga gelisih dan panik. Sebab, sebelumnya, kawanan polisi tersebut telah mendatangi orang tua Jeri dan membentaknya. Apa Jeri akan diadili secara koboi? Dari rumah sakit, Jeri sudah dibawa ke Markas Polwil. Di situ, mahasiswa semester IV Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Midya Mandira ini dihajar. Setelah bengap-bengap, baru Jeri mereka bawa ke Rumah Sakit Bayangkara. Sekitar pukul 22.30, keluarganya mendapat kepastian: Jeri meninggal. Kabarnya, perutnya diinjak-injak hingga ususnya keluar lewat anus. Kematian Jeri yang tak wajar ini kontan menyulut marah massa, dan berekor dengan aksi unjuk rasa. Pada Kamis petang itu, Komandan Kodim 1604 Kupang, Letnan Kolonel Amiruddin Rivai, dengan berpakaian sipil melayat ke rumah duka. Sejumlah petugas berjaga-jaga. Toh massa seperti hendak mengamuk. Pihak keluarga berkali-kali berpidato untuk menenteramkan mereka. "Kita ikhlaskan kepergian Jeri. Mari kita percayakan penanganan kasus ini kepada pihak berwenang," kata wakil keluarga Jeri. Kepada wartawan, Wakapolwil Johannis Paulus berkali-kali menyampaikan penyesalan atas ulah anak buahnya itu. "Tindakan kesepuluh polisi itu jelas tidak bisa diampuni," katanya. Dan ia bisa memahami kemarahan massa. Yang juga disesalkan: Rafael dan kawan-kawannya mengambil Jeri di rumah sakit. "Padahal ia sedang membutuhkan perawatan. Ini salah besar. Korban dalam penanganan medis kok malah diambil," kata Paulus. Atas dasar itulah, kesepuluh polisi itu kontan dinyatakannya: dipecat. Selain itu, mereka harus pula mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan mahkamah militer. Dan mulai Kamis pekan silam, para tersangka dari Sekolah Polisi Militer di Kupang diperiksa provos. Jeri yang berusia 21 tahun itu adalah anak keenam dari sembilan bersaudara. Jenazahnya dikebumikan Sabtu pekan ini.Widi Yarmanto dan Jalil Hakim (Kupang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum