Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Yang asyik, yang lupa makan

Kehilangan nafsu makan, itulah akibat yang menimpa anak-anak yang terlalu asyik bermain video game. mereka kurang bergerak.

11 Desember 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMULA Nyonya Rahmi merasa plong karena tidak lagi terlalu sibuk mengawasi Dodi. Anak laki-lakinya yang memasuki usia 10 tahun itu telah dibelikan permainan game watch sehingga betah di rumah. Namun, perasaan lega ibu muda itu hanya sebentar. Kini dia gusar dengan kelakuan Dodi yang belakangan menjadi malas makan, sehingga tubuhnya semakin ceking. Ternyata keluhan Rahmi juga senada dengan keluhan ibu-ibu di daerah Purus Baru, Padang. Lokasi tersebut tidak jauh dari tempat tinggal Widiawati Kurnia, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Suara keresahan para ibu rupanya tertangkap oleh gadis yang kini menimba ilmu pada semester keempat itu. Bersama Festi Eliza yang seangkatan dengannya, Widia kemudian mencari jawaban atas masalah yang dikeluhkan ibu-ibu tersebut. Mereka pun berburu buku di perpustakaan. Majalah dan koran yang pernah memuat tulisan tentang permainan anak-anak itu merela lahap. Akhirnya mereka menyimpulkan, permainan anak-anak seperti tetris, game watch, nintendo, atau sebangsanya, yang mereka sebut Permainan Elektronik Visual (PEV), bisa mempengaruhi nafsu makan anak-anak. Analisa dan kesimpulan itu mereka tuangkan dalam karya tulis yang dikirim ke lomba karya tulis ilmiah (LKTI) tingkat nasional yang diadakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, tengah bulan lalu. Hasilnya, tulisan 20 halaman dari Widya dan Festi meraih gelar juara harapan pertama. Berdasarkan hasil studi pustaka yang dilakukan kedua mahasiswi tersebut, PEV memang mengasyikkan dan cepat digandrungi anak-anak. Selain mudah dimainkan, variasi dalam permainan ini sangat beragam dan merangsang daya imajinasi anak. Permainan ini juga membuat anak-anak ingin meraih skor tertinggi, hingga mereka larut di dalamnya. Sampai di situ, permainan tersebut masih berdampak positif karena menambah kemampuan bahasa dan meningkat ketangkasan serta rasa percaya diri. Namun, jika terlalu asyik, seorang anak cenderung lamban dan malas bergerak. ''Dampaknya mereka tidak hanya lupa makan, tetapi juga kehilangan nafsu makan,'' kata Widia kepada TEMPO. Penyebab melorotnya nafsu makan, sederhana saja. Di satu pihak, permainan itu dengan segala daya tariknya memancing seorang anak untuk terus bermain. Di pihak lain, anak-anak umumnya punya sifat egois dan pantang menyerah. Pertemuan dua sifat itu membuat anak-anak termotivasi untuk terus bermain hingga larut malam. Karena motivasi demikian, dan anak-anak terpacu oleh keinginan untuk terus bermain, perhatiannya untuk hal lain, termasuk makanan, lalu terabaikan. Secara ilmiah, penyebab nafsu makan berkurang selagi asyik bermainan PEV adalah karena penurunan fase sefalik (rangsangan makan) dan kurang bergerak. Fase sefalik merupakan salah satu fase sekresi lambung. Rangsangan makan ini bisa terjadi meskipun makanan belum masuk ke perut. Terutama akibat melihat, mencium, memikir, atau merasakan makanan. Makin besar nafsu makan, makin besar rangsangan sekresi lambung. Sesuai dengan sifat PEV yang variatif dan merangsang daya fantasi, anak-anak tenggelam dalam permainan itu. Akibatnya, keinginan untuk melihat, mencium, memikirkan, atau merasakan makanan jadi terabaikan. Maka, seorang anak akan terus bermain, tanpa ada pikiran untuk makan. ''Pikiran untuk makan saja tidak ada, bagaimana bisa menimbulkan nafsu makan?'' kata Festi Eliza. Di sisi lain, kedua mahasiswi ini juga melihat bahwa anak- anak yang sedang bermain PEV secara fisik hampir tidak banyak bergerak. Mereka biasanya bersila di lantai atau duduk di bangku atau tiduran. Padahal, pada tubuh yang kurang bergerak, energi yang terbakar juga sedikit, sehingga rangsangan sekresi beberapa hormon seperti insulin, glukagon, dan hormon pertumbuhan menjadi sedikit. Dan ini akan berpengaruh langsung pada nafsu makan. Sebagai contoh, pengaruh hormon insulin. Hormon ini biasanya memberikan efek terhadap metabolisme karbohidrat untuk peningkatan metabolisme glukosa, pengurangan konsentrasi gula darah, dan peningkatan cadangan glikogen (simpanan gula dalam jaringan otot dan hati). Bagi yang senang berolahraga, pengeluaran hormon insulin antara lain mampu mengurangi konsentrasi gula dalam darah. Dan sebaliknya bagi anak yang kurang bergerak, kadar gulanya meningkat sehingga kontraksi lapar akan berkurang. Bersamaan dengan itu, nafsu makan pun anjlok. Tampaknya, ada yang kurang setuju dengan hasil pengamatan dua mahasiswi kedokteran dari Universitas Andalas itu. Jika masalahnya soal gerak, menurut Ir. Umar Mansyur, anak-anak yang hobi membaca atau melukis bisa jadi juga akan mengalami dampak yang sama. ''Jadi, yang menyebabkan kurang nafsu makan adalah kurang geraknya, bukan tetrisnya,'' kata Ketua Jurusan Farmasi Universitas Indonesia, yang juga bertindak sebagai ketua tim juri, kepada Rihad Wiranto dari TEMPO. Walaupun begitu, orang tua perlu hati-hati untuk memilihkan permainan bagi putra-putrinya, terutama yang menggunakan kaca monitor, seperti tetris, game watch, ataupun nintendo. Dalam hal ini tidak cukup hanya sekadar mampu membeli, tapi mengawasi juga perlu. Lagi pula, permainan video game sudah lebih dulu memakan korban di Jepang dan London. Di dua negara maju itu, permainan elektronik ternyata bisa menyebabkan pemainnya mengalami epilepsi alias ayan. Menurut diagnosa dokter, mereka menderita epilepsi fotosensitif atau peka terhadap kerjapan sinar. Sebabnya, dalam permainan ini muncul radiasi dari kerlap-kerlip warna pada gambar yang bergerak di layar monitor (TEMPO, 30 Januari 1993). Gatot Triyanto dan Fachrul Rasyid (Padang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus