Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gunung Penanggungan yang terbakar pekan lalu memiliki banyak cagar budaya. Kawasan cagar budaya ini terletak di dua kabupaten, Mojokerto dan Pasuruan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Banyaknya cagar budaya di kawasan ini karena Gunung Penanggungan dianggap sebagai tempat persemayaman dewa dan arwah leluhur. Area gunung ini juga dianggap sebagai tempat suci dan permukiman Majapahit, dan kesuciannya masih bertahan hingga hari ini. Sebuah prasasti dari tahun 929 M di Desa Sukci, di lereng timur Gunung Penanggungan di wilayah Pasuruan, menunjukkan gunung ini telah dimuliakan sejak abad ke-10.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Benda dan bangunan yang ada di sini diperkirakan ada sejak abad ke-10, jauh sebelum masa Kerajaan Majapahit hingga Majapahit akhir di abad ke-15. Potensi kepurbakalaan kawasan ini paling kaya di Indonesia mulai dari candi, gua, gapura, altar, petirtaan, dan sebagainya.
Salah satu kawasan cagar budaya Penanggungan adalah jalur kuno yang melingkari puncak puncak gunung. Jalur yang dikenal dengan Jolotundo digunakan oleh para peziarah untuk melakukan ritual keagamaan. Situs tertua di sini adalah Petirtaan Jolotundo, yang didirikan pada tahun 977 masehi pada masa Empu Sindok. Candi Merak juga merupakan situs tertua, yang didirikan pada tahun 1500-an.
Seniman melakukan pementasan Tirta Pawitra atau Air Suci dari Penanggungan di patirthan Jolotundo di lereng gunung Penanggungan di Desa Seloliman, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur 19 Maret 2017. Pementasan ini sebagai bentuk rasa syukur kepada sang pencipta sekaligus dalam rangka menyambut Hari Air Sedunia. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Beberapa cagar budaya yang dapat dijumpai selama pendakian via jalur Jolotundo antara lain:
1. Petirtaan Jolotundo
Jolotundo merupakan kompleks candi yang diperkirakan dibangun pada 899 Saka atau 977 Masehi. Petirtaan Jolotundo berupa tempat pemandian bertingkat yang dibuat sesuai keinginan Raja Udayana yang ingin membangun sebuah tempat pemandian khusus di lereng Pawitra.
Debit air Petirtaan Jolotundo tidak pernah berkurang meskipun musim kemarau. Kualitas airnya dipercaya salah satu yang terbaik di dunia dengan kandungan mineral yang tinggi yang dapat diminum. Masyarakat setempat percaya bahwa air ini dapat dijadikan obat berbagai macam penyakit. Letaknya berada di lereng barat Gunung Penanggungan, Dukuh Balekambang, Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Harga tiket masuknya sebesar Rp10.000/orang dan terbuka selama 24 jam.
2. Candi Pura
Candi Pura merupakan candi kecil dengan bentuk bertingkat atau punden berundak yang sudah hancur. Candi ini disebut percabangan jalur Puncak Bekel dan arah Puncak Penanggungan. Perjalanan ke candi ini memerlukan waktu kurang lebih 1,5 jam dari Jolotundo, atau tidak jauh dari Candi Putri, serta mudah ditemui karena jalur pendakian menuju puncak.
3. Candi Gentong
Candi Gentong akan ditemui pada jalur pendakian saat menuju puncak. Candi ini berbentuk seperti gentong air. Gentong air saat zaman ini terbuat dari tanah liat, sedangkan candi tersebut terbuat dari batu.
4. Candi Lurah
Candi Lurah menawarkan pemandangan Gunung Bekel dengan area yang besar. Struktur Candi Lurah masih bagus dan terawat. Kecantikan candi dan pemandangannya membuat candi ini menjadi salah satu tempat foto yang bagus.
5. Candi Kendalisodo
Candi Kendalisodo biasanya menjadi salah satu tujuan pendaki yang berada di jalur I. Candi ini paling utuh dibandingkan dengan candi lainnya. Ukiran-ukiran candi masih terlihat jelas. Kawasan candi ini biasanya menjadi tempat yang ideal untuk mendirikan tenda untuk kemah sementara di kawasan Gunung Penanggungan.
LAYYIN AQILA
Pilihan Editor: Kisah Lumajang yang Sudah Berdiri Sejak Era Kerajaan Majapahit