Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Istana Bogor, yang menjadi kediaman resmi Presiden Republik Indonesia, disebut Joko Widodo berbau kolonial. Ini karena istana tersebut dibangun dan ditempati oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan kental nuansa Eropa. Sebanyak 44 Gubernur Jenderal Belanda pernah menjadi penghuni istana ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah Indonesia merdeka, istana yang berada di Jalan Ir. H. Juanda No.1, Kelurahan Paledang, Kota Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat, itu difungsikan sebagai Istana Kepresidenan. Sejak 2015, Jokowi lebih sering tinggal dan berkantor di Istana Bogor. Ia juga kerap menyambut tamu kenegaraan di tempat tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut fakta tentang Istana Bogor.
1. Dibangun 1745
Dilansir dari laman Kementerian Sekretariat Negara, Istana Bogor dibangun pada 1745 atas perintah Gubernur Jenderal van Imhoff (1745-1750). Tempat itu dinamakan Buitenzorg, yang artinya bebas masalah/kesulitan. Buitenzorg meliputi wilayah perkampungan di sekitarnya, yang kini dikenal sebagai Kota Bogor.
Pembangunan bermula dari pencarian tempat peristirahatan orang-orang Belanda yang bekerja di Batavia (kini Jakarta). Batavia dianggap terlalu panas, mereka butuh udara yang sejuk.
2. Bangunan Mencontoh Blenheim Palace di Inggris
Bangunan ini mencontoh arsitektur Blenheim Palace, kediaman Duke of Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Gubernur Jenderal van Imhoff sendiri yang membuat sketsa. Pembangunannya belum selesai sampai masa jabatannya berakhir dan dilanjutkan Gubernur Jenderal Jacob Mossel (1750-1761).
3. Pernah Rusak karena Perang Banten dan Gempa
Istana Kepresidenan Bogor mengalami kerusakan pada masa perang Banten 1750-1754, di bawah pimpinan Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang. Pasukan-pasukan Banten menyerang Kampong Baroe dan membakarnya. Namun, bangunan itu diperbaiki kembali oleh penggantinya dengan tetap mempertahankan arsitekturnya.
Istana ini juga pernah rusak berat karena gempa bumi pada 10 Oktober 1834. Perbaikan dilakukan secara bertahap. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Albertus Yacob Duijmayer van Twist (1851-1856), bangunan lama yang rusak karena gempa, dirubuhkan. Bangunan barunya dibuat satu tingkat dengan mengambil arsitektur Eropa Abad IX.
4. Perombakan
Istana Bogor beberapa kali mengalami perombakan dan pernambahan bangunan. Pada masa Gubernur Jenderal Willem Daendels (1808-1811), gedung itu diperluas dengan penambahan lebar di bagian kiri dan kanan. Bangunan induk dibuat menjadi dua tingkat.
Perombakan kembali dilakukan pada masa Gubernur Jenderal Baron van der Capellen (1817-1826). Di tengah-tengah gedung induk didirikan menara. Pada masa ini juga didirikan Kebun Raya Bogor di area Istana.
5. Tempat Penyimpanan Koleksi Barang Berharga
Selain untuk kediaman Presiden dan tempat pertemuan resmi, Istana Bogor juga memiliki sejumlah koleksi barang berharga berupa karya seni. Koleksi itu antara lain 450 lukisan karya berbagai pelukis, seperti Basuki Abdullah (Indonesia), Makowski (Rusia), hingga Ernest Dezentje; 360 patung; karpet langka dari Persia; hadiah kenegaraan, seperti tengkorak harimau berlapis emas, hingga hadiah Perdana Menteri Thailand.
6. Dihuni Lebih dari 800 Rusa
Istana Bogor menjadi rumah bagi lebih dari 800 rusa yang hidup di area rumput seluas 20 hektare. Rusa-rusa ini didatangkan langsung dari Nepal. Kini menjadi daya tarik sendiri karena memiliki nilai historis yang tinggi.
Pilihan Editor: Dua Abad Kebun Raya Bogor, Semula Taman Belakang Kantor Gubernur