Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

5 Fakta tentang Istana Bogor yang Pernah Dihuni 44 Gubernur Jenderal Hindia Belanda

14 Agustus 2024 | 16.28 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Bangunan Istana Bogor. Dok. Biro Sekretariat Presiden

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Istana Bogor, yang menjadi kediaman resmi Presiden Republik Indonesia, disebut Joko Widodo berbau kolonial. Ini karena istana tersebut dibangun dan ditempati oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan kental nuansa Eropa. Sebanyak 44 Gubernur Jenderal Belanda pernah menjadi penghuni istana ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah Indonesia merdeka, istana yang berada di Jalan Ir. H. Juanda No.1, Kelurahan Paledang, Kota Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat, itu difungsikan sebagai Istana Kepresidenan. Sejak 2015, Jokowi lebih sering tinggal dan berkantor di Istana Bogor. Ia juga kerap menyambut tamu kenegaraan di tempat tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berikut fakta tentang Istana Bogor.

1. Dibangun 1745

Dilansir dari laman Kementerian Sekretariat Negara, Istana Bogor dibangun pada 1745 atas perintah Gubernur Jenderal van Imhoff (1745-1750). Tempat itu dinamakan Buitenzorg, yang artinya bebas masalah/kesulitan. Buitenzorg  meliputi wilayah perkampungan di sekitarnya, yang kini dikenal sebagai Kota Bogor. 
Pembangunan bermula dari pencarian tempat peristirahatan orang-orang Belanda yang bekerja di Batavia (kini Jakarta). Batavia dianggap terlalu panas, mereka butuh udara yang sejuk.   

2. Bangunan Mencontoh Blenheim Palace di Inggris

Bangunan ini mencontoh arsitektur Blenheim Palace, kediaman Duke of Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Gubernur Jenderal van Imhoff sendiri yang membuat sketsa. Pembangunannya belum selesai sampai masa jabatannya berakhir dan dilanjutkan Gubernur Jenderal Jacob Mossel (1750-1761).

3. Pernah Rusak karena Perang Banten dan Gempa

 Istana Kepresidenan Bogor mengalami kerusakan pada masa perang Banten 1750-1754, di bawah pimpinan Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang. Pasukan-pasukan Banten menyerang Kampong Baroe dan membakarnya. Namun, bangunan itu diperbaiki kembali oleh penggantinya dengan tetap mempertahankan arsitekturnya.

Istana ini juga pernah rusak berat karena gempa bumi pada 10 Oktober 1834. Perbaikan dilakukan secara bertahap. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Albertus Yacob Duijmayer van Twist (1851-1856), bangunan lama yang rusak karena gempa, dirubuhkan. Bangunan barunya dibuat satu tingkat dengan mengambil arsitektur Eropa Abad IX. 

4. Perombakan 

Istana Bogor beberapa kali mengalami perombakan dan pernambahan bangunan. Pada masa Gubernur Jenderal Willem Daendels (1808-1811), gedung itu diperluas dengan penambahan lebar di bagian kiri dan kanan. Bangunan induk dibuat menjadi dua tingkat. 

Perombakan kembali dilakukan pada masa Gubernur Jenderal Baron van der Capellen (1817-1826). Di tengah-tengah gedung induk didirikan menara. Pada masa ini juga didirikan Kebun Raya Bogor di area Istana. 

5. Tempat Penyimpanan Koleksi Barang Berharga

Selain untuk kediaman Presiden dan tempat pertemuan resmi, Istana Bogor juga memiliki sejumlah koleksi barang berharga berupa karya seni. Koleksi itu antara lain 450 lukisan karya berbagai pelukis, seperti Basuki Abdullah (Indonesia), Makowski (Rusia), hingga Ernest Dezentje; 360 patung; karpet langka dari Persia; hadiah kenegaraan, seperti tengkorak harimau berlapis emas, hingga hadiah Perdana Menteri Thailand.

6. Dihuni Lebih dari 800 Rusa

Istana Bogor menjadi rumah bagi lebih dari 800 rusa yang hidup di area rumput seluas 20 hektare. Rusa-rusa ini didatangkan langsung dari Nepal. Kini menjadi daya tarik sendiri karena memiliki nilai historis yang tinggi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus