Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seleb

78 Tahun KH Mustofa Bisri: Gus Mus Ulama yang Sastrawan, Berikut ini Karya-karyanya

KH Mustofa Bisri atau Gus Mus pada 10 Agustus 2022 berusia 78 tahun. Berikut profil dan karya-karya sang ulama yang sastrawan ini.

11 Agustus 2022 | 20.02 WIB

KH. Ahmad Mustofa Bisri. TEMPO/Budi Purwanto
Perbesar
KH. Ahmad Mustofa Bisri. TEMPO/Budi Purwanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 10 Agustus kemarin, KH Mustofa Bisri atau Gus Mus berulang tahun ke-76. Pengasuh Pondok Pesantren Raudlotut Tholibin, Leteh, Rembang ini lahir pada 10 Agustus 1944.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Melansir dari ensiklopedia.kemdikbud.go.id, KH. Ahmad Mustofa Bisri selain pengasuh pondok pesantren, profesi lainnya sebagai penulis dan staf pengajar di Pesantren Taman Pelajar Rembang, Penasihat di Majalah Cahaya Sufi dan Al-Mihrab Semarang. Ia pun ikut mengasuh situs Pesantren Virtual dan Gusmus.Net.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gus Mus lahir dari ibu yang bernama Nyai Marafah Cholil dan ayahnya KH. Bisri Mustofa sang pengarang Kitab Tafsir Al Ibriz li Ma’rifah. Ayah Gus Mus dikenal sebagai seorang orator atau ahli pidato. Bahkan menurut KH. Saifuddin Zuhri, KH. Bisri Musthafa mampu mengutarakan hal-hal yang sebenarnya sulit sehingga menjadi begitu gamblang, mudah diterima semua kalangan baik orang kota maupun desa.

Pada 1971, Gus Mus menikah dengan Hj. Siti fatmah, mereka dikaruniai 7 anak yakni 6 putri dan 1 putra, serta memiliki 13 cucu. Ia pernah menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Selain itu, ia juga pernah diangkat sebagai Manajer Umum Rois Syriah Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 1994-1999 dan 1999-2004.

Selain dikenal sebagai ulama, Gus Mus juga dikenal sebagai sastrawan. Sejak remaja Gus Mus sudah gemar menulis sajak dan saling berlomba dengan kakaknya yaitu KH. M Cholil Bisri untuk bisa dipublikasikan di media. 

Kebiasaan menulisnya itu, membawa Gus Mus telah melahirkan ratusan sajak yang dihimpun dalam lima buku kumpulan puisi yakni Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (1988), Tadarus Antologi Puisi (1990), Pahlawan dan Tikus (1993), Rubaiyat Angin dan Rumput (1994), dan Wekwekwek (1995). Selain itu ia pun menulis prosa yang dihimpun dalam buku Nyamuk Yang Perkasa dan Awas Manusia (1990).

Pada pernikahan keempat putrinya, untuk masing-masing Gus Mus menerbitkan sebuah buku yang dibagikan sebagai cindera mata bagi para tetamu. Tiga di antaranya Kado pengantin (kumpulan nasehat untuk pengantin yang ditulis tokoh kiai dan cendekiawan, 1997), Bingkisan Pengantin (antologi puisi tokoh penyair, 2002), Cerita-Cerita Pengantin (kumpulan cerpen yang ditulis para tokoh cerpenis, 2004).

Dikutip dari gusmus.net, karena dedikasinya di bidang sastra, Kiai Musthofa Bisri banyak menerima undangan juga dari berbagai negara. Bersama Sutardji Colzoum bachri, Taufiq Ismail, Abdul hadi WM, Leon Agusta, Gus Mus menghadiri perhelatan puisi di Baghdad (Iraq, 1989). 

Mengutip dari nu.or.id, ia juga menghadiri seminar di berbagai negara seperti Universitas Hamburg Jerman, Universitas Malaya (Malaysia), Belanda, Prancis, Jepang, Spanyol, Kuwait, dan Saudi Arabia. Fakultas Sastra Universitas Hamburg, mengundang Gus Mus untuk sebuah seminar dan pembacaan puisi (2000). Universitas Malaya (Malaysia) mengundangnya untuk seminar Seni dan Islam. Sebagai cerpenis, KH Mustofa Bisri menerima penghargaan “Anugerah Sastra Asia” dari Majelis Sastra (Mastera,Malaysia, 2005).

RINDI ARISKA

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus