Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Peringatan Satu Abad Nahdlatul Ulama jadi ajang untuk menegaskan kembali ideologi organisasi dalam urusan fikih peradaban. Sekali lagi NU menyatakan menolak tegas ideologi negara khilafah. Sikap ideologi NU ini merupakan hasil dari Muktamar Internasional Fikih Peradaban I.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sikap ini dibacakan oleh ulama dan budayawan KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus, dan Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid pada Resepsi Satu Abad NU di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Selasa, 7 Februari 2023. Gus Mus membacakan rekomendasi itu dalam bahasa Arab, sedangkan Yenny membaca terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NU menyatakan sikap menolak ide negara khilafah atau menyatukan umat Islam di bawah naungan negara tunggal. Gus Mus dan Yenny, sesuai rekomendasi itu, menyatakan upaya mendirikan negara ISIS justru berakhir dengan kekacauan. ISIS justru berlawanan dengan tujuan pokok agama yang tergambar dalam lima prinsip: menjaga nyawa, menjaga agama, menjaga akal, menjaga keluarga, dan menjaga harta.
NU memilih jalan lain, mengajak umat Islam untuk menempuh visi baru, dan mengembangkan wacana baru tentang fikih. Yaitu, fikih yang akan dapat mencegah eksploitasi atas identitas, dan menangkal penyebaran kebencian antargolongan.
Fikih harus mendukung solidaritas, dan saling menghargai perbedaan di antara manusia, budaya, dan bangsa-bangsa di dunia, serta mendukung lahirnya tatanan dunia yang sungguh-sungguh adil dan harmonis. “Yakni tatanan yang didasarkan pada penghargaan atas hak-hak yang setara serta martabat setiap umat manusia,” ucap Gus Mus dan Yenny.
Yahya, pada Oktober lalu menyebut warga NU mencapai setidaknya 150 juta orang, dari 270 juta penduduk Indonesia. Di tengah usia NU yang telah satu abad, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Yahya Cholil Tsaquf mengekspresikan keharuannya.
Pada pidato resepsi, Yahya berteriak histeria mengajak Banser, Muslimat, semua badan otonom NU, dan pecinta NU untuk terus berkhidmat ikhlas untuk merawat dunia. Ia mengajak warga NU, dan pecinta NU menyongsong abad kedua Nahdlatul Ulama. “Indonesia selamat datang di abad kedua Nahdlatul Ulama. Dunia, selamat datang di abad kedua Nahdlatul Ulama," kata Yahya.
NU dan Muhammadiyah menolak negara khilafah
Sebelumnya, pimpinan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Pengurus Pusat Muhammadiyah pernah menegaskan kesepakatan menjaga persatuan umat Islam Indonesia. Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj mengatakan jati diri umat Islam di Indonesia adalah umat yang toleran, pemaaf, dan mementingkan persaudaraan ketimbang permusuhan.
Said mengatakan ada yang aneh dengan kondisi umat Islam di Indonesia belakangan. "Ada sesuatu yang asing, ini antarsaudara kita jadi beringas, radikal, ini sama sekali tak menunjukkan watak jadi diri umat Islam Indonesia," kata Said di kantor Pusat Dakwah Muhammadiyah, Rabu malam, 31 Oktober 2018.
Kiai nahdliyin ini mengatakan dia pernah membaca gagasan bahwa khilafah harus terbentuk di Asia Tenggara, pada 2024. Said lantas mengajak umat Islam khususnya NU dan Muhammadiyah menjaga agar hal itu tak terjadi.
Said juga mengajak seluruh masyarakat menjaga persaudaraan. Tanpa diminta pun, kata Said, NU dan Muhammadiyah sebagai dua organisasi Islam tertua di Indonesia berkewajiban akan hal itu. Menurut dia, kondisi di Indonesia saat ini masih jauh lebih baik ketimbang masyarakat Timur Tengah yang terus didera perang saudara.
NU dan Muhammadiyah, ujar Said, berkewajiban mengawal ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah wathoniah, ukhuwah insaniah. “Mari kita jaga semua. Jika tidak, ancaman perang saudara itu ada," ujar Said.
Said tak merinci di mana dia membaca cita-cita khilafah itu. Namun, dia mengatakan gagasan khilafah 2024 di Asia Tenggara itu sudah digaungkan sejak lama. "Ya HTI (Hizbut Tahrir Indonesia). Siapa lagi?" kata Ketua Umum PBNU itu saat ditanya siapa yang menginginkan terbentuknya khilafah di Asia Tenggara.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.