Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

9 Tips Mengatasi Masalah Kesehatan saat Liburan dari Keracunan Makanan hingga Dehidrasi

Ada kalanya saat liburan tidak berjalan sesuai rencana. Tidak hanya masalah akomodasi tapi juga masalah kesehatan. Simak tips berikut ini

1 Mei 2024 | 10.10 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ada kalanya saat liburan tidak berjalan sesuai rencana. Tidak hanya masalah akomodasi tapi juga masalah kesehatan. Misalnya mengalami keracunan makanan, tersengat ubur-ubur saat liburan ke pantai, atau digigit ular berbisa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jordan Wagner, dokter yang bertugas di ruang gawat darurat mengungkapkan beberapa tips untuk menghadapi masalah kesehatan saat liburan. Termasuk apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat mengalami beberapa masalah kesehatan berikut ini.  

1. Keracunan makanan 

Kalau mengalami keracunan makanan, pastikan tetap terhidrasi. Makanlah makanan yang hambar dan mudah dicerna. Sebaliknya hindari makanan olahan susu, pedas, atau berlemak yang dapat membuat perut semakin sakit. Jangan minum obat anti diare tanpa berkonsultasi dengan ahli kesehatan. 

2. Disengat ubur-ubur

Ketika liburan di pantai hati-hati dengan bahaya sengatan ubur-ubur. Untuk mengatasi sengatannya, basuh area yang terkena dengan cuka untuk menetralisir racunnya. Lepaskan semua tentakel dengan pinset, berhati-hatilah untuk menghindari kontak langsung dengan kulit. Jika gejalanya parah atau sengatannya menutupi sebagian besar tubuh segera minta bantuan medis. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wagner mengingatkan untuk tidak memblias area tersebut dengan air bersih, karena dapat mengaktifkan racun yang tersisa. Jangan gunakan alkohol atau air seni untuk membilas luka yang tersengat, karena dapat memperparah cedera. Selain itu, jangan mengabaikan tanda-tanda reaksi alergi, seperti kesulitan bernapas atau pembengkakan pada wajah, bibir, atau tenggorokan.

3. Digigit laba-laba berbisa, ular, kelabang, atau kalajengking

Segera minta pertolongan medis meskipun gejalanya ringan, karena gigitan berbisa dapat mengancam jiwa jika tidak segera ditangani. Jangan mencoba untuk menyedot racun atau membuat sayatan di dekat lokasi gigitan, karena dapat memperburuk kerusakan jaringan. Jangan memasang tourniquet atau pita pembatas di atas gigitan, karena bisa memerangkap racun di area yang terkena

Usahakan agar racunnya tidak menyebar ke area tubuh lain. Bersihkan luka dengan sabun dan air untuk mengurangi risiko infeksi dan gunakan kompres dingin atau kompres es yang dibungkus kain untuk mengurangi pembengkakan dan nyeri.

4. Sengatan tawon dan lebah

Basuh area yang terkena dengan sabun dan air untuk mengurangi risiko infeksi dan gunakan kompres dingin atau kompres es yang dibungkus dengan kain untuk mengurangi rasa sakit dan bengkak.  Minumlah antihistamin atau pereda nyeri yang dijual bebas sesuai kebutuhan.

Wagner mengingatkan jangan gunakan pinset untuk menghilangkan alat penyengatnya, karena dapat memasukkan lebih banyak racun ke dalam luka. Jangan menggaruk atau menggosok area yang terkena karena dapat meningkatkan peradangan dan ketidaknyamanan. Cari bantuan medis, kalau muncul tanda-tanda reaksi alergi, seperti kesulitan bernapas atau pembengkakan pada wajah, bibir, atau tenggorokan.  

5. Gigitan binatang liar

Jangan abaikan luka gigitan, meski tampaknya kecil bisa menyebabkan infeksi serius atau penyakit seperti rabies. Sebaiknya jangan mecoba memberikan vaksinasi atau pengobatan rabies tanpa pengawasan medis. Segera cari pertolongan medis untuk mencegah komplikasi. 

6. Terbakar sinar matahari

Wagner menyarankan untuk mengatasi kulit yang terbakar sinar matahari dapat menggunakan lidah buaya atau losion yang menenangkan di bagian area yang terkena. Minumlah banyak air agar tetap terhidrasi, serta obat pereda nyeri yang dijual bebas untuk mengurangi peradangan. Hindari mengelupas kulit yang terbakar matahari. Selain itu hindari menggunakan produk berbahan dasar minyak bumi karena dapat memperburuk luka bakar. Kalau muncul gejala seperti demam atau menggigil segera minta bantuan medis. 

7. Heat stroke

Saat mengalami heat stroke,  Wagner menyarankan untuk melepaskan pakaian luar  dan tempelkan kain dingin dan basah pada kulit. Tawarkan seteguk air jika orang tersebut sadar dan mampu menelan. Segera cari bantuan medis jika gejalanya memburuk atau jika orang tersebut kehilangan kesadaran.

"Jangan berikan orang tersebut cairan jika mereka tidak sadar atau tidak mampu menelan. Jangan gunakan es atau air dingin untuk mendinginkan, karena dapat menyempitkan pembuluh darah dan menghambat pembuangan panas," kata Wagner seperti dikutip dari laman Daily Mail.

8. Dehidrasi

Wagner mengatakan dehidrasi ditandari dengan pusing, mulut kering, urin berwarna gelap. Segera ganti cairan dan elektrolit yang hilang dengan minum banyak cairan. Hindari konsumsi alkohol atau minuman berkafein. Jangan tunggu sampai haus untuk minum. Istirahat di tempat sejuk untuk mencegah kehilangan cairan. Cari pertolongan medis jika gejalanya parah. 

9. Hipotermia

Sementara untuk mengatasi hipotermia, Wagner menyarankan untuk memindahkan ke tempat yang hangat dan kering dan lepaskan pakaian basah. Lapisi dengan selimut dan berikan minuman panas jika dia sadar dan mampu menelan.

Sebaliknya jangan menghangatkan orang yang hipotermia telrlau cepat karena dapat menyebabkan syok atau serangan jantung. Hindari menggosok atau memijat anggota tubuh karena dapat menyebabkan kerusakan jaringan lebih lanjut. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus