Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyelenggaraan Festival Pesona Meti Kei (FPMK) 2021 mulai memberikan dampak bagi sektor pariwisata di Maluku Tenggara. Tingkat hunian hotel di wilayah itu meningkat drastis dibandingkan sebelumnya meski masih terdampak pandemi Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ada tujuh hotel di Maluku Tenggara dan beberapa diantaranya sudah full (penuh) untuk tanggal 23 Oktober karena ada festival Meti Kei," kata Direktur Eksekutif Badan Promosi Pariwisata Daerah Maluku Tenggara (Malra) Andi Abdul Rahman Aziz di Langgur, Jumat, 22 Oktober 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rangkaian acara FPMK 2021 mulai berlangsung sejak 21 dan akan berjalan hingga 29 Oktober 2021. Selama waktu itu, permintaan untuk jasa penginapan meningkat terutama dari banyaknya tamu undangan dan wisatawan yang datang ke daerah tersebut.
"Untuk jasa perhotelan, bulan ini jadi 'peak season' yang sibuk. Meski begitu, karena belum tutup bulan maka kita belum bisa menghitung secara pasti tingkat okupansinya," kata Andi.
Bupati Maluku Tenggara M. Thaher Hanubun sebelumnya mengatakan penyelenggaraan FPMK 2021 menjadi kesempatan guna tumbuh dan berkembangnya pariwisata Kepulauan Kei sebagai destinasi unggulan nasional di wilayah Timur Indonesia. "Enam tahun pelaksanaan even FPMK menjadi even kebanggaan masyarakat Malra yang sudah banyak memberikan kesan dan pengalaman bagi masyarakat maupun para tamu yang berkunjung di Malra," kata dia.
Sejumlah kegiatan menarik akan digelar mulai 23 Oktober berupa karnaval budaya di Stadion Maren Langgur, kemudian 24 Oktober ada lomba layangan di pantai Ohoi Oholilir dan futsal extreme di pantai Ohoi Ohoidertavun pada 25 Oktober. Selanjutnya lomba dayung sampan pada 26 Oktober di Ohoi Letman, kegiatan Hoping Island di Kawasan Pulau Sepuluh pada 28 Oktober, penangkapan ikan secara tradisional yang disebut wer warat pada 28 Oktober, dan terakhir bersepeda "Tour de Mollucas" di Pantai Ngurbloat Ngilngof pada 29 Oktober.
Festival Meti Kei sendiri merupakan festival yang digelar terinspirasi dari tradisi Meti yang merupakan sebutan warga di Indonesia Timur untuk fenomena alam ketika air laut surut sangat jauh di pesisir pantai pada periode tertentu di setiap tahun. Ketika peristiwa itu terjadi, masyarakat di Maluku Tenggara berbondong-bondong memenuhi pantai yang sedang surut untuk menangkap ikan.