Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Airnav Tingkatkan Kewaspadaan terhadap Cuaca Ekstrem dan Aktivitas Gunung Berapi selama Nataru

Airnav Indonesia mengatakan tantangan terbesar dalam memandu penerbangan di Indonesia saat Nataru adalah fenomena cuaca dan gunung berapi.

25 Desember 2024 | 14.51 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi Bandara Angkasa Pura I (ap1.co.id)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Tangerang - Cuaca buruk atau ekstrem dan gunung berapi aktif selama periode Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 atau Nataru menjadi tantangan bagi Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau AirNav Indonesia dalam memandu penerbangan di Indonesia. Apalagi, pada momen Nataru, trafik penerbangan baik di domestik maupun internasional sangat tinggi.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk itu, perusahaan itu meningkatkan kewaspadaan dengan aktif berkoordinasi dengan Badan Meterologi, Klimatologi Geafisika (BMKG) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sekarang yang menjadi tantangan kami dalam memandu penerbangan di Indonesia adalah fenomena cuaca dan gunung berapi," ujar Direktur Operasional Airnav Indonesia Reza Fahmi saat Safety Campaign di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Selasa, 24 Desember 2024. 

BMKG, kata Reza, memberikan informasi prakiraan cuaca yang real time kepada Airnav dan petugas Air Traffic Control (ATC)  yang memandu penerbangan secara langsung "Petugas ATC lalu menyampaikan informasi cuaca tersebut secara langsung ke pilot," kata Reza.  

Sementara itu, PVMBG juga memberikan informasi seputar gunung berapi, seperti aktivitas Gunung Raung yang menganggu penerbangan pada Selasa, 24 Desember kemarin.

"(Aktivitas Gunung Raung) mengganggu rute udara dari Jakarta-Bali, berdasarkan informasi itu rute penerbangan kami alihkan, sehingga penerbangan berjalan aman walaupun ada aktivitas gunung berapi," kata Reza.

Abu Vulkanik Gunung Semeru dan Gunung Lekatobi

Kepala Divisi Pengendalian Operasi Layanan Navigasi Penerbangan AirNav Indonesia Muji Subagyo menambahkan, Airnav Indonesia juga mewaspadai beberapa wilayah yang terkena dampak abu vulkanik seiring aktifnya gunung berapi di beberapa wilayah seperti Gunung Semeru dan Gunung Lekatobi.   

Untuk itu, kata Muji, Airnav Indonesia telah  melakukan mitigasi dengan berkoodirnasi langsung ke BMKG untuk memastikan dan memperbarui informasi mengenai prediksi cuaca buruk yang akan terjadi. "Kami sinkronkan dengan perkembangan BMKG, memberikan informasi atau aduan peringatan, baik soal arah angin, hujan, dan juga petir," ujarnya. 

Begitu juga dengan kondisi bencana seperti Gunung Merapi. Selain dengan BMKG, menurut Muji, Airnav juga menggandeng Volcanic Ash Advisory Centre (VAAC) Darwin, serta Layanan prakiraan cuaca di Australia.

"Jadi begitu gunung erupsi, langsung keluar prediksi abu vulkanik selama enam jam, seperti di mana sebarannya, dibawa kemana, angin arah kemana dan bandara mana yang terdampak, dan itu yang kami publikasi," kata Muji saat konprensi pers di Bandung, Sabtu, 21 Desember 2024. 

AirNav bersama stakeholder aviasi seperti otoritas bandara, Angkasa Pura Indonesia, BMKG dan lainnya, telah menyiapkan dukungan prosedur kontingensi dan kewaspadaan, untuk mengantisipasi keadaan darurat seperti cuaca ekstrem, letusan gunung berapi, hingga gangguan operasional maskapai dan bandara yang mengakibatkan penundaan dan pengalihan penerbangan.   

Selain itu, AirNav Indonesia telah menyusun rencana strategi pelayanan navigasi yang akan digunakan selama periode Nataru 2024/2025, di antaranya kesiapan personel yang andal, kesiapan fasilitas komunikasi dan navigasi, kesiapan prosedur, safety risk assessment, penambahan jam operasional mengikuti kebutuhan bandara, fleksibilitas slot penerbangan, serta pelayanan informasi data dan publikasi NOTAM/ASHTAM.  

Terbitkan 8.000 NOTAM  

Airnav Indonesia mencatat, sejak Januari hingga November 2024, telah menerbitkan  8.000 Notice to Airmen atau NOTAM terkait dengan pemberitahuan informasi penting  perubahan prosedur atau adanya bahaya bagi operasional penerbangan. "NOTAM dikeluarkan karena adanya bencana alam yang mengakibatkan ketidakmungkinan maskapai untuk tetap terbang. Hal ini dilakukan untuk keselamatan penerbangan," kata Muji.  

Muji juga mengungkapkan, per 20 Desember 2024 saja, banyak maskapai yang mengalihkan penerbangan karena bandaranya mengalami cuaca buruk. Bisa karena badai, hujan deras yang disertai petir, hingga letusan gunung berapi yang mengakibatkan deburan abu vulkanik. "Termasuk di Kupang, Papua di Wamena, dan lainnya,"ujar Muji. 

Puncak Arus Natal dan Tahun Baru  

AirNav Indonesia memperkirakan puncak arus libur Natal 2024 terjadi pada Sabtu 21 Desember 2024. 

"Dengan 4.612 pergerakan per hari, melebihi jumlah pergerakan pesawat pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 4.500 pergerakan," ujar  Direktur Keselamatan, Keamanan dan Standardisasi AirNav Indonesia Ahmad Nurdin Aulia di Bandung, Sabtu, 21 Desember 2024.  

Adapun puncak arus tahun baru diprediksi terjadi pada 28 Desember dengan 3.942 pergerakan per hari. Airnav Indonesia mencatat, rute penerbangan terpadat untuk domestik di Soekarno – Hatta ke Denpasar dan Surabaya, sedangkan untuk internasional adalah Soekarno-Hatta ke Singapura dan Kuala Lumpur.  

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus