Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Aksi Gendawangan dan Jianzi di Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta

Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) kembali siap digelar di kampung pecinan Ketandan Yogyakarta pada 24 Februari - 2 Maret 2018.

22 Februari 2018 | 09.52 WIB

Pelangi Nusantara di Pekan Budaya Tionghoa
Perbesar
Pelangi Nusantara di Pekan Budaya Tionghoa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) kembali siap digelar di kampung pecinan Ketandan Yogyakarta pada 24 Februari - 2 Maret 2018. Perhelatan ini digelar masih dalam suasana Imlek dan Cap Go Meh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Semakin meriah dibanding tahun-tahun sebelumnya, perhelatan yang memasuki usia ke 13 kali ini diramaikan dengan kesenian tionghoa yang belum kurang popular di mata publik.

“Untuk kali pertama dalam even ini kami akan menampilkan kesenian Gendawangan dan juga olahraga Jiànzi (baca: Jense),” ujar panitia PBTY, Gotama Fantoni di Yogyakarta Rabu 21 Februari 2018.

Gendawangan merupakan bentuk kesenian mirip ondel-ondel berupa boneka raksasa berkostum khas Cina. Boneka besar seperti raksasa ini akan menghibur pengunjung dengan berjoget atau sekedar berfoto bersama selama pelaksanaan PBTY.

“Ada tiga kelompok Gendawangan yang hadir, yakni dari Semarang, Ungaran, dan Jepara,” ujar Fantoni.Kepala Naga Berusia 100 tahun Buka Pekan Budaya Tionghoa. TEMPO/Hand Wahyu

Sedangkan Jiànzi merupakan olahraga asal Cina yang permainannya dilakukan dengan cara menendang kok (shuttlecock), seperti sepak takraw. Permainan ini dilakukan pada lapangan dengan pembatas seperti net bulu tangkis. Setiap tim harus berusaha agar kok tidak menyentuh tanah agar.

Kok Jiànzi betuknya kepingan logam dengan bulu lebih sedikit dibandingkan kok bulu tangkis. “Ada 50 bola kok Jiànzi yang disediakan untuk peserta lomba dan pengunjung yang ingin mencoba,” ujar Fantoni.

Event PBTY kali ini mengangkat tema Harmoni Budaya Nusantara. Selama festival berbagai kesenian dan kuliner khas Tionghoa akan dihadirkan. “Total ada 148 stand kuliner tersedia,” ujarnya.

Sedangkan untuk pertunjukan kesenian disiapkan empat panggung besar dan kecil. Di panggung-panggung akan dipentaskan mulai dari wayang Potehi, pamerang mebel Cina kuno, hingga lomba bercerita bahasa mandarin.

Akan tampil pula demonstrasi kaligrafi cina, lomba karaoke mandarin, penampilan naga dan barongsai, workshop melukis wayang, sampai pemilihan model Koko dan Cici. Taman Lampion juga disiapkan, dan pengunjung yang ingin menyaksikan dikenakan biaya masuk Rp 20 ribu per orang.

“Pembukaan PBTY akan dilakukan dengan karnaval besar di sepanjang Malioboro juga atraksi liong dan barongsai oleh akademi militer dan enam grup terpilih,” ujarnya.

Tak hanya budaya Tionghoa, ada juga kesenian nusantara yang tampil selama perayaan. Misalnya kesenian Topeng Ireng asal Magelang Jawa Tengah, seni keprajuritan keraton, juga tarian Gendowo Alit.

Panitia PBTY lainya, Roy Setyawan mengatakan pekan budaya Tiongho ini dikemas sehingga makin meneguhkan Yogya sebagai kota budaya dunia dan city of tolerance. Dalam perhelatan awal hingga sekarang, pekan budaya Tionghoa tak pernah melulu menampilkan kebudayaan tionghoa saja, namun telah merangkul berbagai komunitas dari Aceh hingga Papua ikut serta.

Tulus Wijanarko

Tulus Wijanarko

Wartawan senior dan penyair.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus