Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seleb

Ayu Utami, Sastrawan Sekaligus Salah Seorang Pendiri AJI Indonesia

Ayu Utami penulis novel Saman dan Larung. Ia salah seorang pendiri AJI Indonesia dan turut mengajukan amicus curiae sengketa Pilpres 2024.

21 Juni 2024 | 09.16 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Perwakilan dari 29 seniman dan budayawan Indonesia, seniman Ayu Utami memberikan keterangan pers usai menyampaikan berkas Amicus Curiae terkait kasus Perkara Nomor 1/PHPU.PRES/XXII/2024 dan Perkara Nomor 2/PHPU.PRES/XXII/2024 perihal Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024 kepada Mahkamah Konstitusi (MK) di Gedung 2 MK, Jakarta, Senin 1 April 2024. Dalam berkas yang disampaikan seniman dan budayawan menilai menunjukan banyaknya persoalan yang terjadi sejak tahap pencalonan hingga kampanye. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bagi pencinta dunia sastra, pasti telah mengenal sosok Ayu Utami penulis buku fenomenal Saman (1998) yang kontroversial pada masanya. Novelnya yang ia tulis selalu menjadi diskusi di masyarakat, namun karyanya mendapat pujian dari para kritikus dan mampu. meraih berbagai penghargaan sastra.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari laman Kemendikbud, pemenang penghargaan Prince Claus Award 2000 ini aktif menulis buku sejak 1998, Saman merupakan novel pertamanya. Namun, sebelumnya Ayu telah menulis beberapa cerpen yang terbit di majalah Humor sekitar 1989 hingga 1990.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Profil Ayu Utami

Ayu Utami merupakan penulis kelahiran Bogor, 21 November 1968. Nama lengkapnya Justina Ayu Utami. Ia anak terakhir dari lima bersaudara dari pasangan Johanes Hadi Sutaryo dan ibunya bernama Bernadeta Suhartinah.

Riwayat pendidikan Ayu Utami tercatat mulai dari sekolah dasar di SD Regina Pacis, kota Bogor (1981). Kemudian pada tingkat menengah Ayu pindah ke Jakarta dan bersekolah di SMP Tarakanita 1 Jakarta (1984) hingga ia lulus SMA Tarakanita 1 Jakarta (1987). Karena ia menyukai sastra, Ayu memutuskan untuk memilih Jurusan Sastra Rusia, di Universitas Indonesia (UI) hingga ia lulus pada 1994. 

Di sela-sela kuliahnya dulu, sosok penulis novel Larung ini pernah mengikuti kontes modelling majalah Femina 1990. Ia berhasil masuk jajaran 10 besar. Namun, Ayu tidak terlalu tertarik dengan dunia modelling sehingga tak meneruskan karir di bidang ini. Selain sebagai model, pekerjaan menjadi sekretaris pernah dicobanya di sebuah perusahaan pemasok senjata dan mencoba di Hotel Arya Duta sebagai guest public relations

Dilansir dari laman Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek, Ayu pertama kali terjun ke dalam dunia jurnalistik pada tahun 1991. Ia bekerja di beberapa media sebagai wartawan seperti di Majalah Matra, Forum Keadilan, dan D&R. Dari kesempatan menjadi wartawan itulah Ayu merasa mempunyai keterampilan menulis. 

Ia menjadi aktif menulis lewat tulisan mingguan di kolom “Sketsa”, harian Berita Buana. Kecintaannya kepada dunia pers membuat ia menjadi salah seorang pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI) hingga bersama membangun Komunitas Utan Kayu. Komunitas Utan Kayu merupakan sebuah kelompok yang berfokus pada kegiatan seni, pemikiran, dan kebebasan informasi, sebagai kurator. Ia juga sekaligus menjadi anggota redaktur Jurnal Kalam dan peneliti di Institut Studi Arus Informasi.

Berbekal dari berbagai pengalamannya sebagai jurnalis, Ayu mantap menerbitkan buku pertamanya berjudul Saman 1998. Novel tersebut berhasil meraih banyak penghargaan. Setelah itu dibuatlah sekuel dari Saman yaitu Larung tiga tahun setelahnya. Hingga terbitlah novel-novel selanjutnya, seperti Bilangan Fu (2008), Manjali dan Cakrabirawa (2010), Si Parasit Lajang (2003), Cerita Cinta Enrico (2012), dan Soegija: 100% Indonesia (2012). 

Ia pun telah meraih berbagai penghargaan antara lain Pemenang Sayembara Penulisan Roman Terbaik Dewan Kesenian Jakarta tahun 1998 untuk novelnya Saman, Prince Claus Award dari Prince Claus Fund, sebuah yayasan yang bermarkas di Den Haag pada 2000, hingga Penghargaan Khatulistiwa Literary Award tahun 2008 untuk novelnya Bilangan Fu

Ayu juga merupakan salah seorang yang mengajukan amicus curiae saat sidang sengketa Pilpres 2024 lalu. Amicus Curiae yang saat itu digagas budayawan, sastrawan dan pekerja seni lainnya seperti Butet Kertaredjasa dan Goenawan Mohamad untuk menegaskan komitmennya terhadap nilai-nilai demokrasi dan kebebasan berekspresi di Indonesia. Ayu turut hadir dalam penyerahan berkas di Gedung MK, Jakarta Pusat, pada Senin, 1 April 2024.

SAVINA RIZKY HAMIDA | ADINDA JASMINE PRASETYO

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus