Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Badut-badut di atas ring

"sony super show" di istora senayan, sahid hotel, dan dynasty night club, jakarta. ada pertunjukan musik, tinju dan badut. diramaikan muhammad ali, kool & the gang, larry holmes, tim witherspoon.

24 Maret 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJUMLAH petinju, dan mantan petinju berkumpul di Istora Senayan Jakarta, Ahad malam pekan lalu. Ada Larry Holmes, Tim Witherspoon, Greg Richardson, Bernardo Mercado. Petinju lokal juga ada, yakni Ellyas Pical, Husny Ray, dan Said Iskandar. Lalu yang mantan, siapa lagi kalau bukan Muhammad Ali. Nah, mereka ini menggelar kebolehannya di atas panggung. Cuma, para petinju itu bukan mengadu otot, otak, taktik, atau strategi yang lazim dalam dunia olahraga. Mereka itu, yang menggelar acara di bawah bendera Sony Super Show, hanyalah ber-"tinju-tinju"-an. Tak pelak, ini acara hiburan, bukan olahraga. Mungkin karena itu calon penonton bingung dan sulit diajak untuk merogoh uang Rp 250 ribu untuk ring side atau Rp 200 ribu untuk kursi VIP. Tercatat hanya kurang dari 2.000 penonton -- sebagian panitia dan undangan. Kapasitas Istora sendiri sekitar 10 ribu manusia. Pergelaran dibuka dengan pertandingan Ellyas Pical melawan Greg Richardson. Bekas juara dunia kelas bantam yunior ini seperti baru belajar tinju dan penonton berteriak hu... hu.... Apalagi ketika Elly berlari menuju Greg dan bukannya memukul tapi mengangkat tangan. Akhirnya Elly, yang di ronde-ronde awal sempat serius dan setelah itu "bermain-main", dinyatakan kalah angka. Partai selanjutnya, Larry Holmes melawan Bernardo Mercado, petinju dari Kolombia yang berperut gendut. Mereka bertanding, eh, berjingkrak-jingkrak, selama dua ronde. Setelah itu, Larry Holmes dihadapkan dengan James "Quick" Tillis, petinju yang pernah kalah angka ketika melawan Mike Tyson 10 ronde bulan Mei, empat tahun lalu. Tillis kali ini adalah petinju yang penuh gumpalan lemak di pinggangnya. Mungkin sadar bahwa ini tinju-badut, Larry Holmes tak segera kembali ke sudutnya begitu bel berbunyi di akhir ronde. Ia, yang bertinju mengenakan baju kaus hitam, menggoda gadis pembawa papan ronde. Penonton bersuit-suit. Ketika Muhammad Ali muncul di panggung, penonton pun bersorak. Ada yang berteriak, seperti biasa, "Ali... Ali...." Yang jelas, dengan kondisi seperti sekarang ini, Ali tak berniat adu jotos dengan siapa pun. Ia dipamerkan sebagai bintang tamu. Partai puncak -- begitu kata penyiar dari FNN Sport -- adalah Tim Witherspoon melawan Gragg Gunnel. Pada ronde ketiga Tim dinyatakan menang TKO karena kening lawannya berdarah. Jika saja memakai ilmu tinju sejati, mestinya Gunnel sejak menit pertama di ronde pertama sudah jatuh tersungkur. Tapi, siapa promotor yang mau menggelar secara benar kalau tubuh Gunnel jauh lebih kecil dari lawannya? Pengunjung memang protes, teriak-teriak untuk melampiaskan sebalnya. "Ini, sih, show badut-badut, bukan ekshibisi tinju," gerutu Tinton Suprapto, pembalap yang juga promotor tinju itu. Ketua KTI Leo Lopulisa ikut mencak-mencak. "Performance macam apa yang mereka tampilkan. Saya nggak ngerti," katanya. Dalam jumpa pers Senin malam lalu di Hotel Sahid Jaya, Dennis Rappaport, konsultan panitia, membantah bahwa pertandingan tinju itu hanya sandiwara. Menurut Dennis, semua pertandingan berlangsung dengan wajar. Sedang Arny Rosenthall, penyiar FNN Sports, membenarkan bahwa acara ini disiarkan ke AS. Cuma saja tidak siaran langsung. "Penyiarannya kami tunda tiga jam," katanya. Ketua Panitia, Ade Nasution, yang Senin kemarin tiba-tiba ada di Bali, memperkuat lagi. "Anak saya dari California telepon, memang disiarkan FNN. Tepatnya jam 11 siang waktu setempat," kata Ade kepada Joko Daryanto dari TEMPO di Bandara Ngurah Rai, Bali. Ade pun menyebut pertandingan tinju itu serius. "Kalau pertandingan Larry Holmes seperti sirkus, oke. Tapi, yang partai utama, itu serius," katanya. Yang dimaksudkan Tim Witherspoon. "Kelihatannya main-main, itu karena lawannya lemah. Tapi, ingat, Mike Tyson juga pernah diadu dengan lawan yang lemah," tambah Ade. Rangkaian Sony Super Show memang tak cuma adu tinju itu. Kamis dan Jumat sebelumnya ada acara Larry Holmes & Marmalade Band, Lace Trio Black Women, dan Kool & The Gang yang disajikan di Sahid Hotel dan Dynasty Night Club. Acara ini memang sejak awal diniatkan sebagai hiburan semata. Di Dynasty, acara yang dijadwalkan dimulai pukul 19.00 molor sampai pukul 22.45. Keterlambatan itu karena menunggu Muhammad Ali. Larry Holmes & Marmalade Band menyanyikan tujuh lagu untuk penonton, dan tampil lumayan. Begitu pula hadirnya Lace Trio Black Woman, yang personelnya terdiri dari Liza Frazier, Katty Merrick, dan Vivian Ross turut menghangatkan suasana. Lebih-lebih setelah panggung dientak oleh Kool and the Gang. Grup musik yang dimotori Robert Bell ini menggelar lagu-lagu dalam album Celebration yang pernah beken tahun 1982. Namun, Robert Bell mengaku kecewa dengan tata letak tempat duduk penonton yang menyebabkan para penonton cenderung pasif. "Penonton di sini konservatif, diam saja. Saya yakin itu karena setting-nya disusun dengan konsep setting untuk dinner. Biasanya penonton kami tidak begitu," tambahnya. Yang kecewa tak hanya Robert. Panitia pun gigit jari. Jumlah pengunjung jauh dari target. Dynasty yang berkapasitas 350 meja masing-masing untuk 10 orang hanya terisi sekitar 70 meja. Itu pun setelah harga karcis dibanting, dari Rp 300 ribu menjadi Rp 100 ribu. "Secara komersial, kami memang gagal. Tapi, secara attitude show dengan mendatangkan bintang, kami berhasil," kata Ade Nasution. Ia tak kapok. Kini ia berniat mendatangkan mahabintang sepak bola Maradona. Entah diadu dengan klub mana, siapa tahu dihadapkan dengan Persiba -- Persatuan Sepak Bola Bantul. Yusroni Henridewanto, Liston P. Siregar, dan Muchlis H.J.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus