Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Batik Dan Tarian Sakral Untuk Pernikahan Putra Mahkota Pakualaman

Pernikahan putra mahkota Keraton Pura Pakualaman Yogya Bendara Pangeran Hario (BPH) Kusumo Bimantoro dengan Maya Lakshita Noorya digelar 5-6 Januari

27 Desember 2018 | 08.26 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pernikahan putra mahkota Keraton Pura Pakualaman Yogya Bendara Pangeran Hario (BPH) Kusumo Bimantoro dengan Maya Lakshita Noorya bertajuk Dhaup Ageng pada 5-6 Januari 2019 akan menampilkan mempelai dengan balutan batik nan sakral juga unik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua Umum Panitia Dhaup Ageng Puro Pakualaman 2019, Kanjeng Pangeran Hario (KPH) Indrokusumo menuturkan pada pernikahan ini pasangan pengantin dan keluarga akan menggunakan motif batik Surya Mulyarja. "Motif Surya Mulyarja dibuat bersumber pada iluminasi naskah Sestradisuhul tahun 1847 yang diciptakan pada masa kepemimpinan Paku Alam II," ujar Indrokusumo di Yogyakarta, Rabu 26 Desember 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Motif Surya Mulyarja merupakan manifestasi karakter Batara Surya dalam Asthabrata. Adapun karakter utama Batara Surya yang tersurat dalam Naskah Sestradisuhul yakni perilaku cermat, dermawan, dan memotivasi para murid untuk rajin berusaha agar dapat hidup sejahtera lahir dan batin.

Motif batik Surya Mulyarja secara etimologi berasal dari kata surya yang berarti ‘matahari’ sebagai representasi Batara Surya, mulya berarti luhur, dan arja berarti selamat. "Jadi Surya Mulyarja secara umum bermakna doa atau harapan untuk meneladani karakter luhur Batara Surya," ujarnya.

Sedangkan untuk tari-tarian yang dihadirkan dalam pernikahan itu juga sarat makna dan diseleksi. Misalnya ada saat resepsi hari pertama yang dihadiri tamu VVIP seperti presiden dan wakil presiden, Sabtu 5 Januari 2019, akan ditampilkan tiga Beksan dari Pakualaman. Yakni Beksan Bedhaya Kembang Mas, Beksan Wilayakusumajana, dan Beksan Puri Melati.

Sedangkan pada resepsi hari kedua Minggu, 6 Januari 2019 pada saat prosesi Pahargyan, disajikan dua Beksan, yaitu Beksan Golek Prabudenta dan Beksan Lawung Alit. "Bedhaya Kembang Mas diciptakan secara khusus oleh ayahanda mempelai putra, Gusti Paku Alam X untuk kedua mempelai," ujarnya.

Bedhaya Kembang Mas ini menggambarkan beberapa fase pertemuan calon pengantin sampai dengan upacara perkawinan sekaligus berisi harapan dan doa agar pasangan pengantin menjadi pasangan lestari yang senantiasa dikaruniai kesejahteraan dan kemuliaan.

PRIBADI WICAKSONO (Yogyakarta)

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus