Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Palembang - Pengobatan herbal sudah dikenal sejak zaman nenek moyang bangsa-bangsa di Nusantara. Wisata herbal sangat populer di China dan Thailand, kini Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel) memanfaatkan keunggulan herbalnya untuk menarik wisatawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk berwisata herbal di Musi Banyuasin, wisatawan harus berkendara 2-3 jam dari Palembang menuju Kabupaten Musi Banyuasin. Begitu tiba di gerbang perbatasan Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Musi Banyuasin, wisatawan bisa menuju Jalan Palembang-Betung KM 76, dusun IV, Kecamatan Babat Supat, Musi Banyuasin (Muba).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di wilayah itulah kami berhenti. Inilah kawasan yang kaya hasil bumi seperti karet, kelapa sawit serta minyak dan gas bumi ini, kami bersama rombongan dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), langsung menuju kawasan yang asri dan segar yakni Pondok Herbal Kenanga.
Pondok Herbal ini merupakan salah satu binaan PT Medco E&P Indonesia-Rimau Asset, untuk mengembangkan perekonomian masyarakat melalui usaha wisata, pembinaan dan pelatihan peningkatan nilai jual rempah dan tanaman herbal.
Warga Kota Palembang umumnya belum mengetahui keberadaan Pondok Herbal Kenanga yang asri, dan menyajikan udara yang segar. Pondok Herbal ini memberi tambahan pilihan berwisata di Sumsel, terutama bagi warga Palembang yang kotanya kian sibuk.
Di pondok herbal ini, tamu dapat merasakan sensasi minuman herbal yang segar, hangat maupun dingin. Tidak hanya itu, beragam camilan berbahan dasar dari rempah dan tumbuhan lokal, bisa juga dicicipi sembari menikmati layanan refleksi.
Pada Selasa, 1 Oktober 2019 lalu, kami cukup beruntung bisa berkujung ke Gajah Mati, yang merupakan destinasi wisata herbal di Sumsel. Kedatangan kami disambut hangat oleh perangkat desa dan ibu-ibu pelaku usaha tanaman herbal.
Ketua Pondok Herbal Kenanga, Yeni Lusmita, langsung menyuguhi kami welcome drink berupa secangkir minuman segar yang ia sebut lejase dan minuman hangat berupa wedang temulawak. Minuman berwarna putih glamor ini dibuat dari campuran lemon, jahe dan serai (Lejase).
Ketua Kelompok Pondok Herbal Kenanga, Yeni Lusmita, menunjukkan tanaman keladi tikus yang berkhasiat sebagai pelepas ketergantungan terhadap narkotika. TEMPO/Parliza Hendrawan
Lejase berkhasiat untuk mengatasi ejakulasi dini dan mengembalikan stamina yang terkuras setelah seharian beraktifitas. Sedangkan minuman hangat wedang temulawak yang berwarna kuning, sangat baik untuk kesehatan pencernaan, mengatasi asam lambung, sakit liver/hepatitis serta nyeri pada persendian.
Benar nian, setelah menyeruputnya, badan kembali terasa segar, kantuk dan rasa letih berangsur pulih. Selanjutnya, kami merasa tak sabar hati untuk menjelajahi setiap sudut pekarangan rumah milik Yeni Lusmita yang dipenuhi lebih dari 200 jenis tanaman obat.
Tanaman obat itu dipajang rapi di bawah plang nama bertuliskan “Kelompok Program Toga Kenanga Binaan PT. Medco E&P Indonesia-Rimau Asset”. Di bagian sudut sebuah rak berisi tanaman, terlihat satu tanaman mirip talas hias dengan daun agak kecil. Menurut Yeni, tanaman tersebut merupakan keladi tikus atau dalam bahasa ilmiahnya sering disebut sebagai typhonium flagelliforme.
Keladi tikus katanya bisa menyembuhkan berbagai penyakit mematikan termasuk juga bisa melepaskan diri dari kertegantungan akan narkotika dan jenis obat-obat terlarang lainnya. “Setiap satu kapsul keladi tikus kami jual hanya Rp 2000. Jadi untuk sehat itu tidak perlu mahal,” katanya.
Yeni menuturkan dirinya memang menyukai tanaman sehingga memeliharaan dan mengembangbiakkan tanaman herbal dilakukan dengan hati senang, apalagi Pondok Herbal ini sudah menghasilkan dan dapat membantu ekonomi masyarakat sekitarnya.
“Penghasilan dari jualan obat herbal bisa lebih dari Rp10 juta setiap bulan sehingga bisa membantu ekonomi keluarga,” ia menambahkan. Selain keladi tikus, di pekarangan rumahnya juga terdapat tanaman harendong, daun seduduk, jahe, temulawak, serai, kunyit, kencur, kapulaga, jintan, kumis kucing, kemuning, lidah buaya, daun seledri, dan pasak bumi.
Untuk memanjakan pengunjung, Yeni dan kelompoknya juga membangun sebuah pondok kayu yang difungsikan sebagai tempat pijat dan urut refleksi tanpa tarif. Jadi pengunjung tidak hanya disuguhi minuman segar berkhasiat tetapi juga menikmati pijat urut bagi yang pegal-pegal. “Kami ingin setiap orang pulang dari sini badan mereka semakin sehat.”
Kemampuan Yeni dalam meramu, meracik dan melakukan pengobatan herbal tidak perlu diragukan lagi. Sejak beberapa tahun yang lalu, Yeni dikirim oleh PT. Medco E&P Indonesia-Rimau Asset untuk belajar mengenal lebih jauh tentang khasiat tumbuh-tumbuhan dan rempah-rempah khas nusantara.
Alhasil Yeni Lusmita telah mengantongi sertifikat sebagai ahli herbal. Setelah menyandang status sebagai herbalis, dan piawai dalam teknik acupressure serta refleksi, ia pun gencar membagikan ilmunya kepada masyarakat sekitar bahkan hingga ke luar Kabupaten Muba. Dengan tujuan, semakin bermunculannya pelaku usaha berbasis tanaman obat.
“Tahun lalu kami mendapatkan predikat terbaik nasional, dalam program Toga ini, kami berharap ke depannya Pondok Herbal terus berkembang dan dapat menopang perekonomian warga di Sumsel, khususnya di Muba,” ujarnya.
Heri, salah seorang penikmat obat-obat herbal menuturkan dirinya sudah cukup lama mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan sebagai media penyembuh. Karena sempat didiagnosa menderita sakit gula, dia pun rutin meminum rebusan daun sirih merah dicampur daun buah seri. Hasilnya, tanpa suntikkan dan kapsul dari dokter, sakitnya bisa sembuh.
Selain berbiaya murah, menggunakan obat herbal juga aman bagi kerja jantung dan liver. Kini luka yang sempat menganga akibat diabetes juga tidak tampak lagi. Melihat penjelasan Yeni, dia berkeinginan untuk datang kembali dengan mengajak keluarga dan rekan sejawatnya yang ada di kota. "Kalau untuk jaga kadar gula saya rutin minum rebusan daun insulin," katanya.
Sementara itu Deddy Afrianto, Media Relations PT Medco E&P Indonesia menjelaskan pihaknya terpanggil untuk ikut serta membangun ekonomi kerakyatan di desa-desa, yang berdekatan dengan daerah operasi perusahaan.
Yeni dan ibu-ibu yang tergabung dalam pondok herbal kenanga ini menurutnya terbilang salah satu komunitas yang cukup aktif dan kreatif dalam melihat satu peluang usaha. Sehingga itu pihaknya tertarik untuk terus melakukan pendampingan hingga memunculkan local trainer baru, menjadi pelatih/pemateri tanaman obat bagi kelompok-kelompok toga lainnya. "Kami mengupayakan untuk pengurusan perizinan sampai ke BP POM, Termasuk perluasan produksi dan pemasaran produknya," katanya.
Desa Gajah Mati juga dikenal sebagai destinasi wisata air dan tempat bersantai keluarga. Kepala desa Gajah Mati, Surianak menjelaskan sejak beberapa tahun belakangan ini, pihaknya telah mengoperasikan penggunaan Embung Senja sebagai tempat rekreasi.
Di Embung Senja, pengunjung dapat menikmati permainan sepeda air dan perahu bebek, spot swafoto, kolam mancing, terapi ikan dan perpustakaan. Untuk dapat tiba di desanya, ia memastikan pengunjung dapat memilih sarana transportasi baik berupa bus maupun travel.
Produk-produk herbal dari Pondok Herbal Kenanga yang bisa dibeli wisatawan. Produk tersebut merupakan hasil olahan anggota Pondok Herbal Kenanga. TEMPO/Parliza Hendrawan
Semua sarana transportasi tersebut tersedia hampir sepanjang hari. “Kalau ongkos dari Palembang naik travel Rp 50 ribu kalau naik bus Rp 30 ribu sedangkan dari Kota Sekayu ongkosnya hanya Rp 20 ribu,” kata Surianak.
PARLIZA HENDRAWAN