Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seleb

Dewi Lestari Lakukan Riset dari Bantar Gebang ke Singapura

Dewi Lestari menuturkan karya terbarunya ini merupakan karya yang membuatnya mengulik sisi lebih dalam terkait indra penciuman

14 Maret 2018 | 17.37 WIB

Penulis Dewi Lestari meluncurkan novel terbarunya berjudul Aroma Karsa di Le Seminyak, Cipete Jakarta Selatan. Rabu, 14 Maret 2018 (TEMPO/Aisha Shaidra)
Perbesar
Penulis Dewi Lestari meluncurkan novel terbarunya berjudul Aroma Karsa di Le Seminyak, Cipete Jakarta Selatan. Rabu, 14 Maret 2018 (TEMPO/Aisha Shaidra)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Dua hari lagi, novel terbaru Dewi Lestari akan dirilis. Sebelumnya, buku berjudul Aroma Karsa ini sudah lebih dulu menemui pembacanya melalui format digital yang dijual dalam bentuk cerita bersambung. Dee, menuturkan karya terbarunya ini merupakan karya yang membuatnya mengulik sisi lebih dalam terkait indra penciuman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Fiksi yang selama ini saya baca jarang mengungkapkan sesuatu dari penciuman. Membuat saya tertantang bikin karya dengan tema sentral penciuman. Dan bagaimana efeknya ke pembaca,” ttur Dewi Lestari saat konferensi pers peluncuran Aroma Karsa di kawasan Cipete, Jakarta Selatan. Rabu, 14 Maret 2018.

Banyak hal baru dilakukan Dee untuk menggarap tema yang menurutnya masih jarang ia temukan dalam karya fiksi ini. Banyak riset dilakukan sebelum dan sambil menulis cerita. Berikut beberapa proses riset yang dilakukan Dee untuk melengkapi kisah Jati Wesi dan Tanaya Suma ini.

  1. Dee sengaja terbang ke Singapura untuk melakukan kursus meracik parfum di Nose Who Knows. Ia menjalani kursus dasar selama satu hari penuh.
  2. Dee berkunjung ke Bantar Gebang untuk mengeksplorasi kehidupan pemulung sampah, mengeksplorasi kehidupan di kawasan pembuangan sampah, serta menghidu aroma tempat pembuangan akhir.
  3. Dee meriset jalur tengah Gunung Lawu. Jalur yang lebih banyak digunakan masyarakat untuk berziarah. Ia pun sempat menemui dan mewawancara juru kunci Gunung Lawu.
  4. Selain mengikuti kursus meracik parfum, Dee pun menemui Darwyn Tse—parfum artisan—untuk mendalami soal peracikan parfum
  5. Dee menemui beberapa tokoh akademisi seperti Dr. Ninie Susanti dan Dwi Puspitorini untuk mendalami bahasa Jawa kuno, epigrafi Majapahit. Serta Vincent Luhur seorang kolektor anggrek untuk melengkapi pengetahuan tentang detail anggrek, dan pembalap Ananda Mikola untuk mendetailkan kebutuhan karakter pembalap dalam ceritanya.

Riset menurut Dee adalah satu bagian penting guna menganyam ‘fakta ke dalam fiksi’. Hal ini menurutnya punya efek kuat terhadap para pembaca saat menikmati karyanya.

Sebelumnya Dee mengatakan, riset Aroma Karsa kebetulan memang melibatkan banyak bidang karena kebutuhan ceritanya demikian. “Riset saya bergantung plot. Di Aroma Karsa, sesuai plotnya, saya perlu ke beberapa tempat yang menjadi kanvas penting dalam cerita, seperti pabrik kosmetik, Bantar Gebang, dan Gunung Lawu. Saya juga perlu referensi untuk berbagai profesi, seperti peracik parfum, pembalap, kolektor anggrek, dan lainnya.”

Secara keseluruhan, proses penulisan Aroma Karsa menurut Dewi Lestari tidak jauh berbeda dengan bagaimana menggarap buku-buku sebelumnya. Seperti Supernova. Hanya saja, pada Aroma Karsa ini ibu dua anak ini lebih ‘niat’ untuk membuat dokumentasi lebih rinci terkait proses risetnya. “Selama ini cara saya meriset menjadi hal yang paling sering ditanyakan oleh pembaca, mereka ingin tahu caranya, prosesnya bagaimana.”

Hal ini menurut Dewi Lestari turut jadi edukasi bagi publik tentang bagaimana profesi penulis dan bagaimana proses kreatif di balik sebuah tulisan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus