Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perdebatan mengenai di mana Kota Saranjana bukan pertama kali terjadi. Sejak 2020, warganet Indonesia mencoba mencari tahu apakah Kota Saranjana itu nyata. Mulai pertengahan 2022, pengguna media sosial kembali meramaikan TikTok dengan tagar #saranjana. Bahkan, sejumlah netizen +62 tak mau ketinggalan mengunggah konten video untuk menelisik suatu daerah yang dipercaya berada di Kalimantan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti halnya yang dilakukan sebuah akun bernama @reeyanar. Dia menampilkan video viral yang menarasikan pengalamannya menemukan tampilan Kota Saranjana berdasarkan teknologi AI, “Gue iseng nanyak AI, bagaimana rupa kota ghaib Saranjana!”, begitu teks berjalan pada video yang diunggah pada 31 Oktober 2022 itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Video singkat berdurasi 22 detik tersebut memperlihatkan visualisasi kota yang dipenuhi gedung menjulang tinggi. Dengan peradaban teknologi yang sangat canggih layaknya kota di masa depan. Lantas, di mana Saranjana?
Apakah Kota Saranjana itu Nyata?
Dalam jurnal ilmiah sejarah berjudul Saranjana in Historical Record: The City's Invisibility in Pulau Laut, peneliti begitu percaya bahwa keberadaan Saranjana adalah nyata. Hal tersebut didasarkan atas penerbitan peta kawasan pesisir dan pedalaman Kalimantan oleh Salomon Muller pada 1845.
Muller, seorang naturalis asal Jerman menggambarkan daerah dengan nama Tandjong Serandjana pada tulisan bertajuk Peta Pesisir dan Pedalaman Banjermasing Milik Reize Selatan di Kalimantan. Tandjong Serandjana disebutkan berada di sisi selatan Pulau Laut, yakni tepatnya di Pulau Kerumputan dekat Pulau Kijang.
Dia tercatat sebagai ahli riset yang memperoleh pelatihan dari Museum Leiden. Serta melaksanakan perjalanan dunia untuk mengamati spesies flora dan fauna termasuk di Indonesia. Namun, tidak ada sumber pasti apakah Salomon Muller sempat mendatangi Tandjong Serandjana atau Saranjana.
Saranjana yang berada di Kotabaru konon tersembunyi secara gaib.
Seorang profesor etnologi dan geografi dari Belanda, Pieter Johannes Veth juga mencantumkan Serandjana pada Kamus Geografis Statistik dan Hindia Belanda terbitan 1869. Ia menuliskan "Sarandjana, terletak di bagian timur tanjung laut Pulau Selatan dan ujung tenggara Kalimantan".
Di Mana Kota Saranjana?
Berdasarkan kajian Mansyur dari Universitas Lambung Mangkurat, terdapat beragam versi pendapat mengenai lokasi kota Saranjana. Beberapa orang meyakini bahwa Saranjana dapat ditemukan di Kotabaru, Kalimantan Selatan. Ada pula yang mengemukakan jika kota mistis itu di Teluk Tamiang, Pulau Laut. Tak sedikit juga yang beranggapan bahwa masuk wilayah Desa Oka-Oka, Kecamatan Pulau Laut, Kalimantan Selatan.
Fakta Kota Saranjana
Kata ‘Saranjana’ berasal dari bahasa India, artinya tanah yang diberikan. Sementara dalam bahasa Belanda, istilah Saranjana mempunyai sebutan lain, di antaranya ialah Sarangjana dan Serandjana. Kajian dari Universitas Lambung Mangkurat memaparkan bahwa Saranjana dan Sarangtiung di Perancis hampir serupa atas dasar asal-usul penamaan (toponimi). Namun persamaan tersebut memerlukan tinjauan lebih lanjut.
Publikasi Normasunah pada tulisan berjudul Mitos Legenda Kerajaan Pulau Halimun di Kabupaten Kotabaru, memberikan penjelasan berbeda. Berdasarkan kepercayaan masyarakat lokal, Saranjana berhubungan dengan mitos Kerajaan Pulau Berkabut. Diperankan oleh Raja Pakurindang, Sambu Ranjana, dan Sambu Batung.
Disebutkan apabila Raja Pakurindang berkata kepada Sambu Batung untuk tinggal di utara Pulau Berkabut. Sedangkan Sambu Ranjana diminta untuk menetap di sisi selatan sambil melanjutkan pertapaan. Seiring berjalannya waktu, pelafalan Ranjana menjadi Saranjana. Serta diklaim bahwa Kerajaan Pulau Berkabut bereinkarnasi menjadi Gunung Saranjana.
Terdapat beberapa dugaan mengenai keberadaan kota Saranjana. Salah satunya yang menjelaskan bahwa Saranjana termasuk wilayah suku Dayak Samihim yang menganut sistem kehidupan semi berpindah (nomaden) di Pulau Laut. Suku Dayak Samihim merupakan sub suku Dayak yang mendapatkan pengaruh Hindu kuno. Dipercaya bermukim di Kerajaan Saranjana sebelum abad ke-17 Masehi atau sekitar tahun 1660-an.
Kepala suku Dayak Samihim dikenal dengan istilah Sambu Ranjana. Berasal dari kata Sambu yang berarti berani, kuat, dan bijaksana. Serta diketahui Sambu juga bagian dari 11 rudra dalam kepercayaan Hindu. Sementara Ranjana (bahasa Kawi) artinya bahagia. Sesuai dengan perspektif kebahasaan tersebut, maka kemungkinan besar kota Saranjana adalah nama lain dari tempat tinggal suku Dayak Samihin.
Namun, perbedaan pendapat mengenai di mana kota Saranjana masih perlu pendalaman secara ilmiah. Dan mungkin menimbulkan silang pendapat yang berlangsung lama dari sisi akademis serta kebudayaan masyarakat lokal. Bagaimana menurut Anda?
MELYNDA DWI PUSPITA | NIA HEPPY LESTARI (CW)
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu