Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Dibalik gemerlap panggung

Para pekerja yang kerjanya memelihara dan memberi makan hewan piaraannya merasa penghasilannya cukup & dapat mengirimkan tabungan untuk biaya hidup keluarganya di kampung. (hb)

26 Agustus 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI balik gemerlap panggung, di balik tumpahan cahaya lampu di sela-sela tiang-tiang tinggi, bagaimanakah gambaran nasib pekerja sirkus? Berikut ini hanya sedikit cukilan: Syarkani (17 tahun), asal Cirebon, sudah bergabung sejak 2 tahun lewat. Bersama adiknya Saidi, Syarkani dapat tugas mengurus orangutan dan simpanse. Bukan sebagai pelatih -- toh para satwa itu sudah mahir main -- melainkan sebagai pemelihara dan pemberi makanan. Ia mendapat kerja yang harus bergaul dengan hewan itu katanya karena diajak pamannya yang sudah 10 tahun jadi anggota sirkus. Dengan gaji Rp 10.000 sebulan, makan nasi bungkus 2 kali sehari dan uang jajan Rp 300 sehari, Syarkani merasa berpenghasilan cukup. Uang tabungannya dikirim ke Cirebon agar dikumpulkan neneknya di sana. Ia tak punya orangtua lagi. "Buat betulin rumah," katanya. Remaja tamatan SD, kurus dan berambut keriting itu, merasa betah -- meski selain mengurus hewan ia juga membantu mengangkut peralatan yang berat-berat. Tak pernah punya kegawatan dengan para satwa asuhannya? "Jinak-jinak, kok" tukasnya. Cuma orangutan yang namanya Slamet kerap lepas dan bikin onar. Syarkani pun sering mendaratkan gagang sapu ke tubuh Slamet. Maka Slamet biasanya merintih kesakitan dalam pelukan Syarkani. Mengharukan. Sedang Syarkani pun mungkin menyesal jangan nakal dong, kan sama-sama cari makan. Lalu Sudarto (19 tahun), juga tamatan SD, baru bekerja 4 bulan. Ia harus bergaul dengan gajah paling kecil bernama Putera. Anaksulung di antara 7 bersaudara asal Semarang ini harus merawat, memandikan dan memberi makan Putera yang lucu itu. "Ia memang lucu. Tapi yang besar-besar suka buas," tuturnya. Bekas buruh bangunan ini tertarik Oriental di kota asalnya. Ia bergaji Rp 15.000 sebulan plus makan 2 kali dan uang jajan Rp 200. Terkadang dapat bonus Rp 5000 sebulan. Sudarto mengirimkan celengan uangnya ke orangtuanya buat menambah biaya hidup adik-adiknya yang kecil-kecil. Ia merasa cukup berat merawat Putera yang doyan segala rupa makanan itu. "Kalau tak menjaganya baik-baik sejak sekarang, bisa jadi brutal kelak," katanya. Tapi ia tak punya keluhan apa-apa. Yang paling repot adalah Yansen. Ia harus melaksanakan semboyan the show must go on. Gajinya tentu saja besar dan tidur di Caravan dalam setiap perjalanan. Sedang pekerja lainnya kebanyakan di truk, atau pikap atau tenda-tenda. Yansen memang banyak kebisaannya main sulap, membawakan acara simpanse dan juga manajer acara. Layak kalau ia kerap bertandang ke mancanegara. Eropa Barat, Amerika dan Australia tak asing baginya. "Saya harus banyak koneksi dan cari binatang," Yansen kasih alasan. Tapi apa yang banyak dinikmatinya itu oleh anggota rombongan lain pun pernah dicicipi pula. Seluruh pemain pernah diboyong ke negeri-negeri tadi. "Sebagai turis, banyak rahasia dan nasehat berguna kami dapat dari orang-orang sirkus." Yansen tak punya bahan keluhan karena ia sudah bertekad hidup matiku buat sirkus. Begitu pula agaknya para pemain akrobat, trapeze dan lainnya, yang kebetulan pula kebanyakan masih keluarga Yansen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus