KEMBALI nongol di Jakarta Oriental Circus Indonesia. Grup asli
Indonesia ini nebeng tempat (memang tak bayar sewa) di pelataran
parkir pusat perbelanjaan Hayam Wuruk Plaza (HWP) Jakarta Kota.
Sejak 2 Agustus sampai sekitar Lebaran, rombongan berjumlah 90
orang ini dihimbau pihak HWP. Kedua pihak akur saling coba
menggaruk untung. HWP mempromosikan bisnisnya yang baru sejak 2
Agustus itu, sedang grup penghibur itu siapa tahu dibanjiri
peminat.
Sebelumnya, Oriental Circus sedang asyik ngamen di lapangan
Jenderal Oerip Soemohardjo, Jatinegara, ketika tawaran itu
datang. Tak kurang dari sebulan grup itu mendekam di sana
sekembalinya dari bertandang ke kota-kota Semarang, Tegal,
Pekalongan dan Cirebon.
Rata-rata tak kurang dari 3 minggu, kumpulan yang termasuk
kegiatan bisnis Pusat Kooperasi AURI Halim Perdana Kusumah itu
menancapkan tiang-tiang di kota-kota tadi. Dengan iming-iming
tontonan berupa 6 ekor gajah, 3 harimau, 1 singa, 3 simpanse
Amerika, 2 orang utan, beberapa ekor kuda, dan lebih 10 anjing
pudel dari London yang bisa membaca angka, ditambah permainan
akrobat, trapeze dan badut, mereka mencoba menggaet untung lewat
karcis berharga Rp 1500, Rp 1000, Rp 600 dan Rp 400.
Grup ini cukup kaya. Mereka memiliki beberapa truk, pick up,
sekitar 2000 bangku dan 2 diesel serta mobil karavan buat tidur
bos dan keluarga. Kelihatan ada kemajuan dibanding keadaannya di
tahun 1976 (TEMPO, 17 Januari 1976) ketika rombongan baru
berawak 72 orang. Gajahnya pun waktu itu belum punya yang
berbobot 'internasional'. Ini tentunya berkat kelincahan bisnis
Yansen yang sudah bergumul di sirkus sejak dibangun pendirinya
(waktu itu) Sersan II Pasukan Gerak Cepat (PGT) Rais bin Hassan
-- tahun 1958. Ia kerap berkunjung ke luar negeri. Selain untuk
melongok acara-acara sirkus tertentu buat disontek, Yansen, 35
tahun, yang mengisi acara sulap, biasanya juga mencari hewan
yang diperlukan grupnya.
Barang Jadi
Lantas dari mana gajah dibelinya? "Maaf, saya tak bisa
mengatakannya. Tak enak," tukasnya kepada Noorca Marendra
Massardi dari TEMPO. Tapi katanya memang dibeli di luar negeri
secara kebetulan, dari sebuah grup sirkus yang bangkrut (Menurut
seorang anggota rombongan, sirkus itu dari Brazil). "Seperti
dapat rahmat saja, begitu ditawarkan, saya langsung
membelinya."
Oriental yang bernaung di bawah ABRI itu, tentu tak pernah
repot. Soal izin pertunjukan, izin pemasukan binatang dari luar,
atau apa saja. Apalagi bila Oriental main di kota yang punya
pangkalan udara, Yansen dkk tahu beres. "Kami tinggal main
saja," katanya kalem.
Apa mau terus berkelana? "Kami pernah minta disediai tempat di
Ancol kepada Pemda DKI. Tapi belum ada jawaban," tuturnya. Tak
berarti mereka akan berhenti ngamen. Sebab katanya, "selain ada
grup tetap akan ada grup yang terus keliling." Ia sendiri
mengabarkan, hasil yang bisa dikeruknya sebulan dihitung-hitung
bisa Rp 88 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini