Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Pudel menghitung angka

Oriental circus indonesia nebeng tempat di pelataran parkir pusat perbelanjaan hayam buruk plaza jakarta kota. mereka mempertontonkan macam-macam pertunjukan misalnya akrobat, trapeze dan badut. (hb)

26 Agustus 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEMBALI nongol di Jakarta Oriental Circus Indonesia. Grup asli Indonesia ini nebeng tempat (memang tak bayar sewa) di pelataran parkir pusat perbelanjaan Hayam Wuruk Plaza (HWP) Jakarta Kota. Sejak 2 Agustus sampai sekitar Lebaran, rombongan berjumlah 90 orang ini dihimbau pihak HWP. Kedua pihak akur saling coba menggaruk untung. HWP mempromosikan bisnisnya yang baru sejak 2 Agustus itu, sedang grup penghibur itu siapa tahu dibanjiri peminat. Sebelumnya, Oriental Circus sedang asyik ngamen di lapangan Jenderal Oerip Soemohardjo, Jatinegara, ketika tawaran itu datang. Tak kurang dari sebulan grup itu mendekam di sana sekembalinya dari bertandang ke kota-kota Semarang, Tegal, Pekalongan dan Cirebon. Rata-rata tak kurang dari 3 minggu, kumpulan yang termasuk kegiatan bisnis Pusat Kooperasi AURI Halim Perdana Kusumah itu menancapkan tiang-tiang di kota-kota tadi. Dengan iming-iming tontonan berupa 6 ekor gajah, 3 harimau, 1 singa, 3 simpanse Amerika, 2 orang utan, beberapa ekor kuda, dan lebih 10 anjing pudel dari London yang bisa membaca angka, ditambah permainan akrobat, trapeze dan badut, mereka mencoba menggaet untung lewat karcis berharga Rp 1500, Rp 1000, Rp 600 dan Rp 400. Grup ini cukup kaya. Mereka memiliki beberapa truk, pick up, sekitar 2000 bangku dan 2 diesel serta mobil karavan buat tidur bos dan keluarga. Kelihatan ada kemajuan dibanding keadaannya di tahun 1976 (TEMPO, 17 Januari 1976) ketika rombongan baru berawak 72 orang. Gajahnya pun waktu itu belum punya yang berbobot 'internasional'. Ini tentunya berkat kelincahan bisnis Yansen yang sudah bergumul di sirkus sejak dibangun pendirinya (waktu itu) Sersan II Pasukan Gerak Cepat (PGT) Rais bin Hassan -- tahun 1958. Ia kerap berkunjung ke luar negeri. Selain untuk melongok acara-acara sirkus tertentu buat disontek, Yansen, 35 tahun, yang mengisi acara sulap, biasanya juga mencari hewan yang diperlukan grupnya. Barang Jadi Lantas dari mana gajah dibelinya? "Maaf, saya tak bisa mengatakannya. Tak enak," tukasnya kepada Noorca Marendra Massardi dari TEMPO. Tapi katanya memang dibeli di luar negeri secara kebetulan, dari sebuah grup sirkus yang bangkrut (Menurut seorang anggota rombongan, sirkus itu dari Brazil). "Seperti dapat rahmat saja, begitu ditawarkan, saya langsung membelinya." Oriental yang bernaung di bawah ABRI itu, tentu tak pernah repot. Soal izin pertunjukan, izin pemasukan binatang dari luar, atau apa saja. Apalagi bila Oriental main di kota yang punya pangkalan udara, Yansen dkk tahu beres. "Kami tinggal main saja," katanya kalem. Apa mau terus berkelana? "Kami pernah minta disediai tempat di Ancol kepada Pemda DKI. Tapi belum ada jawaban," tuturnya. Tak berarti mereka akan berhenti ngamen. Sebab katanya, "selain ada grup tetap akan ada grup yang terus keliling." Ia sendiri mengabarkan, hasil yang bisa dikeruknya sebulan dihitung-hitung bisa Rp 88 juta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus