Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Solo - Gelaran Festival Kuliner Cap Go Meh di Mal Solo Paragon, Solo, Jawa Tengah, diselenggarakan mulai Rabu, 12 Februari 2025. Festival kuliner yang menawarkan beragam jenis kuliner halal dan nonhalal tersebut sempat menuai penolakan dari kalangan organisasi masyarakat (ormas).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Deputi Direktur Operasional Mal Solo Paragon, Veronica Lahji, mengonfirmasi hal itu. Ia mengatakan festival kuliner tersebut akan berlangsung hingga Minggu, 16 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Festival dibuka dari 12-16 Februari 2025. Khusus kuliner nonhalal kami mulai 13-16 Februari," ujar Veronica saat dihubungi, Rabu, 12 Februari 2025.
Lebih lanjut ia memastikan kuliner halal dan nonhalal terpisah lokasinya. Untuk jenis kuliner halal bertempat di atrium Solo Paragon Mall, sedangkan menu nonhalal berada di parkiran lobi 2. “Sudah terpisah (tempatnya),” ucapnya.
Veronica menyebutkan, dalam festival kuliner itu terdapat total 45 stan, yang terdiri atas 26 stan untuk kuliner halal dan 19 stan kuliner nonhalal. Ia menjelaskan peserta festival berasal dari berbagai kota di Indonesia.
"Ada Seblak Mang Rafael itu nanti Rafael datang juga. Tenant ada yang dari Solo, 3 atau 4, lainnya dari daerah terkenal di tiap kota,” tuturnya.
Veronica berharap Festival Kuliner Cap Go Meh ini bisa diterima oleh masyarakat. Apalagi, di Kota Solo banyak pecinta makanan halal dan nonhalal.
“Di Solo heterogen ya. Ada yang pecinta (makanan) halal dan nonhalal, kami akomodasi," kata dia. "Harapannya diterima masyarakat dan jangan dipermasalahkan,” kata dia.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Solo Didik Anggono mengonfirmasi bahwa sebelumnya ia menerima audiensi dengan ormas yang menolak Festival Kuliner Cap Go Meh tersebut.
"Mereka (ormas) meminta agar event tersebut digelar di tempat tersendiri, eksklusif atau khusus, dan tidak di fasilitas umum," ungkap Didik.
Massa ormas AUIS yang sempat mendatangi penyelenggaraan Festival Kuliner Cap Go Meh di Mal Solo Paragon, Solo, Jawa Tengah, Rabu, 12 Februari 2025. TEMPO/Septhia Ryanthie
Jaminan Keamanan dari Pemkot
Sementara Wali Kota Solo, Teguh Prakosa mengatakan bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Solo memberikan jaminan keamanan selama festival kuliner itu digelar. Menurut Teguh, langkah Pemkot Solo itu bukan berarti melawan agama.
"Kami bukan melawan agama. Kita ini masyarakat yang majemuk. Dalam event ini penataan kuliner halal dengan yang mengandung babi dipisahkan, tidak dalam satu lokasi," ucapnya.
Hari pertama dibukanya Festival Kuliner Cap Go Meh di Mal Solo Paragon itu hari ini (Rabu), massa yang mengatasnamakan diri Aliansi Umat Islam Soloraya (AUIS) sempat mendatangi lokasi penyelenggaraan festival itu. Massa tiba di lokasi sekitar pukul 14.00 WIB.
Kedatangan mereka didampingi oleh Kepala Kepolisian Resor Kota Solo (Kapolresta) Komisaris Besar Catur Cahyono. Ada lima perwakilan massa yang kemudian masuk ke atrium Mal Solo Paragon. Mereka memantau dengan berjalan mengelilingi stan-stan makanan halal yang sudah dibuka di atrium Mal Solo Paragon itu.
Koordinator aksi, Sholeh Ahmad, mengatakan bahwa mereka tidak menemukan makanan nonhalal di Festival Kuliner Cap Gomeh di Solo. Meski begitu, ia mengatakan pihaknya akan tetap memantau pelaksanaan festival tersebut.
“Kami sampaikan, di dalam steril, tadi saya sempat bertanya kepada salah satu perwira kepolisian bahwasanya ini sudah sesuai dengan kesepakatan Kemenag (Kementerian Agama) dan MUI. Perlu kalian ketahui bahwasanya ketika audiensi majelis ulama Indonesia dalam hal ini Ustaz Abdul Aziz beserta legal mereka tidak merekomendasikan festival kuliner halal dan nonhalal,” katanya saat orasi.
Ia mengatakan, meski tidak menemukan makanan nonhalal, pihaknya telah mendapat informasi bahwa festival untuk makanan nonhalal digelar di parkiran.
“Maka dari itu kami tidak mendapatkan apapun yang nonhalal atau haram, kami tetap pantau karena tadi ada penjelasan bahwasanya yang haram atau nonhalal akan digelar di parkiran atau di luar,” ucapnya.
Ia mengatakan bahwa sebagai umat Islam, ia ingin Solo tetap kondusif. Ia mengaku tidak akan tinggal diam bila ada yang ingin membuat kegaduhan.
“Kami sebagai makhluk sosial yang sangat mencintai Solo ingin kota ini tetap kondusif, kami tidak akan tinggal diam. Siapa pun yang membikin kegaduhan di Kota Solo ini akan kami lawan,” ucapnya.
Ia menyebut sebagai mitra kepolisian dan TNI, mereka mengedepankan keamanan dan ketertiban agar tetap berada di kawasan Solo Raya. Ia menegaskan apabila ditemukan menu atau ditemui makanan nonhalal, maka pihaknya akan datang lagi dengan massa yang lebih banyak.
Tanggapan EO
Sementara itu, penyelenggara festival kuliner atau event organizer Jangkrik, Ken, mengatakan bahwa pihaknya memang sering mengkombinasikan kuliner yang disajikan. Mengenai adanya pihak yang keberatan, mereka menyerahkan kepada pengelola mal.
“Jadi ya memang selalu seperti itu. Itu kami serahkan ke pihak mal, karena kali ini kebetulan kami kerja sama dengan pihak mal sebagai tuan rumah," kata dia.
Ia mengatakan, awalnya direncanakan tenant kuliner halal dan nonhalal dijadikan satu dan hanya disekat. Namun karena menuai protes, akhirnya tenant tersebut dipisah. “Tenant nonhalal sebanyak 19 di depan, dan 26 yang halal di dalam mal,” katanya.