Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Gereja Blenduk, Untuk Religi dan Wisata Sejarah Kota Semarang

Gereja Blenduk merupakan landmark menarik di kawasan Little Netherland di Kota Lama Semarang. Gereja itu juga berfungsi sebagai wisata sejarah.

22 Desember 2019 | 13.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menyambut Natal 2019, Gereja Blenduk menjadi salah satu destinasi wisata dan tujuan ibadah yang utama di Kota Semarang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gereja ini bukan hanya penting bagi umat Kristiani di Semarang. Namun gedung itu juga lanskap Kota Lama Semarang, yang sarat dengan sejarah. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gereja Kristen Protestan tersebut memiliki keindahan arsitektur yang masih asli sejak abad ke-18. Gereja yang bernama asli GBIP Immanuel itu memiliki magnet yang kuat bagi wisatawan, lantaran berada dalam kawasan 'Little Netherland' yang kini semakin tertata.

Pengurus GPIB Immanuel, Sutiyo mengatakan, Natal membawa umat Kristiani berlibur mengunjungi tempat bersejarah di Kota Lama, terutama menengok keindahan isi Gereja Blenduk. Sebutan Blenduk berasal dari kubah gereja yang 'mblenduk', dalam bahasa Jawa, yang memiliki makna menggelembung besar.
 
"Banyak warga Nasrani dari luar kota yang beribadah Natal di Greja Blenduk, karena penasaran seperti apa isinya. Dari tahun-ketahun kami selalu menyediakan tenda dan kursi tambahan untuk para jamaat gereja saat perayaan Natal, karena sudah pasti membeludak," ujar Sutiyo.
 
"Bahkan warga selain Nasrani juga mengunjungi gereja karena sejarahnya. Apa lagi saat libur Natal dan akhir tahun, banyak yang datang," imbuh Sutiyo kepada TEMPO, Rabu 18 Desember 2019.
 
Kubah Gereja Blenduk berbentuk setengah lingkaran, terbuat dari papan kayu di dalamnya. Bagian lterbuat dari tembaga yang dicat bata. Di dalam kubah terdapat lampu gantung yang masih orisinil. TEMPO/Fitria Rahmawati
 
Sutiyo mengatakan, ketertarikan terhadap Gejera Blenduk membuat gereja tersebut sering menjadi latar belakang pengambilan gambar untuk berfoto. Keberadaan burung merpati putih yang menempati atap gereja menambah pesona gereja untuk diabadikan. Keasrian Taman Srigunting di sebelahnya membuat wisatawan semakin mudah mengambil gambar berlatar gereja tanpa merasakan panas terik matahari.
 
"Pernah ada wisatawan luar daerah mau numpang salat karena dikira masjid. Kubahnya ini mirip masjid. Jadi begitu masuk, ternyata banyak kursi berjajar," ucap Sutiyo.
 
Deretan kursi yang berjajar untuk jamaat gereja berbeda dengan gereja pada umumnya. Jika di gereja kebanyakan kursi jamaat berupa kayu panjang dengan meja untuk sandaran tangan, di Gereja Blenduk tertata rapi kursi kayu jati dengan sandaran punggung dan dudukan dari rotan.
 
"Rotan tersebut pernah diganti sekali lantaran termakan usia. Sementara, kayu penopangnya masih asli sejak abad 18," ujar Sutiyo.
 
Keindahan ornamen lampunya pun masih orisinil, hanya diganti dari lilin menjadi bohlam lampu di ruang utama gereja. Lampu yang didesain bisa diturunkan menggunakan katrol berantai tersebut, kini menjadi permanen. Menariknya, kaca patri dengan dominan bentuk oktagonal tersebut masih bertahan di setiap sudut gereja, tanpa termakan perubahan iklim dari sejak pertama kali dibangun.
 
Kemegahan interior Gereja Blenduk, seni kaca patri bergaya gotik dengan lengkung Romawi dari abad ke-18 tak termakan usia meski diterpa iklim yang terus berubah. TEMPO/Fitria Rahmawati
 
Jika diamati, desain interior gereja mulai dari kubah gereja, kaca patri, hingga mimbar tempat pendeta, semuanya berbentuk segi delapan. Renovasi tanpa catatan juga sudah dilakukan, meski hanya pada pengecatan, serta penguatan beberapa dinding yang retak dengan menambah slot batu pada dasar bangunan.
 
"Memang sekarang ini ada atap yang bocor, namun belum diperbaiki. Karena melihat kebocorannya juga sulit, butuh tenaga yang khusus untuk naik ke atap blenduk. Kami sudah komunikasikan dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya, mereka yang mendampingi bangunan gereja. Puji Tuhan setiap Natal cuaca terang," ujar Sutiyo.
 
Pengurus GBIP Immanuel, Pandaoni Damanik mengatakan, perayaan Natal di Gereja Blenduk akan mengundang warga lintasagama. Kegiatan tersebut rutin dilakukan setiap tahun. Gereja dengan 200 kepala keluarga sebagai jamaat tetap itu juga melakukan kegiatan aksi Natal dengan menyantuni warga sekitar.
 
Sejarawan Universitas Diponegoro Semarang, Prof Dewi Yuliati mengatakan, sumber utama kepastian Gereja Blenduk dibangun terdapat pada inskripsi yang ditulis di dinding pintu utama bertuliskan 1753. Berbagai literasi menyebut gereja itu awalnya dibangun dengan konsep rumah panggung khas Jawa, namun belum ada bukti yang menyertainya.
 
GPIB Immanuel dicatat dalam sejarah mengalami perubahan arsitektur pada 1894-1895 oleh Arsitek H.P.A De Wilde dan W Westmaas. Letaknya di Jalan Letjen Suprapto dengan warna atap yang kontras dengan bangunannya yang seluruhnya dicat putih.
 
"Gereja ini dibangun pada masa VOC berkuasa di Semarang dan Pantura Jawa. Arsitekturnya sangat unik, perpaduan antara imperial style, dan baraouq style, gaya arsitektur abad pertengahan. Terletak di pusat Kota Lama (Oude Stad), dan banyak bagian yang masih autentik," ujar Dewi.
 
Berburu Foto Bangunan Tua
 
Rombongan pelajar dari berbagai sekolah pun ramai berdatangan siang itu, Rabu (18/12/2019). Wisatawan luar daerah juga terlihat asyik berfoto di sekitar bangunan tua Kota Lama. Selain mengunjungi bangunan bersejarah di komplek Kota Lama, mereka juga berfoto dengan latar Gereja Blenduk.
 
Gereja Blenduk dilihat dari Taman Srigunting yang kerap dijadikan latar belakang untuk berfoto. TEMPO/Fitria Rahmawati
 
Hiasan pohon Natal di pintu utama gereja sudah terpasang, ditambah dengan cantiknya sepeda hias yang dipajang di samping gereja.
 
Aninda Putri, mahasiswi Universitas Semarang saat itu juga memburu foto dengan tema Natal 2019. Ia mengaku, selain memiliki desain yang menarik, Gereja Blenduk juga memiliki latar yang klasik sebagai penanda wisata sejarah untuk koleksi foto yang menarik.
 
FITRIA RAHMAWATI
 
 
 
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus