Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bali terkenal dengan wisata alam dan budayanya yang indah. Namun, saat berkunjung ke Bali, ada beberapa aturan yang harus dipatuhi oleh turis asing, khususnya saat datang ke tempat suci di Bali
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masyarakat Bali percaya jika setiap tempat suci dijaga oleh para leluhur, sehingga tidak bisa sembarangan saat memasuki tempat tersebut. Jika dilanggar, maka seseorang akan mendapatkan sanksi atau konsekuensi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut ini beberapa hal yang harus dihindari turis asing saat berwisata ke tempat suci di Bali.
Larangan Bagi Turis Asing saat Berwisata di Tempat Suci di Bali
Saat berkunjung ke tempat suci di Bali, turis asing disarankan untuk menghindari beberapa hal tertentu guna menghormati budaya lokal, diantaranya:
1. Tidak Menghormati Budaya Lokal Setempat
Apabila Anda berada di Pulau Bali, maka anda harus berkomitmen untuk menghormati budaya lokal di wilayah tersebut.
Salah satu contohnya ketika Hari Raya Nyepi, terdapat sejumlah aturan yang harus dipatuhi seperti larangan untuk keluar rumah, menyalakan lampu, beraktivitas, atau membuat kegaduhan. Pelanggaran terhadap larangan ini dapat mengakibatkan sanksi adat yang ditetapkan.
2. Berperilaku Tidak Sopan di Tempat Suci
Saat mengunjungi tempat suci seperti pura, sangat penting untuk menghormati keberadaan dan kesucian tempat tersebut.
Dalam hal ini, turis asing perlu menghindari perilaku yang tidak sopan, kasar, atau mengganggu di area suci, seperti naik ke pelinggih bahkan melakukan tindakan yang tidak senonoh lainnya.
Pelanggaran terhadap aturan ini diyakini akan membawa dampak negatif dan menghadirkan konsekuensi yang buruk dalam kehidupan.
3. Melangkahi atau Menginjak Sesajen
Selama berkunjung ke pulau Bali, turis asing juga perlu memperhatikan perilaku, khususnya mengenai larangan menginjak persembahan umat Hindu, seperti sesajen berupa Canang.
Canang sering ditemukan di pinggir jalan, trotoar depan warung, toko, atau rumah. Meskipun terkadang tidak sengaja terinjak, tetapi sebaiknya ucapkan permintaan maaf kepada orang yang bersangkutan, atau setidaknya menyampaikan maaf dalam hati.
4. Memasuki Tempat Suci Terkecuali untuk Sembahyang
Turis asing tidak diperbolehkan memasuki tempat suci seperti pura atau pelinggih kecuali untuk tujuan bersembahyang. Hal ini juga berlaku bagi mereka yang tidak sedang dalam masa datang bulan (menstruasi).
Bagi wanita yang sedang menstruasi atau mengalami kondisi tertentu seperti ada Cuntaka dilarang memasuki area tersebut karena dianggap sedang berada dalam keadaan yang tidak suci.
Pelanggaran terhadap larangan ini diyakini dapat menimbulkan hal-hal buruk dalam kehidupan.
5. Menggunakan Pakaian Terlalu Terbuka
Saat memasuki tempat suci di Bali, Anda dilarang menggunakan pakaian terbuka, seperti celana pendek atau baju yang menampilkan bagian tubuh lainnya.
Kenakan pakaian tertutup dan sopan seperti kemeja dan celana panjang saat mengunjungi tempat wisata suci di Bali.
Ketika mengunjungi tempat yang dianggap suci di Bali, penting bagi turis asing untuk mematuhi norma-norma etika dan kebudayaan setempat termasuk dalam hal berpakaian.
Secara khusus, turis asing harus mengenakan kemeja yang menutupi bahu dan lengan atas, serta menutupi kaki dengan sarung atau selendang pura seraya menggunakan ikat pinggang.
Selain itu, sebagai tanda penghormatan, disarankan untuk melepas alas kaki sebelum memasuki tempat suci dan membungkuk sedikit sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang lebih tua atau dewa. Selain di tempat suci, etika berpakaian dengan sopan juga berlaku di tempat umum lainnya.
6. Tidak Mengganggu Ritual yang Dilakukan
Turis asing diharapkan berperilaku sopan saat berada di tempat suci. Tidak hanya bertujuan untuk menghargai orang yang sedang berdoa di pura, tetapi juga menunjukkan rasa hormat terhadap tempat tersebut dan kegiatan keagamaannya.
Salah satu contohnya dengan mengikuti aturan di dalam pura dan hormat terhadap pendeta atau yang biasa disebut "Mangku".
Disarankan agar para pengunjung tidak duduk di samping atau di depan pendeta, serta menghindari posisi yang membuat kepala mereka lebih tinggi daripada kepala pendeta.
Upayakan juga untuk tidak membuat suara terlalu keras hingga mengganggu orang yang sedang berdoa.
Selain menghormati individu yang sedang beribadah, penting juga untuk menunjukkan penghormatan terhadap tempat suci itu sendiri dengan tidak memanjat bangunan atau patung di dalamnya.
7. Berperilaku Tidak Baik di Tempat Suci Maupun Tempat Umum Lainnya
Ketika mengunjungi tempat suci di Bali, penting untuk menghormati mereka yang sedang berdoa dengan menjaga suara tetap rendah dan menghindari perilaku agresif atau berlebihan. Hal ini juga berlaku di tempat umum lainnya.
Masyarakat Bali menghargai kesopanan dan sering kali dihargai dengan undangan kehormatan untuk bergabung dalam upacara keagamaan, yang bisa menjadi pengalaman berharga bagi turis asing selama mengunjungi Pulau Bali.
Dengan memahami hal ini, diharapkan kunjungan turis asing dapat berjalan dengan lancar dan harmonis, serta tetap menghormati budaya dan nilai yang dianut masyarakat di pulau Bali.
GHEA CANTIKA NOORSYARIFA