Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Hutan Tesso Nilo Riau Kian Tergerus, Ratusan Flora-Fauna Terancam

Hingga akhir 2017 ini, tercatat hanya 19-20 ribu hektare kawasan hutan yang tersisa di Taman Nasional Tesso Nilo.

29 Desember 2017 | 06.29 WIB

Perkebunan kelapa sawit dan permukiman terlihat dari udara di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo, Riau, 29 April 2015. Hasil penelitian terbaru Walhi menunjukkan lahan gambut seluas 914.067 hektare hilang dalam tiga tahun selama kebijakan moratorium kehutanan di Indonesia. ANTARA/FB Anggoro
Perbesar
Perkebunan kelapa sawit dan permukiman terlihat dari udara di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo, Riau, 29 April 2015. Hasil penelitian terbaru Walhi menunjukkan lahan gambut seluas 914.067 hektare hilang dalam tiga tahun selama kebijakan moratorium kehutanan di Indonesia. ANTARA/FB Anggoro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Pekanbaru - Harmoni, gajah mungil berusia sekitar satu bulan itu riang bermain di sela-sela kaki induknya, bernama Ria. Beberapa kali anak gajah itu terlihat menggoda nakal Ria, yang sedang lahap mengunyah batang pisang.

Harmoni Rimbo, begitu nama lengkapnya tidak menghiraukan beberapa awak media yang "gemas" memotret tingkah lucunya, pekan lalu. Gajah jantan mungil itu terus menerus melakukan ekspresi lucu seolah sadar sedang menjadi pusat perhatian.

Bersama Ria, 40 tahun, keduanya dirawat dengan baik di salah satu pusat pelatihan gajah Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Kabupaten Pelalawan, Riau.

Harmoni dan Ria merupakan bagian dari populasi gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang diperkirakan mencapai 100 hingga 110 ekor. Gajah-gajah itu menempati kawasan TNTN seluas lebih dari 83 ribu hektare.Harrison Ford di Taman Nasional Tesso Nilo. WWF/Des Syafrizal

Namun masa depan hewan berbelalai tersebut terancam oleh aksi perambahan hutan di kawasan taman nasional selama beberapa tahun terakhir. Hingga akhir 2017 ini, tercatat hanya 19-20 ribu hektare kawasan hutan yang tersisa di TNTN.

Sementara sekebihnya telah disulap menjadi permukiman ribuan warga, perkebunan sawit dan lahan kosong yang hanya menyisakan semak belukar. Lahan kosong itu sewaktu-waktu dengan cepat menjadi perkebunan baru.

" Tugas besar kami adalah menyelamatkan hutan tersisa," kata Kepala Seksi Pengelolaan Wilayah I Balai TNTN, Taufiq Haryadi, pekan lalu.

Tugas Taufik memang berat. Sebab, Harmoni, Ria dan ratusan gajah lainnya membutuhkan tempat untuk hidup dan berkembang. Tidak hanya Harmoni, aneka ragam satwa lainnya seperti Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), 114 jenis burung, 50 jenis ikan, primata hingga 360 jenis flora juga membutuhkan lingkungan hutan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Jika penggerusan hutan tak dapat ditangkal, hidup fauna-fauna  dalam ancaman besar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus