Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Ikon Batik Solo Itu Laweyan atau Kauman?

Wisatawan kerap tak bisa membedakan dua ikon batik Solo: Laweyan dan Kauman. Dua-duanya serupa tapi tak sama.

29 Agustus 2019 | 12.09 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pembatik menyelesaikan proses pembuatan batik kombinasi tulis dan cap motif dua jari di Batik Putra Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Selasa, 12 Maret 2019. Cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno pernah berkunjung ke Kampung Batik Laweyan pada awal Februari kemarin. ANTARA/Mohammad Ayudha

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sama-sama ikon batik dan legendaris, warga Laweyan dan Kauman sudah memiliki tradisi membatik jauh sebelum republik ini berdiri. Meskipun sama-sama menghasilkan batik tulis dan cap berkualitas tinggi, kedua memiliki perbedaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penggemar batik mendapati batik produk Laweyan lebih berwarna sementara Kauman menghasilkan motif-motif klasik Keraton Kasunanan. Namun, inovasi yang dilakukan para pengrajin, sangat memungkinkan sekat-sekat gaya itu kian menipis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Asal Usul Laweyan

Nama Laweyan merujuk istilah untuk kelompok kaum kaya atau Wong Nglawiyan. Artinya orang yang berlebih atau kaluwih-luwih dalam segala hal, terutama dalam hal kebutuhan hidup atau harta kekayaan. Wilayah Laweyan sejak dulu merupakan pusat perdagangan batik dan tempat tinggal para pengusaha batik tulis Jawa.

Kampung Batik Laweyan berdiri di atas wilayah seluas 24 hektar lebih. Sebagian besar warganya bekerja sebagai pedagang ataupun pengrajin batik. Kampung batik ini menjadi ikon batik Solo sejak abad ke-19. Bahkan sejarah pergerakan nasional terukir di situ, saat Sarikat Dagang Islam (SDI) berdiri pasa 1912. Asosiasi pedagang pertama milik pribumi itu dibentuk untuk melawan dominasi pengusaha China dan Eropa. Pendirinya seorang pengusaha sekaligus muslim yang taat Haji Samanhudi pada 1912.

Kini, Laweyan memiliki lebih dari 250 motif batik yang sudah dipatenkan. Ciri khasnya, warna-warnanya lebih terang dan tak terikat kuat dengan motif keraton. Saat mengunjungi Laweyan, wisatawan disambut dengan dinding tinggi dan gang-gang sempit. Bangunan rumah pedagang batik Laweyan banyak dipengaruhi oleh arsitektur Jawa, Eropa, China dan Islam.

Tak hanya menjual batik, di Kampung Batik Laweyan juga memiliki paket wisata workshop membuat batik. Wisatawan bisa belajar membatik selama dua jam, hasilnya bisa langsung dibawa pulang. Selain workshop singkat bagi pengunjung, ada juga pelatihan membatik secara intensif bagi yang ingin mendalami teknik pembuatan batik tulis dan cap.

Suasana salah satu gerai penjualan batik yang ada di kawasan Kampung Wisata Batik Kauman Solo, Jawa Tengah, Jumat 21 September 2018. TEMPO/Muhammad Hidayat

Kampung Batik Kauman

Bila wilayah Laweyan dibangun oleh rakyat kebanyakan, maka Kauman merupakan permukiman abdi dalem Keraton Kasunanan. Mereka mempertahankan tradisi membatik dengan motif-motif dari keraton. Kampung ini salah satu perkampungan tertua di Solo, yang pernah menjadi pusat bisnis batik dan syiar agama Islam.

Kauman dibangun saat Raja Keraton Surakarta Paku Buwono III membangun Masjid Agung Keraton. Lokasi Kauman terletak persis di sisi sebelah barat alun-alun Keraton Solo pada tahun 1763-1788. Kauman mulai menjadi pusat kampung batik, ketika keraton memerintahkan para abdi dalem menjadi penyuplai pakaian penghuni kraton.

Keraton membutuhkan sandang batik. Abdi dalem yang biasa membatik diperintahkan tinggal di Kauman agar lebih dekat dengan keraton. Sejak itulah bisnis batik turut berputar di Kauman. Abdi dalem memiliki standar khusus untuk memproduksi pakaian para bangsawan dan raja. Untuk dijual umum, mereka cukup membuat motif yang berbeda dengan keraton, namun masih beraura priyayi. Pasalnya, motif batik menunjukkan status sosial di antara masyarakat kebanyakan.

Pendek kata, dibandingkan dengan Laweyan, batik Kauman lebih menampilkan motif batik klasik berdasar pakem atau standar keraton. Motif batik Kauman lebih merepresentasikan motif batik yang dikenakan di Keraton Kasunanan. Batik Kauman memiliki tiga jenis: batik klasik dengan motif pakem (batik tulis), batik cap, dan batik kombinasi cap dan tulis. 

Ciri khas kampung Batik Kauman adalah bentuk bangunannya yang bergaya Jawa-Belanda, rumah joglo dan limasan. Rumah-rumah klasik itu berada di gang-gang sempit, yang menjadikan Kauman sebagai kampung yang bernuansa khas.

Suasana disalah satu sudut kawasan Kampung Wisata Batik Kauman Solo, Jawa Tengah, Jumat, 21 September 2018. TEMPO/Muhammad Hidayat

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus