Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Ingin Bahagia, Cobalah Beradaptasi di Segala Situasi

Sebenarnya kebahagiaan itu sangat dekat dengan kita.

12 Juli 2018 | 15.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi ibu mertua dan menantu. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ayahku pernah bilang bahwa aku harus bisa beradaptasi di segala situasi. Ketika aku memikirkannya, saya tahu bahwa kalimat ayahku ini benar dan harus dilakukan dalam tiap langkah kita.

Beradaptasi adalah ciri yang mengindikasikan bahwa manusia adalah makhluk hidup, setidaknya begitulah yang dipelajari di mata pelajaran IPA ketika di bangku sekolah bukan? Beradaptasi rupanya tidak hanya terbatas dalam hal fisik, namun juga jiwa dan pikiran. Betapa saya baru benar-benar menyadari pentingnya memiliki kemampuan untuk beradaptasi dalam kondisi apapun.

Pernahkah kita mencari-cari arti kebahagiaan? Sebenarnya kebahagiaan itu sangat dekat dengan kita. Berbagai tumpukan buku motivasi mengenai kebahagiaan sudah dilahap habis namun masih ada saja yang belum merasa hidupnya bahagia. Ini sebenarnya bukan salah bukunya atau penulisnya, namun manusia itu sendiri yang tidak mempraktekkan “memancing kebahagiaan” setiap detiknya, Mengapa saya katakan “memancing”? Sebab pada dasarnya, saya meyakini bahwa bahagia itu dihasilkan oleh individu masing-masing.

Kembali lagi ke konsep beradaptasi. Di dalam kondisi apapun, baik itu menghadapi orang maupun menghadapi masalah yang amat sangat berat, manusia selalu memiliki pilihan dalam hidupnya antara lain: mengeluh atau menerima dengan lapang dada

Manusia yang tingkat adaptasinya sudah sangat expert tentunya hampir pasti memilih untuk menerima dengan lapang dada dan mengambil hal positif dari segala hal. Mengapa saya mengatakan yang ahli memilih pilihan kedua dan bukan mengeluh? Bukannya dalam beradaptasi manusia diberi kebebasan? Iya betul, tapi proses beradaptasi yang benarlah justru yang membuat manusia dapat bertahan hidup.

Menerima dengan lapang dada dapat diartikan juga ikhlas dalam menerima sesuatu yang diberikan Tuhan (karena pada dasarnya memang Tuhan Maha Memberi, sekecil apapun itu). Lalu melihat sisi positif dalam setiap hal bagi saya merupakan wujud syukur kepada Tuhan sekaligus wujud berserah dirinya manusia kepada Sang Maha Mengatur. Hal ini karena, Tuhan pasti selalu memberikan yang terbaik pada umat-Nya, bahkan dalam sebuah musibah sekalipun.

Pada akhirnya, jika dibuat analisis bagan maka kita akan menemukan bahwa kemampuan adaptasi yang benar akan berujung pada kebahagiaan. Kebahagiaan yang dipancing dengan kemampuan adaptasi kita.

Oleh karena itu, alangkah baiknya jika setiap pribadi di muka bumi ini mengasah keterampilannya untuk beradaptasi dengan baik dan benar mengingat dunia kini semakin riuh dan mengeras.

Tulisan ini sudah tayang di tgrevillea

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Istiqomatul Hayati

Istiqomatul Hayati

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus