Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Medan - Anda butuh suasana petualangan di akhir pekan? Cobalah berkunjung ke Air Terjun Lau Mentar di Desa Liang Pematang, STM Hulu, Deli Serdang.
Tak setenang Air Terjun Dwi Warna Sibolangit atau Air Terjun Sipiso-piso, tapi air terjun yang airnya tampak berwarna biru ini tak kalah indah. Di daerah aliran sungai terdapat dinding bebatuan yang disebut-sebut mirip kawasan Grand Canyon, Arizona. Terselip di antara tebing, gua ini bisa diakses para pencari ketenangan di pedalaman Sumatera Utara.
Untuk mencapai Air Terjun Lau Mentar butuh perjuangan. Pengunjung harus menempuh bentangan jarak 63 kilometer dari Kota Medan, atau sekitar tiga jam perjalanan menggunakan kendaraan. Di tujuh kilometer terakhir, tepatnya mulai dari Desa Tanjung Raja menuju Desa Liang Pematang, ada lintasan perbukitan dan jalan berbatu yang harus diterabas.
Melelahkan, tapi itu belum seberapa. Dari Desa Liang Pematang, menuju Air Terjun Lau Mentar, hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki. “Kalau lamanya perjalanan, tergantung keinginan Bang. Karena ada beberapa pilihan jalur," kata Rudof Tarigan, warga yang juga berprofesi sebagai penunjuk jalan kepada Tempo, 25 Desember 2017 lalu.
Jalur perlintasan pertama, kata Rudof, bisa ditempuh dalam 20 menit. Perlintasan kedua lebih panjang, hingga bisa mencapai lokasi dalam satu setengah jam. Jalur ketiga memerlukan waktu lebih lama yakni sampai empat jam perjalanan.
Jalur terakhir meliputi tempat-tempat yang juga akan dilewati pada titik perlintasan pertama dan kedua. Kalau dua jalur lain langsung menuju ke lokasi jatuhnya air terjun, jalur ketiga melewati gua.
Tempo dan tim memilih paket terakhir yang mengambil lintasan lebih memutar menuju ke air terjun. Selama 45 menit pertama pengunjung melewati perkebunan masyarakat, menuruni jalan terjal, sebelum mencapai aliran sungai Lau Mentar.
Selama 20 menit kemudian, tim menyusuri sungai, melawan arah aliran air, untuk mencapai lokasi gua yang disebut-sebut sebagai jalur gerilya pejuang pada masa kemerdekaan. Tim kembali menyusuri sungai untuk menuju air terjun. Butuh waktu nyaris 80 menit untuk sampai di kawasan yang juga tujuan perjalanan bagi pengunjung yang memilih paket kedua.
Di sini, bebatuan berbaris membentuk pilar dan dinding, layaknya kawasan Grand Canyon. “Ini dulu lebih tinggi-tinggi lagi batuannya bang. Cuma mungkin karena terkikis dan jatuh ke sungai, jadi tinggal segini. Itu juga makanya di sini dibilang-bilangnya Lau Mentar Canyon," kata Rudof di tengah perjalanan.
Usai menikmati air terjun dan bentang alam “Canyon Lau Metar”, tim menuju air terjun dua tingkat, titik akhir recana perjalanan ini. Lagi-lagi bentangan sungai menjadi teman perjalanan. Sayangnya, Tempo tak sempat menjangkau lokasi terakhir. Air sungai berangsur naik akibat hujan yang menyirami kawasan desa semenjak awal perjalanan. Air sungai juga menjadi tak jernih.
Demi keamanan, tim bersepakat tak melanjutkan perjalanan ke titik akhir. Padahal tempat itu dikatakan sebagai lokasi terbaik untuk menyegarkan badan setelah melewati perjalanan panjang nan melelahkan, meski pejalanan ini cukup bisa menjadi penawar bagi pengunjung yang ingin menepi dari hiruk-pikuk kebisingan kota.
IIL ASKAR MONDZA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berita lain:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini