Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jepang menambah target kunjungan wisatawan asing menjadi 60 juta turis per tahun. Angka ini dua kali lipat dari target sebelumnya. Kepala badan pariwisata Jepang mengatakan jumlah tersebut masih dapat dicapai meskipun ada kekhawatiran mengenai pariwisata yang berlebihan atau overtourism.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tahun lalu, Jepang menarik lebih dari 25 juta wisatawan dari luar negeri, setelah mereka mencabut pembatasan kunjungan di era pandemi. Kunjungan terbesar berasal dari negara-negara seperti Korea Selatan, Singapura, dan Amerika Serikat.
Promosi Tempat-tempat yang Kurang Populer
Ichiro Takahashi, kepala badan pariwisata Jepang, mengakui target yang diumumkan sebelumnya sebesar 60 juta wisatawan masih sulit, namun menekankan bahwa target tersebut masih dalam kemungkinan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ini adalah angka yang bisa kita capai dengan melakukan upaya yang tepat,” kata Takahashi dalam sebuah pengarahan di Tokyo.
“Masih banyak tempat-tempat yang kurang dikenal di Jepang yang belum dijelajahi oleh wisatawan dari luar negeri – saya yakin Jepang memiliki sumber daya pariwisata yang tak terbatas,” kata Takahashi.
Kekhawatiran Overtourism
Lebih dari tiga juta wisatawan asing mengunjungi Jepang selama tiga bulan berturut-turut, menurut statistik pemerintah yang dirilis pada Rabu, 19 Juni 2024.
Namun masuknya wisatawan ke Jepang telah memicu kembali kekhawatiran mengenai overtourism dalam beberapa bulan terakhir. Banyak penduduk lokal mengeluhkan perilaku turis yang terkadang sulit diatur dan melakukan pelanggaran etika.
Kota Himeji, di bagian barat Jepang, merupakan salah satu pemerintah daerah terbaru yang mengungkapkan rasa frustrasinya. Pemerintah kota yang terkenal dengan Kastil Himeji sedang mempertimbangkan untuk menarik biaya masuk situs Warisan Dunia bagi wisatawan asing empat kali lebih mahal dibandingkan biaya masuk bagi penduduk lokal, menurut laporan media lokal.
“Struktur kayu akan rusak dan rapuh setelah banyak orang naik dan turun,” kata Wali Kota Hideyasu Kiyomoto kepada media Jepang, seraya menekankan perlunya mengurangi pariwisata yang berlebihan.
Warga lokal yang menggunakan kastil sebagai pusat komunitas tidak boleh dikenakan biaya yang sama dengan orang yang hanya datang ke sini sekali dalam 10 tahun untuk tujuan wisata.
Overtourism di Gunung Fuji
Titik rawan lain seputar overtourisme adalah Gunung Fuji. Pihak berwenang memasang gerbang pengendali massa baru pada Senin di sepanjang jalur populernya.
Bulan lalu, sebuah kota di Jepang dengan sengaja menghalangi pemandangan gunung berapi dengan layar hitam besar. Tujuannya adalah menghalangi wisatawan berebut mengambil foto gunung tertinggi di negara tersebut.
VN EXPRESS | ECONOMIC TIMES