Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kak Seto, viral. Pria bernama Dr Seto Mulyadi S.Psi., M.Si., itu tampak berlari di halaman rumahnya. Rautnya riang. Ia kemudian memanjat dinding atap rumah, mengandalkan kekuatan tangannya mengangkat tubuhnya naik ke atap rumah. Gerakannya lincah. Bagai ahli parkour, lelaki tiga cucu kelahiran Klaten 28 Agustus 1951, itu berlari hingga memanjat sampai atap rumah. Video itu sempat mencuri banyak perhatian warganet yang mengagumi lelaki 70 tahun ini bisa sangat lincah dan energetik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dari dulu saya memang tidak bisa diam,” katanya, sembari tertawa. Di waktu senggangnya, Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) ini, masih menyempatkan menulis dan mencipta lagu, olahraga pun tak pernah ia abaikan, selalu jogging, push up, berenang, senam, bahkan salto. Pantaslah ia awet muda. Kesehatan tubuhnya ia jaga begitu rupa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kak Seto, sudah 51 tahun berkecimpung sebagai praktisi dan pemerhati masalah anak-anak. Keprihatinannya tak pernah surut memperjuangan hak anak di negeri ini. Ia menyoroti masih tinggi kekerasan kepada anak, berdasarkan tahun lalu.
Ia masih merasa prihatin belum cukupnya tontonan yang layak untuk anak-anak. “Ya karena kesadaran akan pentingnya tontonan yang juga merupakan tuntunan agak melemah, terlalu mengandalkan materi dari luar (negeri-Red),” katanya kepada Tempo.co.
“Padahal dalam misi pendidikan kita ada unsur nasionalisme sehingga dalam hal ini tentu diharapkan unsur nasionalisme juga bisa menampilkan tontonan dan tuntunan itu yang digali dari budaya bangsa sendiri dan dari tradisi berbagai daerah, itu yang banyak dilupakan,” kata penggagas boneka Si Komo ini. Belum lagi karena perkembangan teknologi Internet yang begitu cepat masuk ke bilik-bilk rumah.
“Pertumbuhan teknologi dan Internet sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak, karena ini merupakan suatu perkembangan global yang menyentuh sampai daerah yang cukup jauh, Anak-anak dikepung teknologi Internet, bahkan dijadikan cara belajar,” kata Kak Seto.
Kewaspadaan dan kebijakan orang tua menghadapi perkembangan teknologi harus terus ditingkatkan, menurutnya. “Kalau kita tidak waspada, memang anak-anak akan terpengaruh dengan situs yang tidak layak untuk anak, tidak ramah untuk anak, hanya mengandung unsur kekerasan, pornografi, radikalsime dan sebagainya. Mohon tetap diwaspadai dengan mempererat komunikasi dalam keluarga antara orang tua dan anak, juga komunikasi antara guru dan murid pada saat nanti anak bersekolah kembal,” kata Kak Seto.
Dan, di usia 70 tahun ini, kak Seto ingin Indonesia memiliki Satgas perlindungan Anak, melihat tingkat kekerasan kepada anak terus meningkat. “Keinginan saya adalah merealisasikan adanya satgas perlindungan anak atau seksi perlindungan anak di setiap RT yang disingkat SPARTA,” katanya, menegaskan.
Semua gagasan itu sejak Kak Seto memimpin lembaga perlindungan anak Indonesia (LPAI) tahun 1998 lalu, 23 tahun lalu, yang sempat berganti nama menjadi Komnas Perlindungan Anak. “Saya mengharapkan agar satgas perlindungan anak ini bisa terwujud, berada di tempat terdekat dan yang paling dekat yaitu di lembaga RT, RW, atau lembaga desa,” katanya.
Baca: Kak Seto Inginkan Satgas Perlindungan Anak Sampai Tingkat RT