Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Solo - Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menggelar tradisi Grebeg Maulud di halaman Masjid Agung Solo, Jawa Tengah, Senin, 16 September 2024. Rangkaian upacara adat pada puncak acara Sekaten itu dipimpin langsung Kanjeng Pangeran Haryo Raditya Lintang Sasongko.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pantauan Tempo, ada empat gunungan atau dua pasang gunungan jaler (laki-laki) dan estri (wanita) berisikan hasil bumi, yang dikeluarkan oleh Keraton Surakarta dan kemudian dikirab dari pintu atau Kori Kamandungan keraton menuju ke Masjid Agung. Dua pasang gunungan tersebut tiba di Masjid Agung sekira pukul 11.15 WIB dengan dikawal pasukan drumband abdi dalem.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ribuan warga yang sudah memadati halaman Masjid Agung di bawah panas terik sinar matahari langsung menyambut dengan meriah. Saat dua pasang gunungan itu baru saja tiba, warga itu pun mencoba mendekati.
Hanya dua gunungan yang disiapkan untuk warga. Sedangkan satu gunungan sepasang lagi dibawa kembali ke dalam Keraton Surakarta untuk abdi dalem. Namun, belum sempat dua gunungan yang diperuntukkan bagi warga itu didoakan, langsung diperebutkan warga hingga ludes dalam waktu hanya sekitar 15 menit.
Kanjeng Pangeran Haryo Raditya Lintang Sasongko mengatakan terdapat empat gunungan yang dikeluarkan Raja Keraton Surakarta, Paku Buwono atau PB XIII dalam upacada Grebeg Maulud ini dalam rangka memeriahkan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
“Alhamdulilah upacara adat berjalan lancar. Masyarakat juga antusias, menyambut Grebeg Maulud. Semoga ini dimaknai secara keseluruhan. Jika Keraton Surakarta menyambut bulan Maulid Nabi dengan suka cita, semoga ini jadi berkah semua,” kata Haryo.
Ia menambahkan gunungan hasil bumi tersebut merupakan bentuk rasa cinta PB XIII kepada rakyatnya. Adat budaya ini diharapkan untuk tetap dilestarikan.
“Semoga Kota Solo selalu berbudaya jadi pusat budaya nasional dan Indonesia. Ini bentuk rasa cintai raja pada warganya bagikan gunungan berupa uborampe (hasil bumi). Kalau bukan kita yang menjaga warisan budaya ini siapa lagi,” ucap dia.
Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta, KGPH Dipokusumo, menambahkan Pareden Garebeg Mulud Tahun JE 1958 diadakan atas perintah PB XIII dan dibiayai secara utuh oleh PB XIII. “Jadi PB XIII memberikan pasang gunungan (2 putri, 2 laki-laki), berikut dengan isi dari kotak camtoko (gunungan)," katanya.
Ia menambahkan PB XIII, GKR Pakoe Boewono, Putra Mahkota KGPAA Hamangkunegoro Sudibya Rajaputra Narendra Mataram, GKR Timoer Rumbai, Gusti Devi, Gusti Ratih, dan Gusti Putri Purnaningrum, dalam acara adat ini juga membagikan udik-udik atau uang koin atau logam di depan Pintu Kamandungan Keraton Surakarta Hadiningrat.