Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Azfanadra Karim berharap konser musik yang ditampilkan secara langsung (fisik) dan konser dalam format daring (virtual/online) dapat berjalan beriringan di tengah pemulihan pandemi COVID-19 yang tengah terjadi di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kita ingin ada solusi jalan keluar terbaik. Kita tentu ingin agar lambat laun konser langsung bisa dijalankan lagi, tanpa harus melupakan yang tengah berkembang saat ini seperti konser online," kata pria yang akrab disapa Adra itu Sabtu 14 Maret 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah satu tahun pandemi COVID-19 melanda Indonesia, banyak sekali pelaku industri musik yang terpukul karena kehilangan sumber mata pencaharian.
Baca: Pengelola Konser Menanti Angin Segar Izin Pembukaan Pentas Musik Tatap Muka
Tentu kembalinya perhelatan acara-acara pagelaran musik menjadi sesuatu yang didambakan para pelaku industri musik.
Penerapan protokol kesehatan yang ketat dapat menjadi alternatif kembalinya pementasan- pementasan para musisi di Tanah Air yang telah terhenti dalam 12 bulan terakhir. "Kita berharap jika baik pelaku, penyelenggara, dan penikmat musik serta pemerintah bisa menyatukan visi dan misi untuk bangkit, dengan penerapan protokol kesehatan yang layak. Pasti bisa kok dilakukan dalam sebuah konser musik langsung (fisik)," katanya.
Harapannya itu juga berkaca dari pengalamannya berkecimpung di DKJ selama pandemi COVID-19. DKJ secara patuh mengikuti anjuran protokol kesehatan dalam menampilkan karya seni yang telah disiapkan selama pandemi COVID-19 berlangsung.
Di samping itu, Adra mengatakan meski nanti ekosistem konser fisik musik sudah kembali seperti sedia kala, diharapkan ekosistem online pun dapat terus dikembangkan.
Menurut pria yang berprofesi sebagai komposer musik itu, bentuk kesenian baik dari pertunjukan fisik maupun pertunjukan daring menghasilkan sentuhan karya yang berbeda.
Sehingga, sangat mungkin di kemudian hari, kedua jenis pertunjukan itu bisa berjalan beriringan dan saling menopang satu sama lain. "Manggung di depan penonton secara langsung tentu seninya beda dengan manggung di depan kamera. Manggung di panggung pertunjukan tentu beda juga dengan rekaman di studio, jadi ya itu dua seni yang berbeda," kata Adra.
Dukungan dari pemerintah maupun masyarakat yang menikmati musik pun turut diharapkan mampu mendorong kedua ekosistem itu berkembang memajukan musik-musik Indonesia.