Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Kota Paling Bau di Dunia Ada di Selandia Baru

Pesona Rotorua di Selandia Baru luar biasa, satu-satunya hal mengganggu di kota ini adalah bau telur busuk yang menyengat.

18 Januari 2025 | 17.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Salah satu mata air panas di Rotorua, Selandia Baru (Pixabay)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Rotorua, kota yang terletak di jantung Pulau Utara Selandia Baru, seperti dunia lain. Pesonanya luar biasa, satu-satunya hal mengganggu di kota ini adalah bau telur busuk yang menyengat di setiap sudutnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bau telur busuk itu berasal dari aktivitas geotermal yang melimpah di wilayah tersebut. Aktivitas ini menghasilkan geyser besar, kolam lumpur panas yang menggelegak, danau asam, dan pemandangan alam yang tampak hampir asing. Sulfur dari aktivitas ini terbawa angin, sehingga kota ini memiliki bau yang khas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meskipun demikian, itulah yang menjadi daya tarik kota ini. Kunjungan ke Hell's Gate, resor dan spa geotermal tempat berendam di kolam lumpur, menjadi salah satu keharusan saat berada di sana. Wisatawan bisa melihat gunung lumpur terbesar di Selandia Baru yang tingginya hampir tiga meter. Harga memasuki tempat ini mulai dari 35 NZD atau sekitar Rp 320 ribu, tergantung pada apa yang ingin dilihat.

Dihuni Penduduk Asli Maori

Rotorua merupakan salah satu tempat pertama yang dihuni oleh penduduk asli Mori di Aotearoa (nama Mori untuk Selandia Baru). Dikenal sebagai Te Arawa, berdasarkan waka (kano) yang mereka tumpangi, kelompok ini kini mencakup beberapa iwi (suku) di Selandia Baru, yakni Ngti Pikiao, Thourangi, dan Ngti Whakaue.

Dulu, energi panas bumi di wilayah tersebut digunakan untuk memasak, membersihkan, dan memanaskan rumah mereka. Mereka mengambil air minum dari Danau Rotorua. 

Hell’s Gate menawarkan pengalaman kehidupan suku Maori untuk wisatawan. Pengunjung dapat mencoba sendiri seni ukir tradisional suku Maori atau mencoba hangi yang dimasak secara tradisional. Hangi adalah cara memasak makanan, mulai dari ikan, ayam, sampai sayuran, di dalam tanah menggunakan panas bumi. 

Desa Tradisional Maori

Hal unik lain di Rotorua adalah Te Puia, desa tradisional Maori. Desa ini tidak hanya menjadi objek wisata utama, tetapi juga memainkan peran penting dalam melestarikan dan mempromosikan budaya Maori. Te Puia adalah tempat pelatihan bagi pemuda Maori dalam seni tradisional seperti mengukir, menenun, dan seni pertunjukan.

Dilansir dari NZ Herald, Te Puia juga  merupakan rumah bagi geyser Pohutu, yang meletus hingga 20 kali sehari menyemburkan uap setinggi 30 meter ke langit. Objek wisata ini juga memiliki kolam lumpur yang menggelegak.

Bagi para pria, itu adalah haka. Bagi para wanita, itu adalah menggunakan poi selama lagu dan tarian. Mengayunkan poi dengan satu tangan, lalu menangkapnya dengan tangan lainnya mengikuti alunan musik terbukti menjadi tantangan tersendiri.

Jika ingin berkunjung ke Rotorua di Selandia Baru, jangan khawatir dengan baunya. Awalnya mungkin terasa aneh, tapi Vita Molyneux, seorang jurnalis perjalanan di Express.co.uk, mengatakan bahwa lama-lama ia menyukainya. Hidung akan cepat beradaptasi sehingga baunya tak terasa dalam waktu singkat. 

EXPRESS.CO.UK | NZ HERALD

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus