Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Kuil Buddha Kuno di Puncak Fanjingshan

Pengaruh Budha meluas hingga Cina. Salah satu buktinya situs Kuil Buddha yang berada di puncak Gunung Fanjingshan (Gunung Fanjing).

24 September 2019 | 15.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kuil Buddha di Pegunungan Wuling berada di puncak Gunung Fanjing. Foto: Barcroft Media

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Gunung Fanjing merupakan tebing yang berdiri gagah di Provinsi Guizhou di timur Cina. Pemandangannya yang rupawan menunjuk langit. Namun Gunung Fanjing bukan hanya keajaiban alam -- gunung ini juga kaya akan sejarah Buddhis, dan menampilkan sepasang kuil Tiongkok kuno di puncaknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Terletak di provinsi Guizhou timur Cina, Fanjingshan adalah puncak tertinggi Pegunungan Wuling, yang membentang 8.430 kaki di atas permukaan laut. Terbungkus hutan lebat yang dipenuhi pohon cemara dan monyet emas Guizhou, tempat itu merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO, yang ditetapkan pada Juli 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dari kejauhan puncak Fanjingshan menyerupai pensil berdiri di atas meja. Untuk mencapai puncak, pengunjung harus berjalan lebih dari 8.000 langkah atau naik kereta gantung dari jalan di bawah. Kedua kuil di puncak gunung, masing-masing dibangun di atas puncak yang terpisah.

Untuk menjangkaunya para tamu harus menyeberangi jembatan kecil, untuk melintasi celah di antara kedua kuil. Ada beberapa cara yang lebih dramatis untuk mencapai kuil Buddha yang bersejarah daripada dengan melintasi jembatan gunung di awan.

Banyak umat Buddha percaya Fanjingshan sebagai bodhimaa (tempat pencerahan) Maitreya, “Buddha masa depan.” Menurut tradisi Buddha, Maitreya akan kembali ke bumi di masa depan untuk membantu orang lain mencapai pencerahan.

Tidak diketahui persis kapan Fanjingshan pertama kali dibangun. Agama Buddha pertama kali datang ke wilayah ini pada 639 selama Dinasti Tang, dan kuil-kuil kemungkinan dibangun beberapa saat setelah itu.

Siluet para wisatawan tampak pada dinding tebing, usai mendaki 8.000 langkah menuju Puncak Fanjing. Foto: Ziss Hoto

Kuil-kuil itu sebagian dihancurkan pada akhir 1500-an selama Pemberontakan Bozhou, ketika anggota kelompok etnis Miao bangkit melawan Dinasti Ming dan menjarah berbagai situs suci, tetapi sejak itu telah dipulihkan.

Setelah berabad-abad, Fanjingshan hari ini merupakan salah satu kuil paling dramatis di Cina, sebuah monumen bagi agama Buddha yang akan membuat Anda terengah-engah — terutama jika Anda melakukan 8.000 langkah pendakian di sana.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus