Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengajak wisatawan untuk mengunjungi berbagai destinasi wisata menarik di wilayahnya. Tapi berbeda dengan sebelum pandemi Covid-19, kunjungan wisata kali ini dilakukan dengan Gerakan Sambanggo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Joko Mursito saat dijumpai di Kulon Progo, Rabu, 15 Juni 2022, mengatakan bahwa gerakan ini merupakan strategi pemerintah daerah untuk meningkatkan pariwisata selama pandemi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jadi di masa pandemi, semuanya sedang sakit. Maka, kami tidak bisa mengajak mereka berekreasi atau tamasya, tapi sambang atau menyambangi. Menengok gitu lah ya," katanya.
Joko menjelaskan bahwa "Sambanggo" merupakan akronim dari "Sambang Kulon Progo" atau bisa pula "Sambang" dan "Monggo" yang artinya "kunjungi silakan". Sambang dalam Bahasa Jawa juga bisa berarti "tilik" atau "niliki". Dalam Bahasa Indonesia, "tilik" sama dengan menjenguk atau menengok.
"Seperti saat menjenguk orang sakit. Tidak perlu beramai-ramai dan berlama-lama. Sehingga tiap tempat yang dikunjungi juga cukup sebentar saja," jelas Joko.
Menurut Joko, "Sambanggo" bukan sekadar sebuah salam atau istilah semata yang ditunjukkan saat wisatawan berkunjung di Kulon Progo. Namun, Pemkab Kulon Progo menjadikan kata itu sebagai nama bagi gerakan baru di sektor pariwisata Kulon Progo saat pandemi Covid-19.
Kabupaten ini memiliki beberapa destinasi wisata menarik, seperti Desa Wisata Purwosari, Rumah Teh Gumilir, Pantai Gelagah, Gua Kiskendo, hingga pertunjukan sendra tari Subali dan Sugriwa.
Tak hanya itu, Joko juga mengatakan bahwa daerah itu memiliki potensi geowisata purba yang mumpuni. Hal tersebut ditandai dengan adanya batu purba hingga 3 gunung berapi purba yang ada di daerah Kulon Progo.
"Pada 2021, kami menerima SK Menteri SDM yang menyatakan bahwa Kulon Progo ini memiliki 3 gunung berapi purba dan peninggalan-peninggalan batu purba yang kemudian kami gerak cepat menangkap itu dalam kajian teman-teman geologi dan sejarah," ungkapnya.
Selain berwisata, arkeolog juga sudah dilibatkan dalam pengembangan temuan purba yang ada di Kulon Progo. Oleh sebab itu, Joko berharap dengan adanya kajian-kajian tersebut, maka potensi Kulon Progo menjadi geowisata purba dunia juga dapat tercapai.
"Mimpi kami adalah Kulon Progo bisa menjadi geowisata purba dunia. Kami sudah mengarah ke arah sana. Kami harus bersinergi dengan berbagai pihak, berkolaborasi, dan geowisata purba dunia diharapkan bisa membuat Kulon Progo mengejar wilayah-wilayah lain di Indonesia yang sudah sukses di bidang pariwisata," ujar dia.
ANTARA
Baca juga: Mau Wisata Astronomi? Kunjungi Waduk Sermo di Kulon Progo
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.