Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Legenda Bioskop Megaria, Bung Hatta yang Resmikan 73 Tahun Lalu

Bioskop Megaria menjadi bioskop tertua dan pertama di Jakarta. Bung Hatta yang meresmikan bioskop yang dulu bernama Metropole ini 73 tahun lalu.

13 Juli 2022 | 08.01 WIB

Bioskop Megaria, Jakarta, 1984. Bioskop ini dibangun 1932 dan sampai saat ini masih berdiri. Awalnya bioskop ini bernama Metropole, kemudian pada jaman presiden Soekarno diganti menjadi Megaria. Dok. TEMPO/ Maman Samanhudi
Perbesar
Bioskop Megaria, Jakarta, 1984. Bioskop ini dibangun 1932 dan sampai saat ini masih berdiri. Awalnya bioskop ini bernama Metropole, kemudian pada jaman presiden Soekarno diganti menjadi Megaria. Dok. TEMPO/ Maman Samanhudi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Awalnya, Bioskop Megaria ini hanyalah sebuah kediaman keluarga Belanda pada tahun 1932. Kemudian pada 1949, bangunan diubah menjadi gedung bioskop yang bernama Bioscoop Metropool sesuai dengan ejaan bahasa Belanda. Pada tahun yang sama, bioskop ini diresmikan Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia, Mohammad Hatta atau Bung Hatta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kemudian pada 1960, Bioskop Metropole merubah namanya menjadi Bioskop Megaria. Sebab, ketika itu ada kebijakan anti-Barat dari Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno. Lokasi bioskop ini berada di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 21, Jakarta Pusat dengan gaya arsitektur art deco atau art decorative.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Suasana depan bioskop Metropole XXI Megaria yang ditutup, di kawasan Cikini, Jakarta, Rabu, 26 Agustus 2020. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Bisokop Megaria, Bioskop Pertama dan Tertua di Indonesia

Menjadi bioskop pertama dan tertua yang berada di Jakarta, Bioskop Megaria memiliki banyak keistimewaan. Keistimewaan pertama datang dari Bioskop Megari yang dinobatkan sebagai Cagar Budaya. Mengutip dari cagarbudaya.kemdikbud.go, penobatan ini dilakukan pada tahun 1993 oleh Soerjadi Soedirdja yang ketika itu menjabat sebagai Gubernur Jakarta. Penobatan Bioskop Megaria berdasarkan pada SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 475 Tahun 1993. Dengan penobatan ini, menyatakan bahwa gedung bioskop ini tidak boleh diubah, terutama struktur utama, ornamen, dan tampak mukanya. 

Awalnya, Bioskop Megaria telah terikat kontrak sehingga hanya menayangkan beberapa film yang diluncurkan oleh Metro Goldwyn Mayer (MGM). Film-film yang diluncurkan adalah film populer asal Amerika, mulai dari War and Peace (1956) sampai Gone with The Wind (1939). Mulai dari adegan yang diperankan oleh Marilyn Monroe sampai Robert Mitchum, pernah ditayangkan di layar lebar ini. Dengan penayangan film-film ini, membuat Bioskop Megaria berada dalam urutan pertama sebagai bioskop kelas satu. Selain itu, juga membuat bioskop ini tergabung dalam organisasi antarbioskop kelas satu.  

Lalu pada 1955, Bioskop Megaria kembali menunjukkan keunggulannya dibandingkan sinema lainnya. Terbukti, pada tahun tersebut, Bioskop Megaria menjadi tempat pelaksanaan Festival Film Indonesia untuk pertama kalinya. Mulai dari sini, bioskop ini menayangkan film-film asal Indonesia. Di tahun yang sama, gedung bioskop ini juga menjadi tempat pelaksanaan rapat penting. Dalam rapat penting tersebut, lahirlah cikal bakal pendirian Gabungan Perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) yang melebur menjadi Gabungan Bioskop Seluruh Indonesia (GABSI).

Sementara itu, dikutip dari encyclopedia.jakarta-tourism.go, pada April- Mei 1970, Bioskop Megaria menjadi salah satu bioskop penunjang penyelenggaraan Festival Film Asia ke-16.  Selain bioskop ini, terdapat bioskop lain yang menjadi penunjang acara perfilman terbesar di Asia, yakni Bioskop Menteng, Gelora, Apollo, Star, City, Royal, Orient, dan Satria.

Pada tahun 1989, bioskop ini dibeli oleh grup 21 Cineplex dan berubah namanya menjadi Metropole 21. Saat berada dalam naungannya, bioskop ini memiliki empat teater dengan 170 kursi di setiap ruangannya. Sepanjang tahun 1990-an, bioskop ini juga membuka harga sewa untuk usaha golongan kelas menengah, seperti biliar, tempat cukur, beberapa restoran, swalayan, dan beberapa perkantoran. Selain itu, akhir tahun 1990-1an, acap kali bioskop ini menjadi tempat populer untuk berkumpul bagi para mahasiswa karena letaknya yang strategis. 

Sempat diberitakan bahwa pada 2007, Bioskop Megaria ingin dijual. Namun, setahun setelahnya, rencana tersebut dibatalkan. Hal ini membuat grup 21 Cineplex selama tahun 2008-2013, melakukan renovasi interior dan eksteriornya dan diperuntukkan untuk kalangan menengah ke atas. Namanya pun berubah menjadi Metropole XXI. Pada 2014, salah satu toko minuman Starbucks dibuka di samping bioskop tersebut. Pembukaan gerai ini semakin memperlihatkan bahwa bioskop ini ditujukan untuk kalangan menengah atas. 

RACHEL FARAHDIBA R

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus