Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Kayuagung - Menghindari terpeleset dan terjerembab, alas kaki yang sempat dikenakan terpaksa ditenteng karena jalan setapak sejauh sekitar satu kilometer itu separuhnya sedang berlumpur dan ber-air akibat guyuran hujan sehari sebelumnya. Siang menjelang sore Kamis 11 April 2024, kami berpelesir menelusuri Daerah Aliran Sungai (DAS) Segonang dan keluar masuk ladang, kebun milik warga desa Sukaraja, Kecamatan Pedamaran, Ogan Komering Ilir atau OKI, Sumatera Selatan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ini bukan berpelesir biasa tapi akan menjemput pengalaman baru berlebaran di kampung orang tua sembari panen dan petik langsung buah duku dari pohonnya. Sukaraja berada sejauh sekitar 75 KM dari kota Palembang kearah Lampung. Desa yang berada persis di sisi jalan lintas timur Sumatera ini bisa ditempuh selama sekitar 1,5 jam perjalanan darat.
Petik Buah Duku
Pagi harinya berziarah di Tempat Pemakaman Umum desa setempat dan bersilaturrahmi di kediaman sanak saudara di desa. Kemudian siang harinya salah seorang keluarga mengajak untuk merasakan langsung sensasi serta menikmati manisnya buah duku langsung dari pohonnya. Ajakan itu tentu tidak disia-siakan dan sejurus kemudian persiapan dimulai dan kemudian segerah berangkat dengan membawa karung, tali dan tentunya seorang pemanen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain berjalan kaki, sebenarnya untuk tiba di kebun bisa juga menggunakan sepeda motor namun siang kali ini kami sengaja berjalan kaki agar dapat menikmati suasana perkebunan dan alam pedesaan. Kurang dari 20 menit perjalan, langkah kaki pun berhenti di satu hamparan kebun duku yang sedang berbuah lebat.
Anak-anak dan keponakan diajak mengisi libur lebaran dengan panen buah duku di desa Sukaraja, Pedamaran, Ogan Komering Ilir. TEMPO/Parliza Hendrawan
Yusef, salah seorang putra pemilik kebun langsung mempersilakan untuk segera mencicipi buah duku yang sudah tersedia di karung-karung yang siap dibawa pulang. Kami juga digoda untuk mencoba memanjat pohon duku dan ikut merasakan jadi pemanen.
Sepertinya mencoba untuk memanjat salah satu pohon duku yang ada di antara pematang dan jalan setapak itu adalah pilihan tepat. Tampak pohonnya tidak terlalu tinggi, juga tersedia beberapa dahan pada bagian bawah yang bisa dijadikan pijakan untuk menaiki pohonnya hingga bisa menggapai tangkai buah duku.
Benar nian, tanpa perlu usaha maksimal, bisa tiba di atas pohon dengan batang lurus menjulang hingga belasan meter itu. Satu satu tangkai buah duku bisa diambil dan dicicipi rasa manis dan legitnya buah khas Meliaceae itu. Kamera yang melekat di gawai tak luput dimainkan untuk merekam suasana dan momen langkah itu.
Dari atas pohon, mata leluasa menatap lanskap berupa ratusan pohon duku siap panen. Jari tangan juga bebas memilih tangkai yang berisi buah duku berkulit kuning agak putih yang diyakini berasa manis dan berbiji kecil.
Bawa pulang hasil panen
Tahu yang datang bukan pemanjat ulung, Yusef siang itu mengajak salah seorang temannya yang berpengalaman memanjat, memanen buah duku. Gerakan pemanen ini bergitu lincah dan cekatan. Dalam hitungan kurang dari satu jam, ia pun berhasil menurunkan sekitar 5 hingga 6 karung lebih duku. Sangat berbeda dengan saya yang hanya bisa memetik untuk langsung dimakan.
Hasil panenan siang itu bukan untuk dijual melainkan Yusef siapkan untuk kami bawa pulang ke Palembang. Biasanya kata Yusef, hasil panen diangkut ke rumah untuk selanjutnya dijual ecer di pinggir jalan lintas timur Sumatera. Selain itu, buah duku juga sering dikirim ke pasar-pasar yang ada di Palembang, Jakarta, Cirebon dan kota-kota lainnya di Jawa. Di Jawa kaya Yusef sudah punya pedagang yang siap menampungnya. “Besok atau lusa ini akan dilakukan pengiriman lagi ke Jawa,” katanya.
Duku hasil panen siap dibawah pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat pulang kampung di Desa Sukaraja, Pedamaran Ogan Komering Ilir. TEMPO/Parliza Hendrawan
Duku Sukaraja
Desa Sukaraja, Kecamatan Pedamaran, Ogan Koering Ilir, Sumatera Selatan berada persis di sisi jalan lintas timur Sumatera, penghubung Palembang-Lampung. Sebelum dibangunnya Jalan Tol Trans Sumatera, jalan lintas timur ini merupakan akses utama selain melalui jalan lintas tengah.
Tidak sulit untuk menemukan desa Sukaraja. Dari kota Palembang, berkendara menuju kota Kayuagung yang merupakan ibukota kabupaten OKI. Jika berkendara di ruas Tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayuagung Terpeka, maka segera angkat pelan-pelan pedal gasnya saat mendekati exit tol Kayuagung. Dari exit tol Kayuagung, perjalanan diteruskan sekitar 15 menit lagi kearah danau Teluk Gelam dan Lampung.
Sebelum tiba di desa Sukaraja, akan menemukan belasan pedagang buah duku yang menggelar dagangannya di pondok-pondok kayu dipinggiran jalan. Harganya bervariasi mulai dari Rp5 ribu hingga Rp7500 per kilogram. Harga tergantung dengan kualitas dan persediaan buah.