Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Liburan Akhir Tahun, Yuk Ke History of Java Museum di Jogja

Museum di Jogja ini dikemas dengan teknologi digital, termasuk augmented reality

4 Desember 2018 | 06.06 WIB

Beberapa contoh objek tangkapan gambar augmented realty yang menjadi unggulan di museum History of Java yang mulai beroperasi di Yogya awal Desember 2018 ini. Tempo/Pribadi Wicaksono
Perbesar
Beberapa contoh objek tangkapan gambar augmented realty yang menjadi unggulan di museum History of Java yang mulai beroperasi di Yogya awal Desember 2018 ini. Tempo/Pribadi Wicaksono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebuah wahana wisata berupa museum yang berisi ulasan sejarah tentang Pulau Jawa segera hadir melengkapi obyek wisata di Yogyakarta awal Desember 2018 ini. Tempat ini sepertinya cocok untuk menikmati libur akhir tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Museum itu bernama History of Java Museum yang berlokasi di Jalan Parangtritis km 5,5 Kecamatan Sewon Bantul Jogja. Museum yang akan mulai beroperasi tanggal 5 Desember 2018 ini garapan yayasan D’Topeng Kingdom Foundation yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Museum ini akan mengajak pengunjung mempelajari sejarah khususnya tentang Jawa dengan cara lebih menarik, secara live digital,” ujar Elly T. Halsamer, pendiri D’Topeng Kingdom Foundation di Yogya Senin 3 Desember 2018.

Elly menuturkan, di museum dengan nuansa digital ini akan menampilkan kurang lebih 40 item wahana yang terbagi dalam lima zona. Di sana akan ditampilkan cerita sejarah pulau Jawa dan aneka kebudayaan di dalamnya terbentuk, dengan berbagai medium digital.

History of Java Museum akan dilengkapi, antara lain, teknologi augmented reality (realitas tertambah) pada board edukasi, video mapping, hingga arena swafoto bernama Kampung Selfie Mataraman. Ini akan jadi pengalaman mengesankan karena tempat itu dilengkapi fasilitas theater dan 4D theatre.

"Jadi objek artefak yang ada dalam museum dibalut dengan teknologi modern agar interaktif dan tidak membosankan," ujarnya.

Elly mencontohkan untuk teknologi augmented reality akan membuat berbagai obyek yang dipelajari tampak hidup. Teknologi ini menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi, lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata.

Seperti objek Panglima Cheng Ho tidak sekedar gambar dua dimensi beserta keterangannya. Melalui bantuan gadget yang terinstal aplikasi penampil augmented reality, sosok panglima itu bisa muncul dalam layar gadget pengunjung sehingga tampak hidup.

Selain itu ada juga objek lain di museum itu yang ditampilkan dengan sentuhan digital seperti Candi Borobudur yang tampak live tiga dimensi lengkap dengan suara suasananya. Ada pula benda peninggalan purba seperti nekara, berbagai alat berburu dan meramu yang bisa disaksikan lebih riil.

"Di museum ini pengunjung bisa berinteraksi, tidak hanya mengandalkan visual tapi juga sensoriknya, bisa merasakan objek objek seperti nyata di hadapannya," ujarnya. Elly berharap lewat kehadiran museum ini minat generasi milenial belajar sejarah tak luntur.

Untuk tiket masuk rencananya dibanderol Rp 30 ribu per orang dan bebas menikmati semua wahana yang ada.

PRIBADI WICAKSONO (Yogyakarta)

Tulus Wijanarko

Tulus Wijanarko

Wartawan senior dan penyair.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus