Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Waktu menunjukkan sekitar pukul 22.00, ketika matahari baru saja terbenam di Wina, Austria, Ahad pekan lalu. Sudah sekitar satu jam DJ Martin Solveig turun dari panggung di Stadion Ernst-Happel, Wina. Tapi si penampil utama, Madonna, belum juga muncul. Lebih dari 25 ribu penonton mulai menunjukkan emosi kekecewaan karena dibiarkan menunggu lama. Mereka meneriakkan cemoohan dan bersiul kencang lantaran bosan menunggu sang diva.
Tiba-tiba seluruh stadion gelap. Latar panggung menampilkan imaji salib raksasa dan Gereja Katedral Santo Stefanus, Wina, yang megah. Bel gereja berdentang. Sekelompok orang mengenakan jubah merah berpenutup kepala ala Fransiskan memulai prosesi, mirip ritus gereja Katolik. Mereka membakar dupa dalam turibulum (pendupaan) raksasa yang kemudian berayun-ayun di atas panggung mengeluarkan asap. Kontan, kekecewaan penonton tadi langsung dibarter dengan teriakan bergemuruh dan tepuk tangan antusias menyambut dimulainya konser Madonna.
Bayangan Madonna muncul dari balik salib tadi yang terbelah dua. Dengan posisi berlutut dan kedua tangan yang menyatu layaknya sedang memuji Tuhan. "Ya, Tuhanku. Saya sungguh menyesal, saya ingin mengakui semua dosa saya," ujar Madonna. Seisi stadion berguncang. Riuh membahana. Meski Austria adalah negara mayoritas Katolik, tak ada yang mencemooh ketika simbol gereja dipermainkan dalam aksi panggungnya.
Sesaat kemudian, Madonna muncul memegang tiruan senjata AK-47, penari latar membuka jubah mereka dan hanya mengenakan celana panjang. Hit dari album MDNA, Girl Gone Wild, membuka konsernya di stadion terbesar di Austria itu, seakan-akan mengajak penonton Austria, negara yang dikenal dengan tradisi Katolik kuat, untuk menjadi liar.
Konser di Wina adalah salah satu rangkaian Tur MDNA 2012 dalam rangka mempromosikan album terbaru sang artis 54 tahun itu dengan judul yang sama, MDNA. Rangkaian tur dimulai dari Tel Aviv, Israel, 31 Mei lalu, hingga Cordoba, Argentina, pada 22 Desember mendatang. Satu-satunya negara Asia yang disinggahi adalah Uni Emirat Arab, yang sekaligus merupakan penampilan pertamanya di daratan Arab.
Di Wina, Madonna tampil menawan, meski pada beberapa kesempatan ia tampak kelelahan dan tidak bernyanyi, sehingga suaranya digantikan oleh para penyanyi latar. Kekurangannya itu ditutupi dengan aksi panggung yang dahsyat. Madonna bersama penari latarnya seperti bermain opera musikal dalam memvisualisasi lagunya. Senjata, darah, rantai besi, hingga tato "No Fear" di punggungnya dipertunjukkan.
Dia bernyanyi dengan tubuh dilempar-lempar di antara penari latarnya, bernyanyi terbaring di panggung dengan mik yang diletakkan di lantai, bertindak sebagai mayoret atau cheerleader, beradegan tarung, hingga beradegan erotis, seperti tubuhnya digerayangi, membuka celana, dan menunjukkan pantatnya ke arah penonton.
Usia yang lebih dari setengah abad tak membuatnya kekurangan energi. Selama sekitar dua jam, Madonna tampil menghilangkan dahaga para penggemarnya. Beberapa lagu hit yang dibawakannya antara lain Give Me All Your Luvin, Gang Bang, I'm a Sinner, I Don't Give A, Erotic Candy Shop, Open Your Heart, Turn Up the Radio, Masterpiece, She's Not Me, dan Vogue. Bahkan, ketika lagu lawasnya, Like a Prayer, dibawakan, sejumlah penonton berumur di atas 40 tahun bergoyang, bernostalgia, dan berjoget gila-gilaan di sekitar Tempo berdiri.
Hal ini bertolak belakang dengan yang terjadi di gedung Olympia, Paris, tiga hari sebelumnya. Sebagian besar penggemarnya marah dan kecewa karena Madonna hanya tampil 45 menit. Hal itu disebabkan oleh adanya informasi intelijen bahwa konsernya akan mendapat gangguan yang sudah direncanakan, yang kemungkinan oleh pendukung sayap kanan Prancis. Pasalnya, dalam video lagu Nobody Knows Me, Madonna menampilkan gambar pemimpin Partai Front Nasional Prancis, Marine Le Pen, dengan gambar swastika, lambang Nazi, di jidatnya.
Le Pen memang punya "ideologi" yang berseberangan dengan Madonna. Le Pen dikenal sebagai tokoh garis keras yang menentang keberadaan para imigran di Prancis, antiaborsi, dan antipernikahan sesama jenis. Perempuan 43 tahun itu juga diketahui memiliki sikap ketakutan berlebihan pada Islam (Islamofobia). "Bisa dimengerti jika penyanyi yang sudah menua membutuhkan publisitas seekstrem itu," sindir Le Pen tentang video Madonna. Partainya juga berencana menggugat Madonna ke pengadilan atas penghinaan tersebut.
Madonna dalam berbagai kesempatan menjelaskan bahwa gambar-gambar yang ditampilkan dalam karyanya memang disengaja untuk tujuan tertentu. Selain Le Pen, dalam video itu ditampilkan sejumlah tokoh dunia, seperti Presiden Cina Hu Jintao, Paus Benediktus XVI, dan politikus partai Republik Amerika, Sarah Palin. "Ada sikap intoleransi yang tumbuh di berbagai penjuru dunia. Saya hanya meminta perhatian orang-orang pada hal itu," ujarnya.
Sebaliknya, opini yang berkembang di Eropa bahkan menunjukkan simpati kepada Le Pen, termasuk dari Partai Sosialis, rivalnya. Pasalnya, wanita yang tadinya berprofesi sebagai pengacara itu dinilai tidak berideologi ultra, bahkan dikenal demokratis. Le Pen juga dinilai sudah memoderasi sayap kanan Prancis, misalnya tidak menolak imigran, tapi mengurangi. Dalam pemilihan Presiden Prancis pada April lalu, Le Pen berhasil meraup 6,4 juta suara dan menduduki peringkat ketiga setelah Francois Hollande dan Nicolas Sarkozy.
Ketika tampil pertama di Prancis, yakni di Stadion Stade de France, Paris, pada 14 Juli lalu, Madonna tidak peduli dengan kekuatan Le Pen itu. Ia tetap menampilkan video itu tanpa diubah. Keesokan harinya, Le Pen marah. "Mari kita lihat apa yang akan terjadi jika dia tetap melakukan hal itu di Prancis," kata Le Pen, seperti dikutip Guardian. Dan penampilan Madonna di Paris pada 26 Juli itu berakhir mengecewakan bagi penggemarnya yang membeli tiket seharga Rp 1,2-3 juta.
Konser di Wina dijadikan Madonna sebagai ajang untuk menjelaskan insiden itu. Secara khusus, sekitar 10 menit, ia berbicara di atas panggung. Menurut Madonna, kekacauan di Olympia itu memang sengaja ditimbulkan oleh orang-orang yang tidak suka kepadanya. "Ada pengacau yang membuat rusuh dan melemparkan botol ke panggung," ujarnya. "Mereka bukan penggemar saya. Tapi itu tak jadi masalah. Di mana ada kegelapan, saya akan datang membawa cahaya buat kalian," kata Madonna, yang masih punya agenda tur di Nice, Prancis, pada 21 Agustus nanti.
Tito Sianipar (Wina)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo