Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Makam Terapung Syekh Mudzakir di Demak, Siapakah Ulama itu?

Makam terapung di tengah laut, peristirahatan terakhir Syekh Mudzakir. Siapakah ulama dari pesisir Demak ini?

30 Desember 2022 | 10.43 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Makam Wali Syeh Abdullah Mudzakir dikelilingi laut di Desa Bedono, Sayung, Demak, Jawa Tengah, 25 September 2014. Makam ulama dan pejuang kemerdekaan pada 1900 sampai 1960-an berada di tengah laut. TEMPO/Budi Purwanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah rumah di Dusun Tambaksari, Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak hancur diterjang ombak, pada Kamis, 29 Desember 2022. Rumah-rumah tersebut berlokasi di dekat makam Simbah Abdullah Mudzakir atau Syekh Mudzakir. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Makam Syekh Mudzakir ini berlokasi di tengah-tengah laut. Oleh sebab itu, makam ini sering disebut Makam Terapung. Lalu, siapakah Syekh Mudzakir?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip dari laman resmi Kabupaten Demak, Syekh Mudzakir merupakan salah satu ulama besar yang menyebarkan Islam di kawasan Pantai Sayung, Kabupaten Demak.

Syekh Mudzakir lahir di Dusun Jago, Desa Wringinjajar, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak pada 1869. Mulanya, Syekh Mudzakir banyak berguru kepada ulama dari berbagai daerah, salah satunya dengan Syekh Soleh Darat.

Kemudian sekitar tahun 1900-an, ia menetap di Dusun Tambaksari, Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Di sana, ia menikah dengan Nyai Latifah dan Nyai Asmanah. Beberapa waktu berselang, Syekh Mudzakir menikah kembali dengan Nyai Murni dan Nyai Imronah. Dari empat istri ini, Syekh Mudzakir memiliki 18 orang anak.

Selain menyebarkan Islam, Syekh Mudzakir berkegiatan sehari-hari sebagai petani tambak. Kemudian, ia dipercaya memiliki ilmu kebal terhadap berbagai senjata. Selain menguasai ilmu kebal, ia juga kerap kali diminta untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Namun, Syekh Mudzakir tak meminta imbalan atas jasanya tersebut.

Ribuan peziarah, mengantri untuk menghadiri Haul Wali Syeh Abdullah Mudzakir di Desa Bedono, Sayung, Demak, Jawa Tengah, 25 September 2014. Makam ulama besar di tahun 1900an sangat unik, karena tidak pernah tenggelam walau terjadi pasang air laut. TEMPO/Budi Purwanto

Makam Terapung Syekh Mudzakir

Sebenarnya dahulu, Dusun Tambaksari, tempat Makam Terapung berada, merupakan daratan. Namun, banjir rob terus-menerus datang hingga dataran tersebut mengalami abrasi. Daratan yang mengalami abrasi ini akhirnya menyisakan Makam Terapung Syekh Mudzakir di tengah laut.

Menurut orang-orang setempat, Makam Terapung merupakan salah satu karamah Syekh Mudzakir. Makam ini berada di tengah laut, tetapi ia tidak terendam air laut. Beberapa makam lain milik anggota keluarga Syekh Mudzakir juga tidak terendam air laut. Karena alasan tadi, makam ini kemudian dianggap keramat. 

Makam Terapung ini terkenal sebab banyak orang datang untuk berziarah. Karena lokasinya yang jauh dari garis Pantai Sayung, peziarah harus berjalan sepanjang 700 meter agar dapat sampai pada Makam Terapung. Jalan yang harus dilalui oleh peziarah merupakan jalan setapak yang kanan kirinya adalah laut.

Dikutip dari Antara News, pengelola makam terapung berkata bahwa jumlah peziarah yang datang di Makam Terapung dapat mencapai 3.000 per hari. Namun, angka ini naik ketika menjelang bulan Ramadan. Ketika menjelang bulan Ramadan, jumlah peziarah yang datang di Makam Terapung dapat mencapai 5.000 per hari.

RYZAL CATUR ANANDA SANDHY SURYA

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus