Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyempatkan membeli noken, tas khas Papua, sehari sebelum meresmikan pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XX. Ketika sampai di Bandara Sentani, Jayapura, Jokowi juga sempat disambut dengan berbagai tarian adat Papua dan juga diberikan noken oleh masyarakat Papua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tas noken terbuat dari anyaman kayu. Namun tidak sedikit pula noken yang terbuat dari bahan serat pohon atau daun yang diproses menjadi benang yang kuat, kemudian diikat atau dianyam menjadi satu. Tas noken pernah masuk dalam Google Doodle pada 5 September 2020 lalu.
Noken identik dengan perempuan-perempuan Papua. Tidak heran jika anak perempuan Papua sudah harus belajar menenun noken sedari kecil. Terdapat anggapan bahwa seorang perempuan yang mampu membuat noken dengan baik, ia akan cakap dalam mengatur rumah tangga.
Tas yang sering menjadi buah tangan ketika wisatawan berkunjung ke Papua ini memiliki filosofi tersendiri. La’a dan Sri S dalam Makna Tenun Ikat Bagi Perempuan: Studi Etnografi di Kecamatan Mollo Utara-Timur Tengah Selatan menjelaskan bagi masyarakat Papua hasil tenunan noken dapat menggambarkan ketelitian, kesabaran, dan rasa indah pembuatnya.
Berdasarkan kegunaan dan ukurannya, noken yang digunakan untuk perempuan dan pria juga berbeda-beda. Biasanya laki-laki akan memakai noken yang berukuran lebih kecil untuk membawa korek api, rokok, ataupun pinang. Sedangkan untuk perempuan sendiri, noken yang digunakan berukuran lebih besar dari milik pria. Hal ini dikarenakan kegunannya yang diperuntukkan membawa hasil-hasil perkebunan.
Noken dipakai juga untuk menggendong anak karena ventilasi udaranya aman. Sebab, noken terbuat dari daun pandan dan daun-daun lainnya sehingga aman untuk bayi. Noken dapat memperkuat otot bayi yang digendong sehingga membuatnya jarang sakit.
Kata noken diambil dari bahasa Biak inokson atau inoken. Karena keunikannya dibawa dengan kepala, menjadi warisan budaya dunia setelah disahkan oleh UNESCO. Hal ini telah diperjuangkan sejak 4 Desember 2012 dalam sidang Unesco di Paris, Prancis. Berdsarkan laporan Tempo 30 November 2012 lalu, Menurut Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan—ketika itu—Wiendu Nuryanti, usulan noken Papua sebagai warisan dunia sudah dilakukan sejak empat tahun terakhir melalui beberapa kali revisi.
GERIN RIO PRANATA
Baca juga: