Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Keberadaan pohon beringin di suatu tempat kerap dihubungan dengan sesuatu yang mistis dan angker. Namun di beberapa daerah, pohon beringin justru memiliki makna yang berbeda. Peneliti Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Hari Suroto mengatakan, Ficus spp atau pohon-pohon kelompok beringin (Ficus) disebut juga dengan ara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pohon beringin menjadi sumber makanan yang penting, contoh jalinan ketergantungan yang begitu khas dari kehidupan di hutan hujan tropis," kata Hari Suroto kepada Tempo, Selasa, 28 Juni 2022. Pohon beringin berperan dalam jaring ekologi karena memiliki beberapa fungsi khusus. Batang utama yang besar dan menghasilkan tanaman yang subur, dengan beberapa spesies yang menghasilkan lebih dari satu juta buah ara. "Buah ini bisa matang dengan cepat dan serempak. Menyediakan banyak makanan yang mengandung glukosa, tinggi kalsium, dan mudah dicerna."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pohon beringin tidak berbuah secara musiman sehingga dapat menyediakan pasokan makanan sepanjang tahun. Di hutan Sulawesi, banyak spesies hewan menggantungkan sumber makanan dari pohon beringin. Contohnya burung rangkong kenop merah atau burung julang yang menyantap 85 persen buah pohon beringin. Burung beo dan burung merpati juga kerap menjadi penikmat buah ara.
Sebaliknya, pohon beringin sangat bergantung pada tumbuhan dan hewan untuk kelangsungan hidupnya. Seekor burung atau kelelawar dapat memakan buahnya. Jika kotoran itu mengandung benih subur yang jatuh ke percabangan pohon, maka benih tadi akan tumbuh, lalu dengan cepat mengirim akar udara ke permukaan tanah dan perlahan membangun kekuatan saat daun mendorong ke atas menuju matahari. Akhirnya, akar menyelubungi pohon inang yang membuatnya tampak seolah sedang dicekik.
Pada kenyataannya, tanaman inang biasanya mati karena kekurangan cahaya. Kematian inang menciptakan bahan organik yang kaya dan membusuk, meninggalkan lubang melingkar di tengah pohon beringin yang sekarang kuat dan kokoh. "Mungkin butuh seratus tahun atau lebih bagi tanaman inang untuk mati," kata Hari Suroto.
Pohon beringin menjadi solusi dalam mencegah kekeringan karena akarnya mampu menyimpan air lebih banyak ketimbang jenis pohon lain. Dengan kemampuan itu, sering kali muncul mata air di sekitar pohon beringin. Mata air keluar saat ada rongga atau celah di tanah yang memberi jalan bagi air tanah untuk muncul ke permukaan.
Akar pohon sebenarnya menyerap air dari tanah hanya untuk kebutuhan sendiri dalam melakukan fotosintesis. Tetapi ketika tanah atau lingkungan sekitar kering, misalkan karena musim kemarau, akar pohon beringin berbalik mengeluarkan air yang disimpan supaya lingkungan di sekitarnya tetap lembap sebagai upaya penundaan dehidrasi pada pohon. Semakin besar ukuran pohon beringin, maka kian banyak air yang disimpan dan dikeluarkan.
Bagi manusia, pohon beringin memiliki makna budaya dan spiritual. Di Asia, pohon beringin kerap dihubungkan dengan hal-hal mistis, roh, dan seram. Akar gantung yang menjulur dari cabang-cabangnya ke permukan tanah menambah kesan angker pada pohon ini.
Pohon beringin di alun-alun utara Keraton Yogyakarta memiliki filosofi pengayoman, keadilan, dan sifat abadi. "Melambangkan manunggaling kawula gusti atau bersatunya manusia dengan Tuhan atau bersatunya rakyat dengan pemimpin," kata Hari Suroto. Akar gantung pohon beringin yang menjuntai ke bawah ke permukaan tanah bermakna manusia harus selalu ingat asal-usulnya, yakni dari tanah.
Di Lembah Bada, Sulawesi Tengah, pohon beringin sering dipilih sebagai tempat pertemuan adat. Sementara oleh masyarakat Bali, pohon beringin adalah tumbuhan surgawi karena para dewa bersemayam di sekitarnya. Pohon beringin banyak terdapat di sekitar pura. Masyarakat Bali memaknai pohon beringin sebagai lambang kesucian dan beringin adalah ibu manusia.
Mengenai beragam mitos tentang pohon beringin, Hari Suroto melihat dari sudut pandang positif, yakni untuk konservasi berdasarkan kearifan lokal. Ketika ada yang menganggap pohon beringin adalah tempat tinggal makhluk halus, sehingga apabila pohon ini ditebang, maka makhluk halus itu akan marah, maka pesan yang sampai adalah lestarikan pohon beringin. "Jangan ditebang karena banyak manfaatnya buat lingkungan," ujarnya.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.