Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jembatan Merah, sebuah ikon kota Surabaya yang membanggakan, bukan hanya sebuah struktur fisik yang menghubungkan dua sisi Sungai Kalimas, tetapi juga menyimpan sejarah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir dari surabaya.go.id salah satu dari banyaknya sejarah di Surabaya adalah Jembatan Merah. Berlokasi di Jalan Kembang Jepun Kecamatan Pabean Cantikan, Jembatan Merah ini menjadi saksi bisu perjuangan arek-arek Suroboyo melawan tentara sekutu di era 1945.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertempuran Surabaya selama tiga hari terjadi di sekitar Jembatan Merah. Inggris butuh waktu 21 hari untuk menguasai Surabaya.
Selain itu jembatan ini juga menjadi lokasi tewasnya pimpinan tentara Sekutu Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby yang terbunuh dalam baku tembak antara tentara sekutu dengan arek-arek Suroboyo. Dibangun sejak 1809 jembatan ini sudah identik dengan warna merah dan dibangun pada era Gubernur Jendral Deandels. Jembatan Merah menghubungkan wilayah timur Sungai Kalimas (kawasan pecinan dan arab) dengan wilayah barat sungai (wilayah eropa) sehingga Jembatan Merah menjadi pusat area bisnis di Surabaya.
Sekitar abad ke-20 di sekitar Jembatan Merah semakin padat oleh bangunan. Di sana, berdiri kantor pemerintahan, perbankan, hingga gedung Internatio. Sehingga pada Oktober-November 1945, kawasan ini menjadi salah satu titik konsentrasi bala tentara Sekutu.
Beberapa hari sebelum perang 10 November pecah para pejuang kemeredekaan RI mengepung tentara sekutu ynag bertahan di gedung internatio yang tak jauh dari Jembatan Merah. Sebagaian pejuang menjadikan kolong Jembatan Merah saat itu sebagai tempat berlindung.
Dilansir dari berbagai sumber setelah tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby warga Surabaya mencegah sekutu melewati Jembatan Merah agar tidak menguasai wilayah Kembang Jepun. Warga memblokade Jembatan Merah dengan mengeluarkan perabotan yang dimiliki. Namun pertahanan jebol sehingga Jembatan merah digempur oleh sekutu yakni Inggris. Serangan Inggris tak hanya pasukan infantri, mereka melibatkan pesawat tempur hingga tembakan dari laut.
Saat ini, Jembatan Merah bukan hanya menjadi infrastruktur fungsional, tetapi juga tujuan wisata yang menarik. Wisatawan dapat menikmati pemandangan sungai dan kota dari atas jembatan, sambil mengingat kembali kejadian bersejarah yang pernah terjadi di sekitarnya.
Seiring berjalannya waktu, Jembatan Merah mengalami berbagai perubahan dan renovasi untuk menjaga keamanan dan keberlanjutan strukturnya. Namun, desain dan ciri khas arsitektur klasiknya tetap dipertahankan sebagai bagian dari warisan sejarah kota.