Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Masjid Shiratal Mustaqiem Samarinda, Warisan Sejarah yang Bukan Cuma Objek Wisata Religi

Masjid Shiratal Mustaqiem adalah ikon bangunan bersejarah di Samarinda, cagar budaya yang bukan sekadar tempat ibadah umat Islam.

9 Juli 2023 | 20.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Masjid Shiratal Mustaqiem Samarinda. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Meski tidak mengklaim sebagai kota religi, Samarinda setidaknya punya tiga masjid populer, yaitu Baitul Muttaqien di Islamic Center, Masjid Raya Darussalam, serta masjid tertua bernama Shiratal Mustaqiem yang memiliki makna jalan lurus. Shiratal Mustaqiem sekaligus menjadi ikon bangunan bersejarah Ibu Kota Kalimantan Timur dan tidak sekadar sebagai tempat ibadah umat Islam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Masjid yang dibangun pada 1881 itu menyimpan sejarah peradaban Islam dan bermakna mendalam bagi masyarakat Muslim di Samarinda. Salah satunya Shiratal Mustaqiem, yang dinilai mampu mengubah kawasan yang sebelumnya dikenal sebagai kampung maksiat menjadi Kampung Masjid.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Bangunannya memang terbuat dari kayu ulin khas Kalimantan Timur. Mulai dari lantai, pilar, daun jendela, pintu, hingga atap sirap," kata Sekretaris Kelompok Sadar Wisata Amanah Masjid Shiratal Mustaqiem, Mazbar.

Keseluruhan material masjid diambil dari empat kampung di Samarinda, yakni Karang Mumus, Dondang, Kutai Lama, dan Loa Haur. Bukan sekadar bangunan tua yang dikenang hanya karena sejarahnya, masjid itu senantiasa dimakmurkan menjadi pusat kegiatan masyarakat. Antusiasme masyarakat sekitar meramaikan masjid dapat dilihat dari aktivitas remaja masjid, rutinitas salat berjamaah, kegiatan gotong royong, majelis taklim, pendidikan Al-Quran, hingga menjadi sentra kegiatan kerukunan masyarakat Samarinda Seberang.

Kekompakan masyarakat sekitar yang senantiasa menjaga, melestarikan, dan memakmurkan masjid mengantarkan Shiratal Mustaqiem menempati posisi ke-2 Festival Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia pada 2003. Anugerah itu kemudian diabadikan pada tugu pajangan di halaman muka. Saksi bisu yang menandai betapa masyhur masjid tua kebanggaan warga Samarinda di seantero Nusantara.

Masjid yang memiliki luas bangunan sekitar 625 meter persegi dan teras sepanjang 16 meter itu pernah direnovasi pada 2001 oleh Walikota Samarinda saat itu, Achmad Amins. Shiratal Mustaqiem pun masuk sebagai cagar budaya yang dilindungi UU Nomor 5 tahun 1992 tentang benda cagar budaya.

Kekayaan Kota Samarinda
Pesan disampaikan oleh Camat Samarinda Seberang Aditya Koesprayogi. Dia menyebut arti penting menjaga dan melestarikan peninggalan budaya di Kota Samarinda. Aditya mengakui Masjid Shiratal Mustaqiem merupakan lokasi awal berdiri Samarinda dan memiliki banyak peninggalan budaya yang merupakan kekayaan kota tersebut.

Upaya yang dilakukan pihak Kecamatan Samarinda Seberang untuk melestarikan situs budaya masjid itu antara lain dengan menggelar beragam kegiatan seperti lomba lari, sepeda santai, hingga lomba fotografi demi meningkatkan pemahaman masyarakat tentang warisan budaya Samarinda Seberang. Sementara, Pemerintah Kota Samarinda telah merencanakan program strategis untuk pengembangan pariwisata di Samarinda Seberang, salah satunya membangun dermaga di depan Masjid Shiratal Mustaqim.

"Mereka sedang berusaha menyelesaikan proses relokasi tanah yang diperlukan untuk pembangunan dermaga tersebut dan memohon dukungan warga sekitar," ungkap Aditya.

Dermaga tersebut bukan hanya menjadi tempat bersandar kapal melainkan juga pusat kegiatan seperti tempat menjajakan produk-produk UMKM lokal sekaligus etalase budaya Samarinda Seberang. Apresiasi masyarakat Samarinda Seberang kepada Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia atas dukungan pelestarian budaya. 

Mereka berharap kerja sama dengan TNI dan Polri semakin meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap peninggalan sejarah di Samarinda Seberang. Contohnya, program revitalisasi situs budaya dan religi oleh Polresta Samarinda menyambut Hari Bhayangkara Ke-77. Salah satu tempat yang dipilih untuk revitalisasi adalah Masjid Shiratal Mustaqiem, yang memiliki nilai budaya bagi Samarinda.

"Polri memiliki beberapa program yang akan dilaksanakan. Pertama, mereka akan memperbaiki tempat mushaf tua yang telah berdiri selama 350 tahun," kata Waka Polresta Samarinda, AKBP Eko Budiarto.

Revitalisasi itu bertujuan menjaga dan memperbaiki kondisi situs bersejarah tersebut. Mereka akan melibatkan pula ahli sejarah dari Universitas Mulawarman untuk mendiskusikan sejarah Masjid Shiratal Mustaqiem agar dipahami dengan baik oleh masyarakat. Selain itu, Polri juga berencana membangun gapura tanpa menghilangkan bentuk pagar masjid. Mereka ingin membangun tambahan bangunan tersebut tanpa mengurangi nilai historis situs tersebut.

Tindakan Polri dalam melindungi dan menjaga situs-situs budaya dan peninggalan sejarah ini merupakan dorongan positif dan semangat bagi anggota Polri dan masyarakat. Anggota Polri, termasuk Kapolsek dan petugas di sekitar situs-situs tersebut, akan melakukan pengawasan dan patroli untuk menjaga situs-situs tersebut dari aksi perusakan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus